Sabtu, 02 Mei 2020

MENCIPTAKAN POLA BELAJAR YANG EFEKTIF DARI RUMAH


MENCIPTAKAN POLA BELAJAR YANG EFEKTIF DARI RUMAH

Apakah yang lebih menarik bagi dunia belajar saat pandemi Covid 19 melanda negerimu bahkan dunia saat ini? Ini saat yang tak pernah dijangkakan sebelumnya oleh manusia, kecuali sudah menjadi ketentuan dan kudrat dari yang Maha Kuasa. Saat ini sekolah ditutup, tempat hiburan ditutup, jalur keluar masuk negara dan kota sampai ke desa juga ditutup. Bahkan tempat ibadah ada pula yang ditutup. Lockdown benar-benar mengubah pola hidup dan kebiasaan seseorang maupun kelompok humanisme di muka bumi ini.

Dalam banyak hal,  pendidikan adalah sesuatu yang tidak boleh berhenti. Ini merupakan pondasi utama demi tegaknya peradaban manusia  ke depan. Lalu bagaimana mungkin proses pembelajaran yang efektif dapat berlangsung sementara physical distancing diterapkan?  Dengan tanggap pemerintah segera mengambil sikap dan mengubah pola belajar untuk sementara waktu ini. Tidak terkecuali dari sekolah formal dan nonformal diberlakukan sama untuk belajar di rumah dengan menyebutnya ‘Dirumahaja’.

Beberapa program yang dimotori oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim adalah solusi bagi keberlangsungan pendidikan di tanah air. Alhamdulillah, semuanya berjalan dalam ranah pendidikan modern yang semakin memanfaatkan teknologi informasi dan telekomunikasi secara baik. Kecenderungan seseorang untuk dapat mengakses internet, termasuk bagian dari pembelajaran itu sendiri.

Ada slogan berbunyi, “Dunia dalam Genggaman”. Maksudnya, dengan mengakses internet, seseorang akan lebih mudah dan cepat mendapatkan informasi dan pengetahuan. Begitulah kemajuan teknologi IT sekarang ini dapat mengantarkan yang jauh menjadi dekat. 


Belajar dari rumah, akhirnya tidak lagi dikatakan sebagai sesuatu yang mustahil dapat dilakukan. Ini telah pula dijalankan dan masih sedang berjalan. Kemudian ada sedikit perbaikan yang dilakukan, itu merupakan hal yang wajar sebagai tindak lanjut dari  kerja evaluasi pemerintahan.
 
Walaupun masih banyak terdapat sisi kelemahan dan dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi bidang IT, dalam kaitan ini juga, pembelajaran menggunakan IT tidak mungkin berhenti di tengah jalan. Prinsip pengembangan ilmu pengetahuan itu adalah agar memudahkan segala bentuk kegiatan manusia. Oleh karena itu,  kita harus mengambil manfaat sebesar-besarnya dari perkembangan teknologi komunikasi yang ada saat ini.

Dalam hal pembelajaran efektif di masa pandemi ini, penggunaan android menjadi sarana yang sangat dipertimbangkan. Berbagai kemudahan yang dimulai dari mencari informasi, melakukan komunikasi dua arah, dan telekonferensi sudah bisa dilakukan dari rumah. Sehingga tidak ada lagi hambatan bagi kita untuk melakukan inovasi pendidikan kapan dan di mana saja. Bahkan dengannya kita juga dapat menggantikan metode pembelajaran yang sudah usang, seperti halnya metode ceramah yang monoton di dalam kelas. Apalagi, saat sang guru berceramah di kelas, siswa merasa gerah dengan ruangan yang kurang sirkulasi udara. Sekalipun bangunannya sudah terbilang baik, namun di banyak sekolah, udara dalam kelas terasa mulai gerah pada waktu siang hari.  

Ada hal yang lebih penting dalam hal menciptakan pembelajaran yang  efektif dari rumah. Kedekatan orang tua di tengah-tengah keluarga dirasakan paling perlu dan paling utama. Pandemi Corona di sisi lain telah meninggalkan hikmah yang mengeratkan hubungan dalam keluarga. Sesuatu yang terlupakan selama ini, orang tua hampir tidak punya waktu untuk dapat bercengkerama dengan anak-anak. Segalanya lebih besar  ditumpukan pada guru dan sekolah sebagai tempatnya bernaung. Alih-alih para orang tua akan mendapatkan anak mereka tumbuh dan besar dalam kemandirian, yang ada sebaliknya anak-anak justru  lebih tidak mandiri dan terbiasa hidup berasingan.

Terlalu banyak problematika yang dialami oleh seorang pembelajar, tidak sepenuhnya terkait dengan pihak sekolah. Kurangnya pendampingan orangtua menjadi akar masalah yang paling besar terhadap pembangunan karakter siswa. Guru hanyalah orang tua kedua setelah ayah dan ibu mereka. Ini berarti peranan orang tua menduduki posisi utama dalam pembentukan karakter dan pembinaan akhlak seorang anak. jika dikatakan pembentukan karakter itu mengalami sebuah proses, maka ini memang harus dilakukan sejak dini atau setidaknya sekarang.

Beberapa pemerhati  pendidikan berbeda pendapat mengenai pendidikan yang dianggap mereka harus dari jarak dekat. Menurut Doni Koesoema A;  Pendidikan itu seharusnya jarak dekat, bukan jarak jauh seperti diributkan seperti sekarang. Bila pendidikan itu belajar tentang kehidupan, maka ia harusnya dekat, sedekat jantung dengan hati, sebagai sumber kehidupan dan spiritualitas.
                                                   
Yang membuat pendidikan itu pendidikan adalah kedekatan guru dan murid. Bukan alat, metode, atau cara mengajarnya. Maka akan keliru bila di masa covid-19 ini kita sibuk dengan sarana, tapi lupa tujuan pendidikan, yaitu mendekatkan anak-anak dengan kehidupan apapun caranya. Sebab dalam hati, di situlah inti kehidupan.

Di mana hatimu berada, di sanalah hartamu berada. Demikian kata orang bijak. Maka, alih-alih sibuk dengan sarana, para guru semestinya belajar mengenali isi hatinya sebab di sanalah harta yang terbaik itu akan ia berikan pada murid.

Namun jika ukurannya jarak dekat yang menjadikan pendidikan bisa berjalan baik, andil orang tua akan jauh lebih penting dalam melakukan pendekatan dengan sang anak. Di sinilah hubungan batin akan muncul. Lalu dapat menumbuhkan kasih sayang dan kepedulian yang tinggi. Ingat, sekarang ini kita sedang mengalami krisis kepercayaan. Pembenahan sebaiknya tidak alih-alih diserahkan kepada guru. Orang tua yang yang seharusnya lebih banyak berperanan. Selanjutnya, secara perlahan guru akan merasa terbantu karena kepedulian orang tua yang sangat tinggi. Lalu, sarana menjadi satu nilai tambah yang bertujuan untuk meningkatkan potensi akademik mereka.


Nah, oleh karenanya kita harus mengambil kesempatan ini untuk memulai dan melakukan perubahan besar dalam pembinaan anak-anak serta keluarga. Dalam hal ini, kita semuanya harus berbenah. Pembinaan keluarga yang harmonis tidak diartikan memerintah dan mendikte. Sebaliknya kita semua harus dapat memberi contoh  dan mengajarkan keteladanan. Sehingga, jika keteladanan telah tertanam di jiwa masing-masing anggota keluarga, maka akan mudah kita malakukan perubahan dan  perbaikan.

Semua orang sangat berharap pandemi ini cepat berakhir. Namun, rekam jejak pembelajaran online dan Daring mestilah dipertahankan bahkan harus dicari formulasi yang lebih baik. Sehingga, para pembelajar tidak lagi kembali berjarak dengan orangtua maupun keluarga mereka.


Hamdani, (Karimun 2 Mei 2020)

1 komentar: