Rabu, 13 Mei 2020

BERBAGI KEBAHAGIAAN WALAU TIDAK BAHAGIA

Berbagi Kebahagiaan Walau Tidak Bahagia

Teman-teman..! Apa ya, yang bisa membuat kalian bahagia? Seharian ini, kebahagiaan apa yang kamu dapatkan? Jangan katakan tidak jika kamu tidak ingin dikatakan orang yang PELUPA. Lupa dengan nikmat-Nya gitu, lho!

Teman, bahagia itu sederhana saja, lho! Lihat dirimu hari ini! Sehat, bukan? Lalu lihat, tuh! Berapa banyak orang yang lagi sakit. Cuma sakit gigi aja misalnya, udah ‘gak bisa dengerin suara ribut orang di sekitarmu. Keterlaluan kali, ya? Padahal kala itu orang di sekeliling penuh dengan kebahagiaan. Jadi deh, kesedihanmu yang ditularkan ke orang lain. Suasana bahagia berubah jadi sedih. 

Sakit gigi semestinya, berobat. Lalu berdoa kepada yang memberi sakit. Sembuh, dehh! Gak juga sembuh? Ya, berobat terus lalu berdoa terus. Jangan lupa bersyukur. Hmm, bukan apa-apa. Dulu kamu sakit gigi juga, tapi sembuh kan? Siapa tuh, yang menyembuhkan sakit gigimu? Obat? Iya, itu hanya perantara saja. Yang menyembuhkanmu Allah Subhanahu wata’ala. Allah adalah Asy Syaafii, yaitu Allah Yang Maha Menyembuhkan.

Ada sebuah kisah besar tentang sakit gigi sebelum saya mengajak teman-teman mengubah pandangan menuju pikiran bahagia.
Ingat gak, cerita Nabi Musa yang sakit gigi, lalu meminta kesembuhan pada Allah. Nabi Musa itu kalimullah (orang yang sering berkomunikasi dengan Allah). 'Ya Allah tunjukkan obat untuk sakit gigi itu apa?' Singkat cerita Allah kasih tahu 'kamu kunyah rumput ini!' karena resepnya dari Allah ya, sudah pasti mujarab. Jika dari dokter ya, belum tentu juga, ya. Singkat cerita, setelah dikunyah langsung sembuh.
Di lain waktu  Nabi Musa kambuh lagi sakit giginya. Merasa udah tahu obatnya, gak perlu konsultasi lagi sama Allah. Langsung aja ngunyah  lagi itu rumput. Eeh, gak sembuh. Kemudian cari lagi dan kunyah lagi. Tapi malah tambah sakit. Hmm, tanya deh, sama Allah. “Ya Allah, mengapa sakit gigiku gak juga sembuh? Kini malah tambah sakit.” Lalu dijawab sama Allah, “Kamu itu kekasihku, seharusnya kamu tahu bahwa yang menyembuhkan itu 'Aku' bukan rumput itu.
Dari kisah di atas, mestinya kita mengambil hikmahnya bahwa yang membuat sakit dan menyembuh itu bukanlah obat. Tapi jelas Allah. Allah yang menciptakan sakit, Allah yang menciptakan obatnya. Dan tidak serta merta obat dapat menyembuhkan. Semua itu atas izin Allah. Muter-muter, yang mengizinkan kita sehat Allah, yang membuat sakit juga Allah. Jadi gak usah sedih, deh. Apalagi hidup mati semua ada di tangan Allah. Maksudnya, kita itu gak perlu bersedih atau berputus asa dengan apa yang menimpa kita. Lalu bawaannya sedih atau kecewa. Frustrasi lagi. Ah, mikir dong, teman! Kamu frustrasi memang keadaan berubah lebih baik? Nggak, kan? Yang ada kita jadi tambah sakit dan susah.
Sudahlah! Berhenti dari bersedih dan frustrasi!
O, ya, yang sakit itu tubuh kan? Misalnya tadi, tuh. Gigi sakit, kepala sakit, tangan sakit, perut sakit. Pokoknya, seluruh anggota badan kita bisa saja terkena sakit. Ssstt.., terakhir kalau udah mati, gak terasa lagi sakit di dunia ini, ya?
Hmm.., sakit itu kayaknya perasaan, ya. Coba jika ditanya orang, gimana gigimu sekarang, masih sakit? Jawabannya ada di antara kata kunci ‘rasanya’ atau ‘perasaan’. Sudah sembuh, (rasanya) sudah sembuh atau (perasaan) sudah sembuh. Atau (rasanya) masih sakit dan (perasaan) masih sakit. Jadi yang sakit itu sebenarnya perasaan.
Lalu perasaan itu adanya di mana di dalam tubuh kita? Ya, di mana-mana lah. Di tangan, di kaki, di kepala, dan sebagainya. Kalau begitu, perasaan atau rasa itu mempunyai peranan yang sangat besar mengatur hidup kita. Tak ada tempat ditubuh kita yang tidak didatangi oleh perasaan atau rasa. Perasaan itu berkoneksi langsung dengan otak kita, atau pikiran kita lho. Jika kita memikirkan hal-hal yang negatif, berarti kita akan merasakan hal yang negatif itu. Seperti sakit, malu, takut, sedih, atau kecewa. Tapi sebaliknya jika kita memikirkan hal-hal yang positif seperti merasa bahagia, senang, berani, yakin, dan sebagainya. Kita pasti  akan mendapatkannya juga.
Oleh karena itu, berhenti, yok. kita berpikiran negatif. Ah, dunia ini terlalu besar untuk menempat orang-orang berjiwa kerdil yang suka mengikuti perasaan negatifnya. Jika kita larut dalam kesedihan dapat apa, hayo? Tambah rumit kali, ya, urusannya? Tapi jika kita hepi aja menghadapi persoalan hidup sambil berpikir jernih untuk mengatasinya, pasti kerumitan akan berganti menjadi kemudahan. Begitu Allah menghibur kita dengan ayat “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6)
Siapa, sih dalam hidup ini yang gak pernah dirundung kesulitan dan kesedihan? Ada banyak orang yang mengalami masalah besar dan kecil dalam hidupnya. Sedikit yang bisa melewati dan lebih besar mengalami kekecewaan yang berat dan frustrasi. Padahal Allah pasti akan memberi jalan keluar. Tinggal kita yang harus memikirkannya dengan rasional. Ingat, rasional dan emosional bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda. Rasional adalah jalan berfikir menuju penyelesaian. Sedangan emosional adalah jalan berfikir yang mengikuti perasaan dan menuju kehancuran.
Kita tidak boleh berasumsi tentang semua yang kita lalui adalah takdir dari Allah. Karena Allah telah memberi garis dan pemisah yang jelas antara jalan kebaikan dan keburukan. Jika kita mengikuti jalan kebaikan tentu akan mendatangkan kebaikan bagi diri kita. Sebaliknya jika kita mengikuti jalan keburukan, tentulah keburukan pula yang akan diperoleh. Begitulah hendaknnya kita memahami takdir dalam menjalani kehidupan ini.
Allahu Robbul ‘alamin motivator terbaik jika sedang menghadapi permasalahan berat dalam hidup anda. Dia tempat mengembalikan segala persoalan yang tidak dapat dipecahkan. Jangan pula sebaliknya kita semakin menjauh. “Siapa mendekat kepada-KU (Allah) sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta, Siapa yang mendekat kepada-KU (Allah) satu hasta, maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa. Dan siapa yang mendekat kepada-KU (Allah) dengan berjalan kaki, maka aku akan mendekatinya dengan berlari-lari kecil. (HR Muslim)
Yakinlah, pikiran positif akan tumbuh dalam diri kita, jika kita bersandar pada-Nya. Ia sebagai Penolong yang akan membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang kita hadapi.

1. Yakinlah, Tiada Persoalan yang Tidak Dapat Diselesaikan

Semua permasalahan sudah pasti ada jalan keluar. Ingatlah Q.S. Al-Baqarah : 286 yang berbunyi : “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. Kita hendaknya selalu berpikiran positif dalam menangani semua permasalahan yang ada, meskipun itu berat. tetrapi, kita pun harus tetap yakin dan optimis bahwa kita bisa menghadapi permasalahan tersebut.

2. Dalam Kesulitan Pasti Ada Kemudahan

Janganlah kita berputus asa jika permasalah yang kita hadapi belum diberi jalan keluar oleh-Nya. Pasti Allah punya rencana yang lebih besar untuk kebaikan kita. Jika dulu kita mengalami kesulitan, tidakkah Allah melepaskan kesulitan itu? Padahal saat itu, mungkin kecemasan kita terlalu berlebihan seakan semuanya akan jadi begini dan begitu. Mungkin juga kala itu kita mengumpat sama Allah. Mengatakan hal yang tidak sepantasnya kita ucapkan. Barangkali ada orang yang mengatakan bahwa Allah itu tidak adil. Atau kita merasa sudah capek berdoa tetapi Allah tidak juga mengabulkannya. Sehingga kita tidak menyadari, segala kekeliruan kita itu akan menjadi tabungan dosa sampai kita bertaubat dan tidak mengulanginya lagi. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6)

3. Nikmati Hidup, Kurangi Mengeluh, dan Mencoba Bersyukur.

Sifat suka mengeluh adalah sifat yang dibenci oleh Allah. Jika selalu mengeluh tentang nasib yang kurang baik dibandingkan dengan orang lain, itu sangat buruk. Sesungguhnya manusia diciptakan sukanya berkeluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan, apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir. Kecuali, orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat. (QS al-Ma'arij: 19-22). Ini menerangkan bahwa sikap berkeluh kesah adalah sikap orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah. Lalu Allah akan semakin membebaninya dengan berbagai kesulitan. "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim : 7).

4. Memahami Hikmah di Balik Kejadian

Suatu hal yang wajar, ketika menghadapi masalah timbul rasa sedih, benci, marah, kecewa. Namun janganlah kita berputus asa. Karena kita tidak tahu akan hikmah dan kebaikan di balik kesulitan tersebut. (Q.S. Al-Baqarah : 216) menyebutkan “Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui”.

5. Selalu Takwa dan Tawakal pada sang Illahi

Tiada jalan lain yang membuat kita tenang selain selalu bertawakal kepada sang Illahi. Allah menjadi tempat mengadukan segala kegundahan dan  kegelisahan. Setelah kita berusaha dan belum menemukan jalan keluar, serahkan pada-Nya segala persoalan karena Allah Maha Penolong. Sebagai manusia, kita memiliki banyak keterbatasan. Lalu Dialah yang Maha Perkasa dapat menolong kita. (Q.S. Ath-Thalaq : 2-3) “ Barang siapa bertakwa kepada Allah, maka Dia (Allah) akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia (Allah) telah menjadikan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.
Penutup
      Dengan bertawakal dan bertakwa kepada Allah SWT, Maka ketika menghadapi permasalahan berat, Allah akan melapangkan jalan keluar dan datangnya rizki yang tak disangka. Memang hal demikian merupakan solusi yang tak tertandingi, dan perlu untuk selalu diterapkan dalam menjalani hidup sehari-hari.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar