MOTIVASI MENULIS SETIAP HARI DAN MENERBITKAN BUKU
Kuliah
online
Hari :
Jumat, 1 Mei 2020
pukul
13.00-15.00 WIB.
Pemateri :
DADANG
KADARUSMAN
(Motivator
dan Pembicara Nasional)
![]() |
DADANG KADARUSMAN |
Tema:
MOTIVASI
MENULIS SETIAP HARI DAN MENERBITKAN BUKU
Wijaya Kusumah (Guru Blogger Indonesia):“Assalaamu 'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh, Selamat siang semuanya! Semoga sehat semuanya dan dapat menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan 1441 H. yang indah ini. Siang hari ini kita akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari seorang yang luar biasa. Beliau adalah bapak Dadang Kadarusman.
Kuliah online ini akan dipandu oleh Bapak @Mr. BamS., kami persilahkan…”
Itulah seninya Om Jay (Wijaya Kusumah), selalu membuka kelas dengan keramahtamahan. Eiittts… tapi ada lagi yang tidak kalah penting, yaitu sosok Mr. BamS. yang sangat keren memandu setiap acara. Ia penuh enerjik dan cerdas.
“Terima kasih Om Jay. Ijinkan saya Bambang, boleh panggil Mr. BamS.Assaalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh,Bapak Dadang Kadarusman yang saya hormati.
Om Jay yang selalu setia membimbing kita semua.
Terima kasih …”
Pembicara pada hari
ini adalah Bapak Dadang Kadarusman. Terlebih dahulu ia membeberkan secara
singkat mengenai dirinya. Ayahnya seorang guru Sekolah Dasar. Ketika kecil
sering disuruh oleh ayahnya membawakan buku-buku bacaan. Dari situ ia jadi suka
membaca. Dan dari suka membaca itu kemudian ia berkeinginan untuk menulis.
“Jadi, sejak kecil saya sudah menulis,” terangnya. Beliau sangat bersyukur,
karena sampai hari ini, masih diberi kekuatanoleh Allah untuk terus menulis. .
Ia tak lupa meninggalkan websitenya www.dadangkadarusman.com untuk dapat mengenalnya lebih dekat.
Dalam forum kali ini, Dadang
Kadarusman (Om Deka) akan membawakan materi yang bisa menambah referensi bagi
meningkatkan kemampuan menulis seseorang.
Sungguh luar biasa!
Ini adalah motivasi yang sangat berbeda dengan yang disampaikan oleh pemateri
dan motivator terdahulu. Dadang Kadarusman yang juga dihimbau Om Deka oleh Om
Jay, pada awal pembicaraan melalui rekaman audio, beliau menyampaikan sesuatu
yang sangat penting dan menarik. Menulis itu butuh skill dan trik. Beliau
mengatakan bagi banyak orang menulis setiap hari itu surprise (kejutan). Namun
para penulis yang sudah banyak menerbitkan buku, tidak menulis pula menulis
setiap hari.
Poin yang sangat
penting berikutnya yang disampaikan Om Deka bahwa jika seseorang sudah memiliki kemampuan menulis dengan baik,
lalu dibangun dengan cara menulis setiap hari, maka ia akan memiliki kemampuan
secara mandiri tanpa tergantung pada orang lain. dan dapat menerbitkan buku
kapan saja.
Mengapa kita perlu
menullis setiap hari? Tiga alasan yang paling utama adalah . pertama, dalam
perspektif pembelajaran ada disebutkan alah
bisa karena biasa. Jika kita biasa melakukan menulis sesuatu setiap hari,
maka kita tentu akan memiliki keterampilan yang baik dalam menulis. Sudah
saatnya kita mulai membiasakan diri untuk mengombinasikan keterampilan berfikir
dan menulis. Saat melakukan proses berfikir, kita mulai dapat menggerakkan jari
tangan untuk menulis. Sehingga apa yang kita pikirkan itu, dapat kita
terjemahkan lalu menuangkannya ke dalam bentuk tulisan.
Kedua, mengapa kita
perlu menulis setiap hari? Karena menulis setiap hari itu membantu menjaga
keselarasan antara otot-otot tubuh kita, juga jiwa. Jadi, nanti kalau kita
sudah terbiasa menulis. Melihat apapun, selalu ingin menerjemahkan apa yang
kita lihat itu kedalam bentuk tulisan dan itu terjadi secara refleks saja.
Begitu pula ketika kita merasakan sesuatu. Orang yang tidak terbiasa menulis,
bisa saja memendam perasaan itu. atau butuh seseorang yang mau mendengarnya.
Padahal, belum tentu ada seorang teman yang mau mendengarkannya. Jika seseorang
sudah terbiasa menulis, maka ia akan selalu memiliki teman untuk mencurahkan
perasaannya, yaitu selembar kertas dan pena. Saat ini, seseorang sudah bisa
menggunakan smart phone untuk
mencurahkannya segala ide dan perasaannya.
Ketiga, menulis setiap
hari itu merupakan healing remedy. Jadi,
jika terbiasa menulis, kita bisa menjadi pribadi yang lebih sehat.
Kesimpulan mengapa kita
perlu menulis setiap hari adalah; “seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang
yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya. Melainkan
orang yang memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya secara
mandiri. Bagaimana kemampuan itu bisa diasah? Yaitu dengan cara berkomitmen
untuk tidak melewatkan satu hari pun dalam hidup kita TANPA MENULIS.
Menyinggung tentang
tingkat kemampuan menulis seseorang, Pak Dadang Kadarusman mengilustrasikan
tentang bagaimana seseorang yang memiliki kemampuan yang baik dalam berbicara
namun tidak memiliki kemampuan yang baik pada aspek keterampilan menulisnya?
Ini lebih dikarenakan seseorang itu belum mampu
mengkombinasikan kemampuan berfikirnya
dan kemudian menuangkannya kembali ke dalam bentuk tulisan. Dalam kaitan
ini, sebagian besar energi seorang penulis
lebih banyak terserap pada penggunaaan keterampilan berbicara/ lisan
saja. Akibatnya, kemampuan menulis
menjadi sesuatu yang terabaikan. Padahal menulis adalah sebuah keterampilan
yang sejajar dengan yang lainnya, yaitu keterampilan membaca, berbicara, dan
menyimak.
Jika seseorang
sungguh-sungguh ingin menjadi penulis handal, hendaklah ia memulainya dari sekarang.
Berkomitmen-lah untuk menulis setiap hari. Seberapa banyak harus menulis? Satu
hari satu artikelkah? Om Deka memberikan gambaran tentang menulis sebuah artikel
yang utuh. Ini dianggapnya akan lebih mudah dibandingkan dengan membuat karangan
bila diukur dari jumlah kata. Dengan menulis sebuah artilkel, berarti kita
tidak lagi terperangkap dalam kesulitan untuk mencukupi jumlah katanya. Hehe.., Om Deka benar juga.
Ia kembali mengambil
contoh, jika kita ingin menulis dengan tema, misalnya ‘PANTANG MENYERAH’.
Tulisan bisa saja cukup dua atau tiga paragraf. Lalu, minta orang lain membacanya.
Jika mereka bisa menerima atau mengerti ide yang ingin disampaikan, berarti
tulisan itu sudah menjadi satu artikel. Nanti, panjang dan bobot tulisannya
pelan-pelan akan bisa ditingkatkan. Banyak juga orang bertanya sepanjang apa
sebuah tulisan itu dikatakan selesai? Ya, itu bebas saja. Yang penting tulisan
itu bisa menjadi buah pikiran yang dapat dimengerti oleh pembaca.
Om Deka mengingatkan tentang
masa dulu, jika seseorang yang mau mengirim artikel ke koran, ada ketentuan
jumlah kata. Hal itu membuat penulis pemula kesulitan. Menurutnya lagi, bukan
hal yang mudah untuk menuanggkan gagasan secara indah dengan jumlah kata yang
ditentukan. Yang penting, bagaimana
sebuah artikel itu dapat memaparkan buah pikiran penulis dan dipahami oleh
orang lain. Jadi, yang penting dalam satu hari itu ada karya tulis kita yang "KALAU" dibaca orang lain,
mereka akan memahaminya. Beliau menggunakan kata KALAU karena belum tentu ada orang yang membaca
artikel tersebut. Lalu, bagaimana jika tulisan yang sudah cape cape kita tulis, tidak dibaca orang? Ditahap belajar ini,
sebaiknya kita tidak terlalu baper soal ada yang membaca ataupun tidak. “Kenapa? Karena kalau orang lain baca pun
belum tentu feedback-nya positif kan,
ya!” candanya.
Om Deka kembali
menyinggung bahwa tidak sedikit orang yang berhenti menulis karena pembacanya
memberi feedback negatif. “So, yang
penting menulis saja dulu. (no problem) Kalau tulisannya sudah memenuhi standar
minimal untuk dibaca orang, yakin, deh… bakal ada yang mau membacanya.
Setelah membahas
tentang WHY yang berhubungan proses membiasakan diri dalam menulis itu Sekarang
kita bahas WHATnya. WHAT makes you write
something? Apa sih yang menjadi mendorong Anda untuk menulis? Pertanyaan ini
sederhana. Tapi orang yang tidak menemukan jawaban yang tepat, akan berhenti
ditengah jalan. Jadi mari kita tanyakan kepada diri sendiri dulu apa yang
mendorong kita menulis? Dengan kata lain, apa sih tujuan kita menulis?
Bolehkah kita
menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam menulis? Boleh saja. tidak
masalah. Pertama, seiring dengan berjalannya waktu kita akan menemukan motivasi
apa yang paling cocok bagi kita menulis? Lalu kedua, menulis dengan dorongan
ingin berbagi pengetahuan. Nah, yang ini menurut hemat pemateri paling baik.
Contoh, saat ada orang
yang menulis agar mendapatkan uang? Pak Dadang mengungkapkan bahwa dulu ia
pernah berada di level itu. Ia menulis untuk mendapatkan uang, Karena ia butuh
untuk bisa sekolah. Pertanyaannya, apakah ia berhasil? Lebih banyak gagalnya
daripada berhasilnya. lebih banyak naskah yang dikembalikan redaksi daripada
diterbitkan.
Ketika ia berfikir
menulis karena uang, ia banyak menemukakan kekecewaan, contohnya ia merasakan bayaran yang ternyata
tidak seperti yang diharapkan. Ia juga pernah merasa seperti diremehkan.
Karyanya ditolak oleh penerbit. Saat itulah kemudian ia menyadari bahwa,
menulis karena ingin mendapatkan uang; bukanlah pribadinya. Dan sampai
sekarang, ia menulis tidak lagi
semata-mata untuk uang.
Suatu pertanyaan yang
banyak ditanyakan orang salah satunya adalah
menulis setiap hari Idenya dari mana? Nah, segala hal yang bisa
ditangkap oleh panca indra, bisa
dijadikan sumber ide. Tinggal bagaimana kita mengolahnya saja. Pegang teguh prinsip
itu! Berapa banyak rangsangan yang masuk
ke dalam sistem panca indra danbahkan indra ke enam kita? TAK TERHINGGA. Maka itu,
berarti bahwa sumber ide penulisan kita bisa SANGAT BANYAK.
Contoh. Saat ini, hal
apa yang ditangkap oleh panca indra kita?
Ada suara atau bunyi-bunyian. Itu sumber ide. Ada seseorang yang lewat
didepan rumah? Itu juga sumber ide Semua
dapat dijadikan sumber ide. Dan ide itu, hanya butuh sentuhan berupa olah
pikiran, lalu menuangkan hasil olah pikir itu ke dalam tulisan. Rangsangan itu
selalu ada setiap hari, maka oleh karenanya, kita semua sebenarnya bisa menulis
setiap hari.
Perjalanan panjang selama
tiga puluh tahun adalah pengalaman yang akhirnya telah mengantarkannya dipercaya
oleh penerbit. Ia bercerita mulai menulis sejak masih di bangku Sekolah Dasar.
Lalu aktif mengikuti berbagai perlombaan saat di SMP. Ia pun mengenang kondisi saat dulu yang berbeda dengan sekarang. Dulu,
penerbit hanya sedikit dan mereka punya bargaining
power yang sangat tinggi. Maka mereka sulit ditembus. Sekarang penerbit
sudah sangat banyak. Bahkan menerbitkan sendiri pun bisa.
Menurut Om Deka, para penulis
pemula, sebaiknya tidak terlalu mempertanyakan strategi dan Tips memilih
penerbit yang sesuai dengan buku yang akan kita terbitkan. Karena kita yang
masih pemula butuh sekali akan kehadiran penerbit. Strateginya paling gampang adalah dengan terus mengikuti
kursus atau pelatihan menulis. Lalu buat naskah sambil konsultasi terus dengan
penyelangara. Om Jay, misalnya. Beliau
pasti bisa membantu untuk menghubungkan penulis pemula yang ingin menerbitkan
bukunya ke penerbit. Jadi ininya fokus dulu kepada proses mengasah skill,
bagaimana menulisyang baik. Lalu biarkan hasil karya ibu berseliweran diruang
publik. Nanti, bakal jadi seperti lampu yang menarik perhatian para laron.
Terkait apakah baik
kita memaksakan diri untuk menulis setiap hari? Menurutnya kalau dipaksa tentu
saja bisa. Kita mesti menganggap 'paksaan' adalah sebuah proses yang efektif
untuk mendisiplinkan diri seorang pembelajar.
Para pemula biasanya belum memiliki 'refleks menulis' sendiri. Bisa jadi
juga dalam merampungkan sebuah tulisan tidak mematok waktu sehari, sebulan,
atau setahun, dan seterusnya Kecuali
jika kita sudah mempunyai kontrak dengan penerbit. Misalnya disepakati dalam dua
bulan naskah harus selesai. Tapi jalau tulisan kita untuk tujuan lain, maka
waktunya juga bisa beda lagi.
Bagi seorang pemula
atau pembelajar, tidak perlu terlalu khawatir dan memikirkan bagaimana tema dan
sistematika penulisan yang semestinya, agar tidak terjerat dalam kebuntuan
untuk menulis. “Pokoknya nulis saja sampai
jadi. Tidak usah takut salah. Toh,
ini bukan UN kan? Yang terpenting
adalah bagaimana meningkatkan rasa keingintahuan bisa menulis di dalam diri dan
teruslah praktik. Jangan lupa, selalu mendengar masukan dari orang lain untuk
perbaikan tulisan kita,” ungkapnya.
Banyak tema dan
persoalan yang dapat dijadikan bahan cerita. Seseorang ingin bercerita tentang
kisah Anak Istimewa yaitu Dunia Tanpa Suara.
Darimana ia dapat mengawali ceritanya? Ditinjau dari topiknya terlihat
sangat keren. Dari kalimat "DUNIA TANPA SUARA" saja sudah mengundang
pertanyaan orang. Apa sih, maksudnya? Andainya kita akan memulai sebuah tulisan
dengan tema itu, kita bisa mengawali tulisannya seperti ini :
“Hai, kamu. Pernahkah kamu membayangkan bagimana seandainya tidak seorang pun bersuara di dunia ini. Tentu akan sepi sekali harimu, bukan? Tapi. bisakah kamu membayangkan seandainya hal itu benar-benar terjadi? Sekarang. Coba pejamkan matamu. Lalu bayangkan. Andai saja tak segencring suara pun tertangkap oleh pendengaranmu.” |
Dari sepenggal kutipan
yang berbentuk paragraf itu, setiap orang tentu bisa melanjutkan dengan teknik
dan gayanya sendiri. Nah, silakan Anda coba melanjutkannya!
Bagaimana dengan jawaban
ini?
“Eh, tapi menurut kamu. Apakah mungkin telingamu benar-benar tidak bisa mendengar atau sekedar bunyi 'ting' pun? Tidak mungkin kamu tidak mendengar suara itu, anakku. Kamu tahu kenapa? Karena ketahuilah sayang, Allah sayang banget sama kamu. Sehingga engkau bisa mendengar berbagai macam suara,” |
Keren, bukan?
Bagaimana tidak keren, Pak Danang dapat menciptakan dua paragraf dalam waktu
yang cepat, sejurus saja ia selesai membaca pertanyaan peserta kuliah online
ini.
Paragraf terakhir dari
saya begini:
“Nak. Kamu sudah bersyukurkah dengan karunia indah itu? Karena ada loh, di desa sebelah. Seorang gadis yang tidak seberuntung kamu, sayang. Tapi sejak lahir sampai usianya yang menginjak 15 itu, tidak pernah mendengar apapun ditelinganya selain hening semata. Hebatnya..., gadis itu tidak pernah mengeluh, Nak. Tidak pernah pula sekalipun dia bersedih. Pokoknyaaa.... apa ya?” jelas ibunya “Ehm, Nak, ibu kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kemulian dirinya di balik hening dunianya itu. Jika kamu tidak keberatan, sayang. Bolehkan Ibu mencari tahu lebih banyak tentangnya dan menceritakan kisah indah tentang gadis itu di hari Jumat nanti?” |
Luar biasa, inilah
yang dimaksudkan Pak Dadang Kadarusman tentang penulis yang berada pada level
yang tidak tergantung pada orang di sekitarnya. Ide mengalir dengan sendirinya
karena jiwa kepenullisan yang sudah terlatih dalam dirinya.
Pertanyaan
selanjutnya, sudah sampaikah pesan yang ingin disampaikan dari 3 paragraf itu? Ya, minimal ada 1 gagasan yang
sudah sampai kepada pembaca. Dan di ujung ceritanya, ada 'komitmen' untuk
melanjutkan. Kesimpulan: Orang bilang memulai itu sulit sekali. kalau saya
bilang: MULAI SAJA DARI SEBUAH KATA yang terlintas dalam pikiran kita. Insya
Allah, nanti akan mengalir dengan sendirinya. Dan kalau saya, biasanya sebelum
menulis bilang begini: Ya Allah, apa yang saya harus tuliskan hari ini? Bimbing
saya ya, wahai Allah!
Ada pertanyaan dari
seorang peserta, Eti Haryati dari Bogor; Assalamualaikum, Pak Dadang. Saya baru
tahu adanya Ghostwriter itu. Tapi saya ingin menerbitkan buku dari hasil dari
tulisan saya sendiri. Yang menjadi hambatan saya selalu ga’ pede ketika ingin
mulai menulis, seakan ide itu hilang. Bagaimana caranya supaya tetap semangat
untuk bisa menulis dan supaya ide itu gak
hilang?
“Keren,” sahut Pak
Dadang ingin memulai jawabannya. Menggunakan jasa "GHOSTWRITER" itu
bukan hal yang buruk. ya. Tapi, itu cocoknya hanya untuk mereka yang hanya
ingin menerbitkan buku. Kalau kita kan ingin menjadi penulis terampil, maka itu
bukan opsi yang tepat buat kita. Mengenai perasaan tidak percaya
diri, dalam proses latihan menulis, kita tidak perlu terikat dengan target
berapa jumlah kata yang mesti dipersiapkan Bukankah di sekolah ada pelajaran
mengarang. Saat Bu Guru mengatakan
panjang tulisan minimal 1500 kata. Widiiih,
bagi pemula pasti pusing banget. Jadi,
santai aja.
Sebelumnya sudah kita
bahas di atas tentang, tidak usah baperan dengan respon orang
terhadap kualitas tulisan kita. Apakah kita cuek saja maksudnya? Bukan. Tapi, kita harus menerima diri sendiri
sebagai orang yang baru belajar. Jadi, kalau pun tulisan kita 'tidak laku' ya,
nggak apa-apa. Bukankah kita baru belajar? Latihan saja terus. Kalau belum
berani menunjukkan tulisan itu pada orang lain, biarin aja jadi koleksi pribadi kita. Sambil terus memperbaiki
tekniknya. Nanti kalau sudah ada tulisan yang 'layak' baru ditunjukkan kepada
orang lain. Tunjukkan saja. kalau bisa, pilih orang yang tidak akan bersikap
negatif. Banyak orang tidak pede saat mau menuangkan gagasan lewat tulisan. Namun
bisa saja seseorang sedang menanti buah pikiranmu untuk dibacanya dengan penuh
kekaguman. So segeralah menulis.
Lalu, dalam menulis
sebuah buku apakah kita harus menentukan judul terlebih dahulu baru menulis? Om Deka mengambil sebuah contoh dari buku karangannya
yang berjudul OUTSHINE’. Buku itu terlahir judul dahulu baru naskahnya ditulis belakangan. Sedangkan
buku "KETIKA SEMUT DAN GAJAH BEKERJA" ia menulis naskahnya duluan. Jadi,
tidak ada keharusan menulis judul dulu atau naskah duluan.
Jika sebuah tulisan
sedikit orang yang membaca, TIDAK BERARTI tulisan itu tidak bagus. Bisa saja
tempat penayangan atau penerbitannya yang kurang tepat. Tulisan-tulisan itu bisa dibuat kompolasi.
Selanjutnya, menjaga istiqamah
untuk dapat menulis setiap hari itu sangat penting. Begitulah kita penting menjawab
WHAT MAKES YOU WRITE? Karena hal itu akan menentukan tingkat istiqomah kita
dalam menulis. Tapi jawaban dari WHAT itu bersifat individual. Kalau kita
menulis karena uang, maka bakal berhenti ketika hasil karya kita tidak jadi
uang banyak. Tapi jika kita mempunyai alasan yang lebih tinggi, lebih mulia,
dan lebih bernilai Insya Allah akan membuat orang istiqomah/ konsisten. Om Deka
mengambil contoh; jika kita menulis lebih karena ingin agar Allah mengajari kita
sesuatu.Lalu yang Allah ajarkan itu kita bagikan lagi kepada orang lain. Dengan
itu, maka kita akan selalu bertanya; Ya Allah, hari ini saya bisa belajar apa? Ketika
dapat jawabannya segera dituliskan, lalu dibagikan. Jika telah sampai kepada
level ini, seseorang akan menulis artikel setiap hari, kemudian membagikannya
secara free kepada orang lain daripada memikirkan menerbitkan buku. Dengan
demikian, maka gagasan saya bisa lebih cepat sampai kepada orang lain Kesimpulannya:
temukan hal apa yang bisa membuat kita ingin menulis. Atau apa tujuan kita
menulis. Jika sudah ketemu, nanti kita
akan dengan sendirinya menulis secara produktif.
Terakhir, menulislah
buat diri kita sendiri, bukan buat orang lain. Lalu, berikanlah yang terbaik dari
tulisan kita sendiri. Sehingga kepada orang lain. Para pembaca, adalah pihak
yang akan ikut menikmati manfaatnya. Dengan begitu, maka lewat tulisan kita;
kita menjadi pribadi yang lebih baik terlebih dahulu. Sambil mengajak orang
lain untuk menemani perjalanan menuju perbaikan diri itu. So, teruslah menulis.
Karena dengan menulis, engkau melayani diri sendiri dan memberi manfaat kepada
orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar