Berbagi Kebahagiaan Walau Tidak Bahagia
Teman-teman..!
Apa ya, yang bisa membuat kalian bahagia? Seharian ini, kebahagiaan apa yang kamu
dapatkan? Jangan katakan tidak jika kamu tidak ingin dikatakan orang yang
PELUPA. Lupa dengan nikmat-Nya gitu, lho!
Teman,
bahagia itu sederhana saja, lho! Lihat
dirimu hari ini! Sehat, bukan? Lalu lihat, tuh!
Berapa banyak orang yang lagi sakit. Cuma sakit gigi aja misalnya, udah ‘gak bisa
dengerin suara ribut orang di sekitarmu. Keterlaluan kali, ya? Padahal kala itu orang di sekeliling penuh dengan kebahagiaan. Jadi deh, kesedihanmu yang ditularkan ke orang lain. Suasana bahagia berubah jadi sedih.
Sakit gigi
semestinya, berobat. Lalu berdoa kepada yang memberi sakit. Sembuh, dehh! Gak juga sembuh? Ya, berobat terus
lalu berdoa terus. Jangan lupa bersyukur. Hmm, bukan apa-apa. Dulu kamu sakit
gigi juga, tapi sembuh kan? Siapa tuh, yang menyembuhkan sakit gigimu? Obat?
Iya, itu hanya perantara saja. Yang menyembuhkanmu Allah Subhanahu
wata’ala. Allah adalah Asy Syaafii, yaitu Allah
Yang Maha Menyembuhkan.
Ada sebuah kisah besar tentang sakit gigi sebelum saya mengajak teman-teman mengubah pandangan menuju pikiran bahagia.
Ingat
gak, cerita Nabi Musa yang sakit gigi, lalu meminta kesembuhan pada Allah. Nabi
Musa itu kalimullah (orang yang sering berkomunikasi dengan Allah). 'Ya Allah
tunjukkan obat untuk sakit gigi itu apa?' Singkat cerita Allah kasih tahu 'kamu
kunyah rumput ini!' karena resepnya dari Allah ya, sudah pasti mujarab. Jika
dari dokter ya, belum tentu juga, ya. Singkat cerita, setelah dikunyah langsung
sembuh.
Di
lain waktu Nabi Musa kambuh lagi sakit giginya.
Merasa udah tahu obatnya, gak perlu konsultasi lagi sama Allah. Langsung aja
ngunyah lagi itu rumput. Eeh, gak sembuh.
Kemudian cari lagi dan kunyah lagi. Tapi malah tambah sakit. Hmm, tanya deh, sama
Allah. “Ya Allah, mengapa sakit gigiku gak juga sembuh? Kini malah tambah sakit.”
Lalu dijawab sama Allah, “Kamu itu kekasihku, seharusnya kamu tahu bahwa yang
menyembuhkan itu 'Aku' bukan rumput itu.
Dari
kisah di atas, mestinya kita mengambil hikmahnya bahwa yang membuat sakit dan menyembuh
itu bukanlah obat. Tapi jelas Allah. Allah yang menciptakan sakit, Allah yang
menciptakan obatnya. Dan tidak serta merta obat dapat menyembuhkan. Semua itu
atas izin Allah. Muter-muter, yang mengizinkan kita sehat Allah, yang membuat
sakit juga Allah. Jadi gak usah sedih, deh. Apalagi hidup mati semua ada di
tangan Allah. Maksudnya, kita itu gak perlu bersedih atau berputus asa dengan
apa yang menimpa kita. Lalu bawaannya sedih atau kecewa. Frustrasi lagi. Ah,
mikir dong, teman! Kamu frustrasi memang keadaan berubah lebih baik? Nggak,
kan? Yang ada kita jadi tambah sakit dan susah.
Sudahlah!
Berhenti dari bersedih dan frustrasi!
O,
ya, yang sakit itu tubuh kan? Misalnya tadi, tuh. Gigi sakit, kepala sakit,
tangan sakit, perut sakit. Pokoknya, seluruh anggota badan kita bisa saja
terkena sakit. Ssstt.., terakhir kalau udah mati, gak terasa lagi sakit di
dunia ini, ya?
Hmm..,
sakit itu kayaknya perasaan, ya. Coba jika ditanya orang, gimana gigimu
sekarang, masih sakit? Jawabannya ada di antara kata kunci ‘rasanya’ atau ‘perasaan’.
Sudah sembuh, (rasanya) sudah sembuh atau (perasaan) sudah sembuh. Atau (rasanya)
masih sakit dan (perasaan) masih sakit. Jadi yang sakit itu sebenarnya
perasaan.
Lalu
perasaan itu adanya di mana di dalam tubuh kita? Ya, di mana-mana lah. Di tangan,
di kaki, di kepala, dan sebagainya. Kalau begitu, perasaan atau rasa itu mempunyai
peranan yang sangat besar mengatur hidup kita. Tak ada tempat ditubuh kita yang
tidak didatangi oleh perasaan atau rasa. Perasaan itu berkoneksi langsung dengan
otak kita, atau pikiran kita lho. Jika kita memikirkan hal-hal yang negatif,
berarti kita akan merasakan hal yang negatif itu. Seperti sakit, malu, takut,
sedih, atau kecewa. Tapi sebaliknya jika kita memikirkan hal-hal yang positif
seperti merasa bahagia, senang, berani, yakin, dan sebagainya. Kita pasti akan mendapatkannya juga.
Oleh
karena itu, berhenti, yok. kita berpikiran negatif. Ah, dunia ini terlalu besar
untuk menempat orang-orang berjiwa kerdil yang suka mengikuti perasaan
negatifnya. Jika kita larut dalam kesedihan dapat apa, hayo? Tambah rumit kali,
ya, urusannya? Tapi jika kita hepi aja
menghadapi persoalan hidup sambil berpikir jernih untuk mengatasinya, pasti
kerumitan akan berganti menjadi kemudahan. Begitu Allah menghibur kita dengan
ayat “Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6)
Siapa,
sih dalam hidup ini yang gak pernah dirundung kesulitan dan kesedihan? Ada banyak
orang yang mengalami masalah besar dan kecil dalam hidupnya. Sedikit yang bisa
melewati dan lebih besar mengalami kekecewaan yang berat dan frustrasi. Padahal
Allah pasti akan memberi jalan keluar. Tinggal kita yang harus memikirkannya
dengan rasional. Ingat, rasional dan emosional bagaikan dua sisi mata uang yang
berbeda. Rasional adalah jalan berfikir menuju penyelesaian. Sedangan emosional
adalah jalan berfikir yang mengikuti perasaan dan menuju kehancuran.
Kita
tidak boleh berasumsi tentang semua yang kita lalui adalah takdir dari Allah. Karena
Allah telah memberi garis dan pemisah yang jelas antara jalan kebaikan dan
keburukan. Jika kita mengikuti jalan kebaikan tentu akan mendatangkan kebaikan
bagi diri kita. Sebaliknya jika kita mengikuti jalan keburukan, tentulah
keburukan pula yang akan diperoleh. Begitulah hendaknnya kita memahami takdir dalam
menjalani kehidupan ini.
Allahu Robbul ‘alamin motivator terbaik jika sedang menghadapi permasalahan berat dalam hidup anda. Dia tempat mengembalikan segala persoalan yang
tidak dapat dipecahkan. Jangan pula sebaliknya kita semakin menjauh. “Siapa mendekat kepada-KU (Allah) sejengkal, maka Aku akan
mendekatinya sehasta, Siapa yang mendekat kepada-KU (Allah) satu hasta, maka Aku
akan mendekat kepadanya satu depa. Dan siapa yang mendekat kepada-KU (Allah)
dengan berjalan kaki, maka aku akan mendekatinya dengan berlari-lari kecil. (HR
Muslim)
Yakinlah, pikiran
positif akan tumbuh dalam diri kita, jika kita bersandar pada-Nya. Ia sebagai Penolong
yang akan membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang kita hadapi.
1. Yakinlah, Tiada Persoalan yang Tidak Dapat Diselesaikan
Semua permasalahan sudah pasti ada jalan keluar. Ingatlah
Q.S. Al-Baqarah : 286 yang berbunyi : “Allah tidak membebani seseorang itu
melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. Kita hendaknya selalu berpikiran
positif dalam menangani semua permasalahan yang ada, meskipun itu berat. tetrapi,
kita pun harus tetap yakin dan optimis bahwa kita bisa menghadapi permasalahan
tersebut.
2. Dalam
Kesulitan Pasti Ada Kemudahan
Janganlah kita
berputus asa jika permasalah yang kita hadapi belum diberi jalan keluar
oleh-Nya. Pasti Allah punya rencana yang lebih besar untuk kebaikan kita. Jika dulu
kita mengalami kesulitan, tidakkah Allah melepaskan kesulitan itu? Padahal saat
itu, mungkin kecemasan kita terlalu berlebihan seakan semuanya akan jadi begini
dan begitu. Mungkin juga kala itu kita mengumpat sama Allah. Mengatakan hal
yang tidak sepantasnya kita ucapkan. Barangkali ada orang yang mengatakan bahwa
Allah itu tidak adil. Atau kita merasa sudah capek berdoa tetapi Allah tidak
juga mengabulkannya. Sehingga kita tidak menyadari, segala kekeliruan kita itu
akan menjadi tabungan dosa sampai kita bertaubat dan tidak mengulanginya lagi. “Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6)
3. Nikmati Hidup, Kurangi Mengeluh, dan Mencoba Bersyukur.
Sifat suka mengeluh
adalah sifat yang dibenci oleh Allah. Jika selalu mengeluh tentang nasib yang
kurang baik dibandingkan dengan orang lain, itu sangat buruk. “Sesungguhnya manusia diciptakan sukanya berkeluh kesah
lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan, apabila ia
mendapat kebaikan, ia amat kikir. Kecuali, orang-orang yang senantiasa
mendirikan shalat. (QS al-Ma'arij: 19-22). Ini menerangkan bahwa sikap
berkeluh kesah adalah sikap orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah. Lalu Allah
akan semakin membebaninya dengan berbagai kesulitan. "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim : 7).
4. Memahami
Hikmah di Balik Kejadian
Suatu hal yang wajar, ketika menghadapi masalah
timbul rasa sedih, benci, marah, kecewa. Namun janganlah kita berputus asa. Karena
kita tidak tahu akan hikmah dan kebaikan di balik kesulitan tersebut. (Q.S.
Al-Baqarah : 216) menyebutkan “Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia
baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan
Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui”.
5. Selalu Takwa
dan Tawakal pada sang Illahi
Tiada jalan lain
yang membuat kita tenang selain selalu bertawakal kepada sang Illahi. Allah
menjadi tempat mengadukan segala kegundahan dan
kegelisahan. Setelah kita berusaha dan belum menemukan jalan keluar, serahkan
pada-Nya segala persoalan karena Allah Maha Penolong. Sebagai manusia, kita
memiliki banyak keterbatasan. Lalu Dialah yang Maha Perkasa dapat menolong
kita. (Q.S. Ath-Thalaq : 2-3) “ Barang siapa bertakwa kepada Allah, maka Dia
(Allah) akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rizki dari jalan
yang tidak ia sangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka
cukuplah Allah baginya, Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia
(Allah) telah menjadikan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.
Penutup
Dengan bertawakal dan bertakwa kepada Allah SWT,
Maka ketika menghadapi permasalahan berat, Allah akan melapangkan jalan keluar
dan datangnya rizki yang tak disangka. Memang hal demikian merupakan solusi
yang tak tertandingi, dan perlu untuk selalu diterapkan dalam menjalani hidup sehari-hari.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar