MENULIS DALAM KESIBUKAN
Sepuluh menit lagi pukul 13.00
WIb Om Jay, Sang Presiden ‘Grup Whatsapp Menulis’ mohon izin untuk menutup
group demi kuliah online bersama Bapak Much Khoirin atau biasa disapa Master
Emcho.
“Om Jay changed this group's
settings. To allow only admins to send messages to this group”
Begitu bahasa yang tertulis di
grup whatsapp yang keren ini.
Sebagaimana biasa, Om Jay selalu
memulai dengan menyapa dan mengucapkan salam. Siang ini Master Emcho yang akan memberikan pencerahan
tambahan pengetahuan. Ia adalah dosen dan penulis 42 buku dari Unesa Surabaya
ia mulai memuatkan tulisan di media cetak sejak 1986/1987 (saat kuliah semester
3).
I’m busy, Man.
Banyak orang mengira, kesibukan
membuat dirinya tidak bisa membagi waktu dengan baik. Manusia, tatkala menghadapi
kesibukan, sering tak mampu menunjukkan kebahagiaannya. Ia justru banyak
mengeluh dan mengumpat atas keadaan yang menjadikannya sibuk. Kesibukan telah
membuatnya kehilangan waktu, tenaga, bahkan pikiran.
Namun, dalam kesibukan, siapakah
yang bisa memandangnya sebagai sebuah anugerah dari Tuhannya. Lalu ia
mensyukuri dan menikmati setiap keadaan yang datang padanya. Maka ia akan
menguasai emosionalnya dan menjadikannya sesuatu yang terindah.
Bagaimana Memenej Kesibukan?
Sapa
ora sibuk? Sangat ironis, saat kata ‘sibuk’ melanda banyak orang tanpa
terkecuali, mulai dari bisnisman sampai pengangguran. Dalam keseharian, setiap
orang mempunyai kesibukan masing-masing. Bekerja dan beraktivitas apa saja selalu orang beralasan dengan mengatakan
“Maaf, saya sibuk”. Bahkan pengangguran sekalipun bisa juga mengatakan dirinya sibuk.
Mungkin saja kesibukannya adalah urusan lain yang bagi sebagian orang hanyalah
urusan kecil.
Level ‘sibuk’
antara seseorang dengan lainnya pastilah berbeda. Jika hendak diukur tingkat
kesibukan seseorang, barangkali bisnisman akan disibukkan dengan usahanya. Guru sibuk dengan tugas mengajarnya, dan
pengangguran sibuk pula dengan hilir mudiknya. Banyak orang mengatakan dirinya sedang sibuk. Sekali pun kesibukannya itu hanyalah demi hal yang belum
tentu memberi manfaat bagi dirinya
bahkan orang lain.
Manusia, sebagai sebuah entitas yang mati tanpa makna kontekstualitas,
menjadi tidak berguna jika tidak bisa melakukan apapun. Kesibukan bukanlah
sebuah alasan untuk tidak menghasilkan sebuah karya. Dalam konteks
menulis, sibuk bukan sebuah alasan untuk berhenti dari menulis.
Kita
harus bisa menyiasati setiap kesibukan yang kita jalani. Jika kita bersikap positif,
tentu akan menghasilkan sesuatu yang positif pula. Sebaliknya jika kita bersikap
negatif terhadap kesibukan, pasti akan menghasilkan aksi yang negatif pula.
Kesibukan
itu selamanya terus akan membayangi kehidupan kita. Dalam Sebuah pemeo
mengatakan, kesibukan telah lebih dahulu
lahir ke dunia ini dari pada kita. Tetapi bukan berarti kita harus menyerah
terhadap kesibukan. Kita hanya perlu menyikapi kesibukan dan memenejnya dengan
baik. Dalam kaitannya dengan menulis, kesibukan haruslah tidak menjadikan
seorang penulis stagnant atau bahkan
mundur dari kegiatan menulis. Dalam banyak kesempatan, seorang penulis akan
dapat menjadikan kesibukan sebagai sesuatu yang bernilai dan mengabadikan
menjadi sebuah tulisan.
Seorang
yang berjiwa penulis akan selalu mencurahkan kemampuan pikirannya untuk
menghasilkan berbagai tulisan dalam apa pun kesibukan yang sedang dialaminya.
Ia tidak membiarkan satu haripun terlewat tanpa menulis. Menulis dan membaca
menjadi sesuatu yang mengalir dalam darahnya.
Mengapa Kita Harus Menulis?
Perlu diingat, ketika kita berbicara,
kata-kata hanya melintas sesaat kemudian akan hilang dan terlupakan. Tapi
ketika kita menuliskan sebuah pembicaraan ke dalam sebuah tulisan, ia akan
terekam selamanya.
Sebuah
filosofi yang dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer; Orang boleh pandai setinggi
langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan
dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Begitu pula laiknya menurut
Budi Dharma, penulis itu memiliki kedudukan yang mulia, begitu seorang
pengarang mati, tugasnya sebagai pengarang tidak bisa diambil alih oleh orang
lain. Sebaliknya jika pemegang jabatan mati, dalam waktu singkat ia sudah ada
penggantinya. Betapa pentingnya alasan untuk kita menulis untuk sesuatu yang
memang perlu diperjuangkan.
Mendidik Diri dengan Menulis
Dalam
konteks lain, menulis di tengah kesibukan, tidak hanya akan mendisiplinkan diri
kita. Kita juga akan semakin memiliki kompetensi yang baik dan terukur di dalam
menulis. Tegakkanlah prinsip rewards and punishment. Buatlah diri Anda sedang menjalankan aturan
yang Anda buat sendiri. Jika Anda tidak disiplin menulis, maka perlu ada
punishment. Misalnya hukumannya membaca untuk diri sendiri. Sebaliknya jika
melampaui target, seperti mampu menyelesaikan tulisan buku lebih cepat dari
waktu yang ditentukan, maka kita perlu memberikan hadiah buat diri kita,
seperti liburan, jalan-jalan, dan sebagainya.
Menulis
itu Berkomunikasi
Menulis
itu bukan hanya berekspresi namun adalah berkomunikasi. Berekspresi hanyalah
sebatas meluahkan perasaan saja. Kalau kita berkomunikasi, berarti kita
berhadapan dengan orang yang kita ajak berkomunikasi. Kalau seorang penulis
berarti komunikasinya pada membaca. Plato mengatakan, when wiseman
speak because they have something to say, fools because they have to say
something. Orang bijak berbicara karena mereka punya sesuatu untuk
disampaikan atau dikatakan, Sementara orang bodoh bicara karena harus
menyatakan sesuatu. Artinya orang bijak bisa saja diam dan dia akan bicara
ketika ada sesuatu yang penting untuk disampaikan. Jadi kita menulis karena ada
sesuatu yang kita sampaikan seperti pengalaman, perasaan, gagasan, dan sebagainya.
Kita dan membaca itu harus dibayangkan bahwa kita ada dalam sebuah forum saling
berhadapan. Karena itu ada sudut pandang yang kita gunakan, seperti saudara,
pembaca, anda, kita sekalian, dan seterusnya. Jadi jangan sampai kita salah
posisi dalam menulis.
Memilih
Materi Tulisan
Materi
tulisan harus selaras dengan kebutuhan pembaca. Menulislah yang dibutuhkan oleh
pembaca. Jangan menulis sesuka hati. Penulis harus memperkirakan apa yang
sejatinya dibutuhkan pembaca. Misalnya menulis sesuatu yang menjadi trendy berkaitan keperluan sehari-hari saat
ini, mungkin akan lebih menarik bagi pembaca.
Mengorganisasikan
Tulisan
Tulisan
harus terorganisir, enak dilihat, dan dibaca. Dalam membuat paragraf misalnya,
kita harus memahami tentang teknik menulis paragraf yang padu dan utuh. Jika kita
mengabaikannya, tentu akan membuat orang jenuh dan malas untuk membacanya.
Harus memahami cara mengatur hubungan antar kata dengan kata, kalimat dalam paragraf,
dan hubungan antar paragraph. Begitu seterusnya supaya pembaca tertarik dan
mengikuti penjelasan dalam bacaan hingga tuntas.
Bahasa
dalam Tulisan
Bahasa
komunikatif adalah bahasa yang sesuai dengan genre tulisan. Tulisan ilmiah
menggunakan bahasa ilmiah. Jika tulisan ditujukan untuk pembaca umum, maka
bahasanya semi ilmiah atau dalam bentuk tulisan populer (monograf). Tulisan
populer sifatnya menyapa masyarakat. Atau jika ingin menyampaikan pesan kita
dapat menggunakan bahasa yang enak dibaca dan mudah dipahami.
STRATEGI MENULIS
Mohh,
Choiri membeberkan 17 strategi yang bisa diterapkan dalam menulis di tengah
kesibukan. Strategi ini sebelumnya telah ditulisnya dalam buku terbarunya; Sapa
Ora Sibuk, Menulis Dalam Kesibukan. Adapun
strategi tersebut adalah:
Niat dan keyakinan akan menjadi daya
dorong ketika kita belum bangkit dan menjadi daya tahan ketika ada godaan.
Ketika kemalasan datang, maka niat akan mendorong untuk menulis. Godaan untuk
melakukan hal-hal lain yang kurang berguna, seperti menonton infotainment, akan
didorong oleh niat. Niat harus kuat. Niat terbagi atas dua ada yang umum dan
filosofis, misalnya menulis untuk beramal dan mencerdaskan bangsa. Dan niat
yang kedua menulis untuk menghasilkan uang, untuk tambahan penghasilan, untuk
dokumen naik pangkat.
2.
Rajinlah Membaca
Membaca seperti sedang melihat masa
lalu dan masa depan. Membaca itu biasanya mendahului menulis, pemicu menulis
selalu digedor membaca. Ketika kita membaca buku-buku yang bagus, maka suatu
saat buku yang bagus akan keluar dari diri kita. Sumber inspirasi yang
memperkaya wawasan kita terdapat pada asumsi-asumsi, kutipan-kutipan yang
terdpat pada buku-buku yang bagus dan berkualitas.
3.
Gunakan alat perekam gagasan
Kita sehari-hari bepergian jangan lua
merekam hal-hal yang menarik dengan kamera. Selebihnya siapkan catatan kecil.
Kemanapun kita pergi, selalu ada materi dan sumber inspirasi yang bisa kita
abadikan yang nantinya bisa dituliskan dan memperkaya tulisan kita. Prinsipnya
adalah kita harus membuka pikiran pada segala masukan. Max Roberts
mengatakan; Human mind is like an umbrella. It functions best when
opened. Pikiran kita seperti payung yang berfungsi dengan baik ketika
terbuka. Tersedianya alat perekam akan membantu kita untuk mendokumentasikan
banyak hal di sekeliling kita sebagai sumber ide.
4.
Kobarkan inspirasi menulis
Inspirasi adalah pengetahuan awal yang
dimiliki oleh seseorang. Ilham atau sesuatu yang membuat kita memunculkan ide
yang paling bagus. Inspirasi tumbuh dan berkembang berkat kekayaan pengetahuan
dan sebuah pemicu. Kayanya pengetahuan dan adanya pemicu akan menghadirkan
sebuah inspirasi. Jangan menunggu inspirasi, karena seorang penulis tidak
pernah menunggu inspirasi.
5.
Tentukan waktu utama
Menentukan waktu utama menulis, apakah
pagi hari, sore atau malam. Artinya kita bisa mengalokasikan waktu. Waktu utama
menulis tidak boleh berbenturan dengan waktu kerja, harus di luar jam kerja.
Selanjutnya kita harus merasa nyaman saat menulis dengan pilihan waktu yang
kita tentukan. Pegang komitmen untuk disiplin terhadap waktu yang ditentukan.
Sehingga membangun visi fisiologis, membiasakan diri kita.
6.
Bagi pemula, menulislah dengan
bebas
Membiasakan diri dengan menulis bebas,
menulis spontan, free writing, menulis tanpa takut terhadap
aturan-aturan menulis. Curhat dalam menulis, menggunakan bahasa tutur, saya dan
aku. Orang yang menulis bebas sebenarnya sedang memaksimalkan kerja otak kanan
dan meminimalkan kerja otak kiri. Otak kanan spontan, penuh kebebasan dan tanpa
atuan. Otak kiri menuntut kerja teratur, sistematis dan penuh pertimbangan.
7.
Menulis di dalam hati
Di manapun kita berada kita bisa
memikirkan apa yang akan kita tulis. Jangan melewatkan ketika ada ide. Langsung
proses dalam pikiran.
8.
Menulis di waktu utama
Menulis di waktu yang telah
diprioritaskan. Bisa dibantu dengan menyediakan waktu luang. Artinya menetapkan
waktu menulis itu sangat penting.
9.
Menulis yang dialami.
Tulisan yang bersumber dari catatan
perjalanan, entah itu berkemah, jalan-jalan, dll.
10. Menulis yang dirasakan
Kita bisa memanfaatkan kekuatan
perasaan yang kita tuangkan dalam tulisan.
11. Menulis selaras minat atau pekerjaan
Menuliskan tulisan terkait pekerjaan
yang dijalani. Semua orang punya pengalaman menarik dalam pekerjaan.
12. Menulis dengan riang
Menulis dengan perasaan bahagia.
Seseorang tidak akan pernah menyelesaikan sesuatu jika ia tidak bahagia.
13. Menulis yang banyak
Menulis satu dua tiga halaman tiap
hari. Kuantitas bisa menghasilkan kualitas.
14. Read better and write faster
Pintar membaca dan menulis dengan lebih
cepat. Misalkan menulis biasanya 3 jam untuk satu artikel maka biasakan selesai
satu jam.
15. Membuat motto yang dahsyat
Sebagai pemberi semangat melakukan
sesuatu.
16. Menulis dengan doa
Setiap kita mau menulis, jangan lupa
berdoa.
17. Strategi Menulis dalam Kesibukan
Strategi Menulis
dalam Kesibukan bisa diambil yang relevan dengan kebutuhan diri
sendiri. Tidak harus dipraktekkan semuanya. Sesuaikan dengan kemampuan.
Diupayakan ada rasa sensitif dalam diri kita menangkap ide-ide untuk tulisan.
Waktu
untuk seorang penulis pemula bisa terampil menulis bisa bervariasi, tergantung
pada niat dan ketelatenannya. Teruslah tekun menulis dan jangan mau dikalahkan hanya
karena alasan sibuk. Tulislah sesuatu dari hati dan pikiran, kemudian realisasikan
dalam sebuah tulisan. Lama-kelamaan akan terbiasa dan mahir dalam menulis.
Kekuatan
fisik, mental, dan semangat menulis pasti berbeda bagi setiap orang. Seseorang mempunyai
cara berbeda dalam mengatur waktu karena mempunyai kesibukan dan persoalannya
sendiri. Namun, jangan lupa menyiapkan jadwal serta lakukan skala prioritas bagi
kegitan menulis. Barulah kita dapat
dikatakan telah memberi arti pada entitas diri dan dapat memenej kesibukan diri.
kelolalah
ide dan gagasan secara konsisten. Mulai dahulu dengan langkah menentukan rancangan.
Apa yang mau ditulis? Jika ada ide baru muncul, segera catat di tempat lain.
Jangan tinggalkan ide yang utama yang harus diselesaikan. Ide yang mampir jadikan
sebagai tambahan dalam tulisan. Jangan membiasakan diganggu oleh ide baru yang
muncul.
Ketika
ada ide yang mampir di pikiran, segera catat poin-poin pentingnya. Tuangkan ide
dengan jelas. Hal ini untuk membantu pikiran kita mengolah apa yang akan
ditullis. Banyak ide itu tidak masalah, tinggal bagaimana kita mengelola dan
menindaklanjutinya menjadi sebuah tulisan yang baik dan menarik. Terus menulis hingga
tuntas. Miliki ide sebanyak mungkin, untuk dapat dikembangkan menjadi sebuah
tulisan. Pantas tidaknya tulisan, tidak
perlu dijadikan penghalang. Begitu pula jika ada orang yang mengeritik tulisan
kita. Jangan kita patah arang. Jadikan kritikan itu untuk penyemangat diri untuk
jadi lebih baik.
Akhirnya,
menulis mengajarkan kita untuk mengatasi diri-sendiri, mengelola pikiran dan bersikap
rendah hati serta menghindari kesombongan. Latihan ini perlu dilakukan setiap hari uagar
kita menemukan siapa dan bagaimana diri kita.
Kesimpulan
Kesibukan
memang selalu ada. Namun, menyiasati kesibukan sangat penting. Menulis dalam
kesibukan harus dimaknai sebagai sebuah kewajiban. Memiliki niat yang kuat,
komitmen, mendisiplinkan diri, memiliki semangat agar memiliki kekuatan,
memilih waktu yang tepat agar mampu melakoni dan menuntaskan tulisan.
SELAMAT MENULIS.
Profil Much. Khoiri
Lahir di Desa Bacem, Madiun 24
Maret 1965, Much. Khoiri kini menjadi dosen dan penulis buku dari FBS
Universitas Negeri Surabaya (Unesa), trainer, editor, penggerak literasi.
Alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer
Institute in American Studies di Chinese University of Hong Kong (1996)
ini trainer untuk berbagai pelatihan
motivasi dan literasi. Ia masuk dalam buku 50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa
(2014). Pernah menjadi Redaktur Pelaksana jurnal kebudayaan Kalimas dan
penasihat jurnal berbahasa Inggris Emerald. Pernah menjadi redaktur Jurnal
Sastra dan Seni. Selain menghidupkan beberapa komunitas penulis, ia juga pernah
mengomandani Ngaji Sastra di Pusat Bahasa Unesa bersama para sastrawan.
Karya-karyanya (fiksi dan nonfiksi) pernah dimuat di berbagai media cetak,
jurnal, dan onlinebaik dalam dan luar negeri. Ia telah menerbitkan 42 judul
buku tentang budaya, sastra, dan menulis kreatifbaik mandiri maupun antologi.
Buku larisnya antara lain: Jejak Budaya Meretas Peradaban (2014), Rahasia TOP
Menulis (2014), Pagi Pegawai Petang Pengarang (2015), Much. Khoiri dalam 38
Wacana (2016), kumpuis Gerbang Kata (2016), Bukan Jejak Budaya (2016), Mata
Kata: Dari Literasi Diri (2017), Write
or Die: Jangan Mati sebelum Menulis Buku (2017), Virus Emcho: Berbagi Epidemi
Inspirasi (2017), Writing Is Selling (2018), Praktik Literasi Guru Penulis
Bojonegoro (2020), Virus Emcho: Melintas Batas Ruang Waktu (2020), dan SOS Sapa
Ora Sibuk: Menulis dalam Kesibukan (2020). Sekarang dia sedang menyiapkan
naskah buku tentang menulis, budaya, literasi, dan karya sastra (puisi dan
cerpen). Dia cukup aktif menulis di muchkhoiriunesa.blogspot.com; www.kompasiana.com/much-khoiri;
muchkhoiri.gurusiana.id.; jalindo.net; dan sahabatpenakita.id.
Instagram: @much.khoiri dan
@emcho_bookstore.
Emailnya:
muchkhoiriunesa@gmail.com dan muchkoiri@unesa.ac.id HP/WA: 081331450689. Facebook: Much
Khoiri-90.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar