Kamis, 14 Mei 2020

BERBAGI PENGALAMAN MENULIS DI MEDIA CETAK



BERBAGI PENGALAMAN MENULIS DI MEDIA CETAK
(Oleh : Asep Sapa'at - email syifa.wardha@gmail.com)


(Penulis Resume  : Hamdani)

Menulis Tiada Henti.

Tampaknya menulis sudah menjadi kebutuhan bagiku. Barangkali ini juga menjadi jawaban atas seruan Om Jay (Wijaya Kusuma) sang Maha Guru Belajar Menulis di group whatsapp yang dibinanya. "AYO, TERUSLAH MENULIS, LIHAT APA YANG TERJADI." 
Kini aku mulai gandrung akan menulis. Sampai-sampai tak terasa judul tulisanku kini sudah mulai bertambah banyak. 

Terima kasih ku ucapkan untuk para narasumber dari berbagai profesi dan disiplin ilmu dan dengan penuh semangat mendedikasi diri dan ilmunya. Terkhusus hari ini, kembali disuguhkan dengan ilmu pengetahuan yang baru tentang menulis oleh Bapak Asep Sapa'at. 

Tiada Hari Tanpa Menulis

Kembali mengisi hari-hari tanpa menulis, kali ini mendengarkan pengalaman menulis dari seorang pendidik dan pemerhati karakter guru, Pembicara dan Trainer.

Dengan semangat untuk saling belajar, beliau ingin sharing tentang pengalamannya menulis di rubrik Opini dan Hikmah Republika. 

Menurutnya, setiap orang memiliki hambatan menulis yang berbeda-beda. Ada hambatan yang disebabkan kesulitan mengalirkan gagasan, ada juga karena faktor mood, ada pula yang disebabkan karena faktor penguasaan bahasa serta keterampilan menulis. Namun hakikatnya, setiap diri pribadi bisa menulis jika konsisten mau belajar. Menurutnya kagi, hal yang paling mudah ditulis adalah sesuatu yang dekat dengan diri kita.

Sebelum dapat memublikasikan tulisan di media massa,  Kang Asep (sapaan akrabnya) belajar menulis di buku harian. Menulis di buku harian adalah cara ampuh untuk membangun kepercayaan diri dalam menuangkan gagasan.

Empat Sifat Tulisan

Berdasarkan kajian oleh salah satu guru menulis yang dibinanya, Mas Bambang Trimansyah, sifat tulisan terbagi ke dalam 4 sifat, yaitu:

1. Pribadi tertutup, yakni tulisan bersifat sangat pribadi dan cenderung dirahasiakan agar tidak dibaca atau terbaca oleh orang lain. Tulisan ini biasanya berupa diari, surat-surat pribadi, ataupun catatan-catatan rahasia.

2. Pribadi terbuka, yakni tulisan bersifat pribadi ataupun sangat pribadi, tetapi dibiarkan ataupun disengaja untuk dibaca orang lain. Tulisan semacam ini muncul akibat perkembangan teknologi informasi, terutama di dunia internet. Tulisan-tulisan di blog, situs, ataupun media sosial cenderung banyak yang bersifat pribadi, subjektif, dan kadang malah dibuat sesuka hati.

3. Publik terbatas, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak, tetapi dalam lingkup terbatas, misalnya lingkup komunitas, lingkup keagamaan, ataupun lingkup sesama teman yang saling kenal.

4. Publik terbuka, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak secara terbuka dan luas meskipun menyasar pada segmen pembaca tertentu. Tulisan ini bebas dibaca siapa pun yang berminat.

Sifat menentukan untuk siapa tulisan akan ditujukan, pada sifat pertama, menulis hanyalah untuk dikonsumsi sendiri. Sifat 2, 3, dan 4 adalah tulisan yang ditujukan untuk publik sehingga perlu menimbang tujuan penulisan dan pembaca sasaran.

Teknis Tulisan Jurnalistik

Opini merupakan jenis tulisan nonfiksi, ranah jurnalistik, dan sifat tulisannya publik terbuka.

Sebelum bicara lebih teknis untuk membuat tulisan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar tulisan kita memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Mas Fauzil Adhim, ada 6 aspek yang harus dikembangkan agar tulisan kita memiliki jiwa.

Tulisan akan memiliki jiwa saat penulis memiliki visi hidup (cita-cita dan harapan), melibatkan emosi saat menulis, luas wawasannya (banyak membaca, berdiskusi, jalan-jalan), berbagi pengalaman hidup nyata yang pernah dialami, menggunakan nalar atau logika yang tepat, dan tulisan sebagai hasil perenungan yang mendalam tentang apapun yang akan ditulis.

Beberapa teknis menulis yang perlu dipelajari bagi para pemula adah :

A. Menggagas: Berpikir dan Merencanakan
1. Mengumpulkan bahan referensi
2. Menentuian pembaca sasaran
3. Mengembangkan ide menjadi kerangka

B. Menyusun draf
1. Menulis bebas
2. Memasukkan bahan yang relevan dengan pengalaman diri, pengalaman orang lain, latar belakang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki
3. Memasukkan data dan fakta
4. Mengembangkan gaya penulisan yang tepat sesuai pembaca sasaran

C. Menyunting: Memastikan Tidak Ada Kesalahan
Memperbaiki tulisan dari aspek tata bahasa, ketelitian data dan fakta, kesantunan. Tak boleh ada kesalahan elementer.

D. Menerbitkan
Menentukan publikasi tulisan pada media yang tepat serta pembaca yang tepat. Kita dapat memilih media daring atau media cetak yang sesuai.

Di luar teknis menulis yang disampaikan di atas, faktor nonteknis seperti disiplin menulis, tak pantang menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat, juga tak berhenti belajar meningkatkan keterampilan menulis.

Jauh sebelum tulisan Asep Sapaat dimuat di rubrik opini dan Hikmah Republika, sejak tahun 2007 ia konsisten menulis di Republika Online.

Faktor nonteknis, bisa juga menjadi bagian yang sangat penting bagi memuluskan tulisan dilirik oleh pemimpin sebuah redaksi. Jalinan silaturahim dengan para redaktur di media masa akan membantu kita mendapatkan informasi dan masukan. Kita bisa mendapat maklumat agar kualitas tulisan lebih baik dan potensial dimuat di media cetak.

Contoh Tulisan di Media Cetak

Asep Sapa'at membagikan beberapa tulisan yang dimuat di rubrik Opini dan Hikmah Republika, untuk dapat dijadikan referensi bagi Bapak dan Ibu guru para penulis pemula.
Tulisan yang Dilirik oleh Redaktur

Berdasarkan pengalamannya, syarat utama agar tulisan dapat diterima oleh media cetak adalah tulisan yang memiliki ide orisinal dan menarik, data dan fakta yang disajikan sahih, tata bahasa baik, dan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak.

Tulisan bisa serta merta ditolak oleh media cetqk apabila tulisan yang tidak mengikuti kaidah yang sudah ditetapkan. Misalnya, menulis sesuatu yang bersifat SARA, gagasan terlalu umum, atau batas maksimal karakter yang tidak diindahkan penulis.

Konsistensi Menulis

Banyak di antara para penulis pemula yang tidak memiliki konsistensi dalam menulis. Bagaimana keinginannya memublikasikan tulisan bisa tercapai? Apabila menulis setengah hati. Oleh karena itu, konsistensi merupakan hal yang paling perlu dilakukan oleh para pemula. Mengingat ini termasuk bagian dari pelatihan dan pembiasaan diri. Suatu saat nanti, pasti akan mampu menghasilkan tulisan yang berkualitas baik. 

Sebagai pemula,  menulislah dulu di buku harian atau personal blog yang bersifat pribadi. Biarkan saja para pembaca melihat tulisan kita yang terbuka. Jangan takut mendapat kritikan dan masukan. Karena justru hal tersebut bisa menjadi cermin untuk kita terus meningkatkan kualitas tulisan. Jika tulisan sudah mulai baik, percaya diri dengan sendirinya akan muncul. Kita akan memiliki keberanian untuk memublikasikannya. Dan kita tidak akan terlalu kecewa apabila ternyata tulisan kita masih belum diterima. Menulis itu pada dasarnya adalah untuk pembentukan karakter diri yang lebih baik. Kebaikan itu dapat kita jadikan bonus andai niat kita untuk menjadi penulis sesungguhnya belum tercapai.

Bagaimana Mencairkan Ide Menjadi Tulisan

Sering para pemula mengalami kesulitan mencairkan ide atau gagasannya menjadi sebuah tulisan. Hal ini yang terpenting adalah kita menulis saja tentang sesuatu yang pernah dialami oleh diri sendiri. Asep menjelaskan pernah membuat tulisan di rubrik Hikmah Republika berdasarkan pengalaman yang baru saja dialaminya. Yaitu saat istrinya baru meninggal. Ia mengaku sangat kesulitan untuk memilih kata pembuka dan  kata-kata terakhir. Karena di kala itu ia merasakan ada yang hadir menemaninya membuat tulisan.sehingga kosentrasinya tidak bisa fokus. 

Hambatan paling mendasar tentang kesulitan seorang penulis pemula dalam mencairkan gagasan atau idenya adalah karena gagasan yang mau diungkapkan itu belum jelas. Penulis belum memetakannya menjadi garis-garis besar yang akan dikembangkan. Persoalan lainnya, penulis kekurangan bahan untuk menunjang penyelesaian tulisannya. Hal lain yang juga kerap terjadi saat mulai menulis, penulis menempatkan diri dalam 2 peran sekaligus. Yaitu sebagai penulis dan juga editor. Saat menulis lalu diedit, kemudian berhenti karena kehilangan ide. Balik lagi ke awal. Terus terjadi seperti itu. Alhasil gagasan/ ide kita lewat tulisan tak selesai-selesai. Itu pengalaman pribadi dan masih juga terjadi pada diri Pak Asep Sapa'at. 😊

Oleh karena itu, perlu ada pendekatan teknis saat menulis. Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan. Misalnya langsung menetapkan judul, lalu membuat tulisan. Tetapi ada juga yang sebaliknya, buat tulisan dulu untuk menguraikan idenya, judul bagian terakhir. Pak Asep menyarankan agar penulis pemula menulis saja mrnguraikan ide terlebih dahulu, nanti judul diputuskan terakhir. Mengenai judul, boleh minta pendapat ke guru menulis atau rekan sejawat, mana yang paling menarik.

Kesimpulan dan Saran

Terakhir, mulailah mempelajari tulisan-tulisan opini yang dimuat di media, lalu coba buat tulisan bergenre nonfiksi itu. Satu hal lagi yang paling penting dalam menulis opini (nonfiksi) adalah penulis harus memahami kaidah/ tata bahasa baku dan pemilihan kata/ diksi yang bermakna lugas. 

ALAH BISA KARENA BIASA.

Wassalam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar