Kamis, 07 Mei 2020


MENULIS DALAM KESIBUKAN



Sepuluh menit lagi pukul 13.00 WIb Om Jay, Sang Presiden ‘Grup Whatsapp Menulis’ mohon izin untuk menutup group demi kuliah online bersama Bapak Much Khoirin atau biasa disapa Master Emcho.

“Om Jay changed this group's settings. To allow only admins to send messages to this group”

Begitu bahasa yang tertulis di grup whatsapp yang keren ini.

Sebagaimana biasa, Om Jay selalu memulai dengan menyapa dan mengucapkan salam.  Siang ini Master Emcho yang akan memberikan pencerahan tambahan pengetahuan.  Ia adalah  dosen dan penulis 42 buku dari Unesa Surabaya ia mulai memuatkan tulisan di media cetak sejak 1986/1987 (saat kuliah semester 3).  

I’m busy, Man.

Banyak orang mengira, kesibukan membuat dirinya tidak bisa membagi waktu dengan baik. Manusia, tatkala menghadapi kesibukan, sering tak mampu menunjukkan kebahagiaannya. Ia justru banyak mengeluh dan mengumpat atas keadaan yang menjadikannya sibuk. Kesibukan telah membuatnya kehilangan waktu, tenaga, bahkan pikiran.

Namun, dalam kesibukan, siapakah yang bisa memandangnya sebagai sebuah anugerah dari Tuhannya. Lalu ia mensyukuri dan menikmati setiap keadaan yang datang padanya. Maka ia akan menguasai emosionalnya dan menjadikannya sesuatu yang terindah.

Bagaimana Memenej Kesibukan?
  
Sapa ora sibuk? Sangat ironis, saat kata ‘sibuk’ melanda banyak orang tanpa terkecuali, mulai dari bisnisman sampai pengangguran. Dalam keseharian, setiap orang mempunyai kesibukan masing-masing. Bekerja dan beraktivitas apa saja  selalu orang beralasan dengan mengatakan “Maaf, saya sibuk”. Bahkan pengangguran sekalipun bisa juga mengatakan dirinya sibuk. Mungkin saja kesibukannya adalah urusan lain yang bagi sebagian orang hanyalah urusan kecil.

Level ‘sibuk’ antara seseorang dengan lainnya pastilah berbeda. Jika hendak diukur tingkat kesibukan seseorang, barangkali bisnisman akan disibukkan dengan usahanya.  Guru sibuk dengan tugas mengajarnya, dan pengangguran sibuk pula dengan hilir mudiknya. Banyak orang mengatakan  dirinya sedang sibuk. Sekali pun kesibukannya itu hanyalah demi hal yang belum tentu  memberi manfaat bagi dirinya bahkan orang lain.

Manusia,  sebagai sebuah entitas yang mati tanpa makna kontekstualitas, menjadi tidak berguna jika tidak bisa melakukan apapun. Kesibukan bukanlah sebuah alasan untuk tidak menghasilkan sebuah karya. Dalam konteks menulis, sibuk bukan sebuah alasan untuk berhenti dari menulis.

Kita harus bisa menyiasati setiap kesibukan yang kita jalani. Jika kita bersikap positif, tentu akan menghasilkan sesuatu yang positif pula. Sebaliknya jika kita bersikap negatif terhadap kesibukan, pasti akan menghasilkan aksi yang negatif pula.

Kesibukan itu selamanya terus akan membayangi kehidupan kita. Dalam Sebuah pemeo mengatakan, kesibukan telah lebih dahulu lahir ke dunia ini dari pada kita. Tetapi bukan berarti kita harus menyerah terhadap kesibukan. Kita hanya perlu menyikapi kesibukan dan memenejnya dengan baik. Dalam kaitannya dengan menulis, kesibukan haruslah tidak menjadikan seorang penulis stagnant atau bahkan mundur dari kegiatan menulis. Dalam banyak kesempatan, seorang penulis akan dapat menjadikan kesibukan sebagai sesuatu yang bernilai dan mengabadikan menjadi sebuah tulisan.

Seorang yang berjiwa penulis akan selalu mencurahkan kemampuan pikirannya untuk menghasilkan berbagai tulisan dalam apa pun kesibukan yang sedang dialaminya. Ia tidak membiarkan satu haripun terlewat tanpa menulis. Menulis dan membaca menjadi sesuatu yang mengalir dalam darahnya.

Mengapa Kita Harus Menulis?
  
Perlu diingat, ketika kita berbicara, kata-kata hanya melintas sesaat kemudian akan hilang dan terlupakan. Tapi ketika kita menuliskan sebuah pembicaraan ke dalam sebuah tulisan, ia akan terekam selamanya.

Sebuah filosofi yang dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer; Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Begitu pula laiknya menurut Budi Dharma, penulis itu memiliki kedudukan yang mulia, begitu seorang pengarang mati, tugasnya sebagai pengarang tidak bisa diambil alih oleh orang lain. Sebaliknya jika pemegang jabatan mati, dalam waktu singkat ia sudah ada penggantinya. Betapa pentingnya alasan untuk kita menulis untuk sesuatu yang memang perlu diperjuangkan.

Mendidik Diri dengan Menulis

Dalam konteks lain, menulis di tengah kesibukan, tidak hanya akan mendisiplinkan diri kita. Kita juga akan semakin memiliki kompetensi yang baik dan terukur di dalam  menulis. Tegakkanlah prinsip rewards and punishment.  Buatlah diri Anda sedang menjalankan aturan yang Anda buat sendiri. Jika Anda tidak disiplin menulis, maka perlu ada punishment. Misalnya hukumannya membaca untuk diri sendiri. Sebaliknya jika melampaui target, seperti mampu menyelesaikan tulisan buku lebih cepat dari waktu yang ditentukan, maka kita perlu memberikan hadiah buat diri kita, seperti liburan, jalan-jalan, dan sebagainya.

Menulis itu Berkomunikasi
  
Menulis itu bukan hanya berekspresi namun adalah berkomunikasi. Berekspresi hanyalah sebatas meluahkan perasaan saja. Kalau kita berkomunikasi, berarti kita berhadapan dengan orang yang kita ajak berkomunikasi. Kalau seorang penulis berarti komunikasinya pada membaca. Plato mengatakan, when wiseman speak because they have something to say, fools because they have to say something. Orang bijak berbicara karena mereka punya sesuatu untuk disampaikan atau dikatakan, Sementara orang bodoh bicara karena harus menyatakan sesuatu. Artinya orang bijak bisa saja diam dan dia akan bicara ketika ada sesuatu yang penting untuk disampaikan. Jadi kita menulis karena ada sesuatu yang kita sampaikan seperti pengalaman, perasaan, gagasan, dan sebagainya. Kita dan membaca itu harus dibayangkan bahwa kita ada dalam sebuah forum saling berhadapan. Karena itu ada sudut pandang yang kita gunakan, seperti saudara, pembaca, anda, kita sekalian, dan seterusnya. Jadi jangan sampai kita salah posisi dalam menulis. 

Memilih Materi Tulisan

Materi tulisan harus selaras dengan kebutuhan pembaca. Menulislah yang dibutuhkan oleh pembaca. Jangan menulis sesuka hati. Penulis harus memperkirakan apa yang sejatinya dibutuhkan pembaca. Misalnya menulis sesuatu yang menjadi trendy berkaitan keperluan sehari-hari saat ini, mungkin akan lebih menarik bagi pembaca.  

Mengorganisasikan Tulisan

Tulisan harus terorganisir, enak dilihat, dan dibaca. Dalam membuat paragraf misalnya, kita harus memahami tentang teknik menulis paragraf yang padu dan utuh. Jika kita mengabaikannya, tentu akan membuat orang jenuh dan malas untuk membacanya. Harus memahami cara mengatur hubungan antar kata dengan kata, kalimat dalam paragraf, dan hubungan antar paragraph. Begitu seterusnya supaya pembaca tertarik dan mengikuti penjelasan dalam bacaan hingga tuntas.

Bahasa dalam Tulisan
Bahasa komunikatif adalah bahasa yang sesuai dengan genre tulisan. Tulisan ilmiah menggunakan bahasa ilmiah. Jika tulisan ditujukan untuk pembaca umum, maka bahasanya semi ilmiah atau dalam bentuk tulisan populer (monograf). Tulisan populer sifatnya menyapa masyarakat. Atau jika ingin menyampaikan pesan kita dapat menggunakan bahasa yang enak dibaca dan mudah dipahami.

STRATEGI MENULIS

Mohh, Choiri membeberkan 17 strategi yang bisa diterapkan dalam menulis di tengah kesibukan. Strategi ini sebelumnya telah ditulisnya dalam buku terbarunya;  Sapa  Ora Sibuk, Menulis Dalam Kesibukan. Adapun  strategi tersebut adalah:

  1.     Tetapkan Niat Menulis.

Niat dan keyakinan akan menjadi daya dorong ketika kita belum bangkit dan menjadi daya tahan ketika ada godaan. Ketika kemalasan datang, maka niat akan mendorong untuk menulis. Godaan untuk melakukan hal-hal lain yang kurang berguna, seperti menonton infotainment, akan didorong oleh niat. Niat harus kuat. Niat terbagi atas dua ada yang umum dan filosofis, misalnya menulis untuk beramal dan mencerdaskan bangsa. Dan niat yang kedua menulis untuk menghasilkan uang, untuk tambahan penghasilan, untuk dokumen naik pangkat.

2.      Rajinlah Membaca
Membaca seperti sedang melihat masa lalu dan masa depan. Membaca itu biasanya mendahului menulis, pemicu menulis selalu digedor membaca. Ketika kita membaca buku-buku yang bagus, maka suatu saat buku yang bagus akan keluar dari diri kita. Sumber inspirasi yang memperkaya wawasan kita terdapat pada asumsi-asumsi, kutipan-kutipan yang terdpat pada buku-buku yang bagus dan berkualitas.

3.      Gunakan alat perekam gagasan
Kita sehari-hari bepergian jangan lua merekam hal-hal yang menarik dengan kamera. Selebihnya siapkan catatan kecil. Kemanapun kita pergi, selalu ada materi dan sumber inspirasi yang bisa kita abadikan yang nantinya bisa dituliskan dan memperkaya tulisan kita. Prinsipnya adalah kita harus membuka pikiran pada segala masukan. Max Roberts mengatakan; Human mind is like an umbrella. It functions best when opened. Pikiran kita seperti payung yang berfungsi dengan baik ketika terbuka. Tersedianya alat perekam akan membantu kita untuk mendokumentasikan banyak hal di sekeliling kita sebagai sumber ide.

4.      Kobarkan inspirasi menulis
Inspirasi adalah pengetahuan awal yang dimiliki oleh seseorang. Ilham atau sesuatu yang membuat kita memunculkan ide yang paling bagus. Inspirasi tumbuh dan berkembang berkat kekayaan pengetahuan dan sebuah pemicu. Kayanya pengetahuan dan adanya pemicu akan menghadirkan sebuah inspirasi. Jangan menunggu inspirasi, karena seorang penulis tidak pernah menunggu inspirasi.

5.      Tentukan waktu utama
Menentukan waktu utama menulis, apakah pagi hari, sore atau malam. Artinya kita bisa mengalokasikan waktu. Waktu utama menulis tidak boleh berbenturan dengan waktu kerja, harus di luar jam kerja. Selanjutnya kita harus merasa nyaman saat menulis dengan pilihan waktu yang kita tentukan. Pegang komitmen untuk disiplin terhadap waktu yang ditentukan. Sehingga membangun visi fisiologis, membiasakan diri kita.

6.      Bagi pemula, menulislah dengan bebas
Membiasakan diri dengan menulis bebas, menulis spontan, free writing, menulis tanpa takut terhadap aturan-aturan menulis. Curhat dalam menulis, menggunakan bahasa tutur, saya dan aku. Orang yang menulis bebas sebenarnya sedang memaksimalkan kerja otak kanan dan meminimalkan kerja otak kiri. Otak kanan spontan, penuh kebebasan dan tanpa atuan. Otak kiri menuntut kerja teratur, sistematis dan penuh pertimbangan.

7.      Menulis di dalam hati
Di manapun kita berada kita bisa memikirkan apa yang akan kita tulis. Jangan melewatkan ketika ada ide. Langsung proses dalam pikiran.

8.      Menulis di waktu utama
Menulis di waktu yang telah diprioritaskan. Bisa dibantu dengan menyediakan waktu luang. Artinya menetapkan waktu menulis itu sangat penting.

9.      Menulis yang dialami.
Tulisan yang bersumber dari catatan perjalanan, entah itu berkemah, jalan-jalan, dll.

10.  Menulis yang dirasakan
Kita bisa memanfaatkan kekuatan perasaan yang kita tuangkan dalam tulisan.

11.  Menulis selaras minat atau pekerjaan
Menuliskan tulisan terkait pekerjaan yang dijalani. Semua orang punya pengalaman menarik dalam pekerjaan.

12.  Menulis dengan riang
Menulis dengan perasaan bahagia. Seseorang tidak akan pernah menyelesaikan sesuatu jika ia tidak bahagia.

13.  Menulis yang banyak
Menulis satu dua tiga halaman tiap hari. Kuantitas bisa menghasilkan kualitas.

14.  Read better and write faster
Pintar membaca dan menulis dengan lebih cepat. Misalkan menulis biasanya 3 jam untuk satu artikel maka biasakan selesai satu jam.

15.  Membuat motto yang dahsyat
Sebagai pemberi semangat melakukan sesuatu.

16.  Menulis dengan doa
Setiap kita mau menulis, jangan lupa berdoa.

17.  Strategi  Menulis  dalam Kesibukan 
Strategi  Menulis  dalam Kesibukan bisa diambil yang relevan dengan kebutuhan diri sendiri. Tidak harus dipraktekkan semuanya. Sesuaikan dengan kemampuan. Diupayakan ada rasa sensitif dalam diri kita menangkap ide-ide untuk tulisan.


 Ada beberapa tips membagi waktu menulis bagi kita saat kita merasakan sedang sangat sibuk. jangan lupa mencatat poin-poin penting, menyiapkan alat perekam, disertai niat untuk menuliskan apa yang telah dicatat. Teliti dan rajin mencoba sehingga bisa mengembangkan tulisan agar menjadi sebuah artikel maupun buku.

Waktu untuk seorang penulis pemula bisa terampil menulis bisa bervariasi, tergantung pada niat dan ketelatenannya. Teruslah tekun menulis dan jangan mau dikalahkan hanya karena alasan sibuk. Tulislah sesuatu dari hati dan pikiran, kemudian realisasikan dalam sebuah tulisan. Lama-kelamaan akan terbiasa dan mahir dalam menulis.

Kekuatan fisik, mental, dan semangat menulis pasti berbeda bagi setiap orang. Seseorang mempunyai cara berbeda dalam mengatur waktu karena mempunyai kesibukan dan persoalannya sendiri. Namun, jangan lupa menyiapkan  jadwal serta lakukan skala prioritas bagi kegitan menulis.  Barulah kita dapat dikatakan telah memberi arti pada entitas diri dan dapat memenej kesibukan diri.

kelolalah ide dan gagasan secara konsisten. Mulai dahulu dengan langkah menentukan rancangan. Apa yang mau ditulis? Jika ada ide baru muncul, segera catat di tempat lain. Jangan tinggalkan ide yang utama yang harus diselesaikan. Ide yang mampir jadikan sebagai tambahan dalam tulisan. Jangan membiasakan diganggu oleh ide baru yang muncul.

Ketika ada ide yang mampir di pikiran, segera catat poin-poin pentingnya. Tuangkan ide dengan jelas. Hal ini untuk membantu pikiran kita mengolah apa yang akan ditullis. Banyak ide itu tidak masalah, tinggal bagaimana kita mengelola dan menindaklanjutinya menjadi sebuah tulisan yang baik dan menarik. Terus menulis hingga tuntas. Miliki ide sebanyak mungkin, untuk dapat dikembangkan menjadi sebuah tulisan.  Pantas tidaknya tulisan, tidak perlu dijadikan penghalang. Begitu pula jika ada orang yang mengeritik tulisan kita. Jangan kita patah arang. Jadikan kritikan itu untuk penyemangat diri untuk jadi lebih baik.   

Akhirnya, menulis mengajarkan kita untuk mengatasi diri-sendiri, mengelola pikiran dan bersikap rendah hati serta menghindari kesombongan.  Latihan ini perlu dilakukan setiap hari uagar kita menemukan siapa dan bagaimana diri kita.

Kesimpulan
Kesibukan memang selalu ada. Namun, menyiasati kesibukan sangat penting. Menulis dalam kesibukan harus dimaknai sebagai sebuah kewajiban. Memiliki niat yang kuat, komitmen, mendisiplinkan diri, memiliki semangat agar memiliki kekuatan, memilih waktu yang tepat  agar mampu melakoni dan menuntaskan tulisan.

SELAMAT MENULIS.

Profil Much. Khoiri
Lahir di Desa Bacem, Madiun 24 Maret 1965, Much. Khoiri kini menjadi dosen dan penulis buku dari FBS Universitas Negeri Surabaya (Unesa), trainer, editor, penggerak literasi. Alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer Institute in American Studies di Chinese University of Hong Kong (1996) ini  trainer untuk berbagai pelatihan motivasi dan literasi. Ia masuk dalam buku 50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa (2014). Pernah menjadi Redaktur Pelaksana jurnal kebudayaan Kalimas dan penasihat jurnal berbahasa Inggris Emerald. Pernah menjadi redaktur Jurnal Sastra dan Seni. Selain menghidupkan beberapa komunitas penulis, ia juga pernah mengomandani Ngaji Sastra di Pusat Bahasa Unesa bersama para sastrawan. Karya-karyanya (fiksi dan nonfiksi) pernah dimuat di berbagai media cetak, jurnal, dan onlinebaik dalam dan luar negeri. Ia telah menerbitkan 42 judul buku tentang budaya, sastra, dan menulis kreatifbaik mandiri maupun antologi. Buku larisnya antara lain: Jejak Budaya Meretas Peradaban (2014), Rahasia TOP Menulis (2014), Pagi Pegawai Petang Pengarang (2015), Much. Khoiri dalam 38 Wacana (2016), kumpuis Gerbang Kata (2016), Bukan Jejak Budaya (2016), Mata Kata: Dari Literasi Diri (2017),  Write or Die: Jangan Mati sebelum Menulis Buku (2017), Virus Emcho: Berbagi Epidemi Inspirasi (2017), Writing Is Selling (2018), Praktik Literasi Guru Penulis Bojonegoro (2020), Virus Emcho: Melintas Batas Ruang Waktu (2020), dan SOS Sapa Ora Sibuk: Menulis dalam Kesibukan (2020). Sekarang dia sedang menyiapkan naskah buku tentang menulis, budaya, literasi, dan karya sastra (puisi dan cerpen). Dia cukup aktif menulis di muchkhoiriunesa.blogspot.com;  www.kompasiana.com/much-khoiri; muchkhoiri.gurusiana.id.; jalindo.net; dan sahabatpenakita.id.
Instagram: @much.khoiri dan @emcho_bookstore.
Emailnya: muchkhoiriunesa@gmail.com dan muchkoiri@unesa.ac.id  HP/WA: 081331450689. Facebook: Much Khoiri-90.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar