Jumat, 05 November 2021

MEMAKNAI PENDIDIKAN KARAKTER DI TENGAH HILANGNYA JATI DIRI BANGSA


MEMAKNAI PENDIDIKAN KARAKTER
DI TENGAH HILANGNYA JATI DIRI BANGSA

BAGIAN 1:

(Belajar memperbaiki kesalahan dari petuah-petuah lama)

BERBUAT BAIK BERPADA-PADA,
BERBUAT JAHAT JANGAN SEKALI.

"Berbuat baik berpada-pada, berbuat jahat jangan sekali". Peribahasa lama ini sudah jarang kita mendengarnya, seiring dengan berubahnya peradaban dan arus negatif dari globalisasi. Banyak orang menyebut bahwa sekarang adalah peradaban modern. Tapi malang, banyak hal positif dari masa sebelumnya turut ditinggalkan. Segala hal yang terkait ketertinggalan mereka sebut kuno, lama atau jadul (jaman dulu). Sungguh disayangkan, banyak orang akhirnya tidak memperdulikan kebermanfaatan dari sebuah pengajaran lama melalui peribahasa.

Sebagai guru di sekolah, saya dapat menilai bahwa fungsi peribahasa sebagai nasihat sudah tidak lagi dipentingkan. Bertambah malang, tidak banyak lagi yang mampu mengulang peribahasa itu, baik dari kalangan sebagian guru, apalagi siswa secara umum. Sementara pada kurikulum sebelum ini, peribahasa bukan hanya sebagai materi ajar di sekolah, namun banyak digunakan dalam percakapan formal dan nonformal.

Apa yang terlihat saat ini, ketika peribahasa atau kalimat berkias tidak lagi digunakan? Ternyata banyak orang yang berbicara lugas (secara terang-terangan), sehingga terdengar sangat tidak berpatutan. Mereka mengabaikan rasa segan silu dalam berucap dan bertingkah laku. Kesadaran untuk mengedepankan keluhuran budi pekerti mulai menipis. Ini pada akhirnya akan melahirkan generasi-generasi tidak mau perduli (acuh tidak acuh, keras, dan suka membangkang. Kita sedang merindukan kesantunan itu sebagai ciri khas adat ketimuran di negeri ini.

Lihat lagi apa yang terjadi saat ini! Adakah kita semua tidak merasakan bahwa komunikasi yang terjalin antara guru dan siswa kita ada yang salah? Siswa tidak santun, bicara dengan meninggikan suara terhadap guru, membuang muka saat dinasihati, atau memintas (menyela) perkataan guru dengan kasar. 

Apakah yang telah hilang di tengah-tengah kita saat kita berramai-ramai berkeinginan melakukan pendidikan anak yang berkarakter? 

Bersambung ...

Rabu, 27 Oktober 2021

PEMBERIAN BERBUAH KEBAIKAN

Masya Allah... Baru saya menyadari ada sesuatu yang mengalir jadi pahala bagi sang pemilik (mushaf) Alqur'an yang saya baca ini. Semulanya, saya tidak mengira iklan media sosial tentang beramal melalui bagi-bagi Alquran ternyata sangat berarti. 

Bagaimana tidak, setiap saya memegang Alquran yang sudah lama dan terlihat lusuh ini, lalu membacanya lembar demi lembar secara berulang-ulang, ada pahala yang menyicil untuk seseorang yang meninggalkan Alquran di tangan saya. 

Saya menjadi sangat yakin dengan seseorang yang setelah sekian lama tidak saya temui itu, atau mungkin orang itu sendiri telah lupa pernah meninggalkan Alquran di suatu tempat untuk dibagikan. Atau mungkin pula ia tengah kehilangan Alquran miliknya. Kini orang itu mendapatkan kebaikan (pahala) dari Allah. Pahala yang diperolehnya, yang tidak akan pernah berkurang selama mushaf Alquran ini masih terus dibaca. 

Allah SWT berfirman:

مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” 
(Surat Al-Baqarah ayat 245)

Sedikit pun pahala memberi infak dan sedekah Alquran ini tidak mengurangi pahala bagi orang yang membacanya. Kini saya menyadari, menginfakkan Alquran atau yang seumpama dengannya termasuk amal perbuatan baik yang tidak pernah berhenti mengalir pahalanya. 

----

Mari berinfak dan sedekah. Semoga Allah mengganjar dengan pahala yang berlimpah. Aamiin!

Rabu, 22 September 2021

MENGEJAWANTAH PIKIRAN SANG GURU PUISI MULTIMEDIA, ASRIZAL NUR

MENGEJAWANTAH PIKIRAN SANG GURU PUISI MULTIMEDIA, ASRIZAL NUR


Pesan dalam Puisi
(Bagian 1)

Foto Ilustrasi : Asrizal Nur

Puisi itu memiliki pesan atau amanat. Pesan dapat bermakna harfiah (sebenarnya) atau yang bermakna tersirat. Makna tersirat, makna lain atau makna tersembunyi. Puisi yang di dalamnya penuh makna tersirat, terasa dan terdengar lebih kuat dan bahkan dapat membuka cakrawala berpikir yang luas.

Jika puisi itu adalah luahan perasaan, jawabannya, YES. Namun, tidak berhenti hanya meluahkan perasaan, mari kita mengubah pola dari meluahkan apa adanya menjadi ada apanya. Lalu menuangkannya dalam tulisan dan puisi. 

Jika saya menulis puisi hanya tentang diriku, tentang emosi kemarahanku, atau tentang rasa bahagiaku, saya justru tidak akan bisa berharap agar orang lain sepenuhnya menyukai pikiran yang terdapat dalam tulisan puisi saya. Karena dalam banyak situasi, seseorang lebih menyukai pikirannya sendiri untuk ditonjolkannya.

Foto Ilustrasi : Asrizal Nur

Puisi itu untuk dinikmati oleh pembaca dan pendengarnya. Bukan untuk dinikmati sendiri. Lalu buatlah puisi itu untuk bisa dinikmati orang lain. Maksudnya, puisi tidak semata-mata luahan jiwa, namun di dalam puisi lebih banyak mengandung pesan yang ingin disampaikan. 

Pesan itu, ruhnya puisi. Pesan dalam puisi juga sebagai nutrisi yang berfungsi memberi tenaga pada puisi. Sehingga pesan dalam puisi akan memberikan kekuatan yang membangun sebuah puisi. Sebaliknya puisi yang minim pesan akan terasa hambar di lidah, terdengar sumbang di telinga. 

Foto Ilustrasi : Asrizal Nur

Pikirkanlah pesan sebuah puisi sebelum menulis. Atau boleh juga bersambil pada saat dimulainya menulis. Ketika kita memulai memunculkan ide dari apa yang kita lihat dan pikirkan, ketika itulah kita mulai mencari dan mendapatkan ide. Batu, pasir, kerikil, gunung, dan pohon itu semua dapat dijadikan sumber ide yang akan melahirkan pesan (amanat).

Apa sajakah pesan yang bisa disampaikan dalam puisi? Ada banyak sekali pesan atau amanat yang bisa disampaikan dalam puisi.  Pesan atau amanat puisi bisa pesan kemanusiaan, pesan politik, pesan moral, dan sebagainya. Untuk membahas tentang penggolongan pesan/amanat puisi, akan menjadi sub topik pada pembahasan lain.

Foto Ilustrasi : Asrizal Nur

Setiap kata, diksi, atau kalimat yang dihasilkan dari pikiran kita, hendaklah kita olah berulang-ulang agar menghasilkan sebuah kata bermakna yang bukan kata itu sendiri. Masih adakah kata-kata(diksi) atau kalimat yang maknanya lebih dalam, maka pilihlah itu! Rasakan perbedaan maknanya, sambil tetap fokus pada tujuan mencari makna tersembunyi dari kata, diksi, atau kalimat tersebut.

Tidak perlu menjadi orang yang mahir hanya demi mengolah sebuah kata untuk menjadikannya lebih bermakna. Batu, pasir, kerikil, gunung, dan pohon misalnya bisa memiliki makna yang berbeda dari maksud awalnya. Batu, membatu bisa berarti kekerasan jiwa, kekuatan hati, kebekuan hati. Kerikil dapat pula berarti sandungan dalam kehidupan. 

Foto Ilustrasi : Asrizal Nur

Asyik sekali jika kita dapat menemukan makna turunan dari sebuah kata. Tanpa bertujuan untuk mengatakan hal yang sebenarnya dari kata itu. Ingat dalam puisi yang kita tulis, kita mencoba untuk menggiring pikiran kita, mengungkapkan sesuatu yang berbeda dari maksud sebenarnya. 

Begitu juga saat seseorang membaca puisi yang kita tulis. Ia akan memberikan apresiasi dan penilaian yang beragam sesuai yang dipahaminya. Semakin banyak pembaca dan pendengar memberikan apesiasi terhadap sebuah puisi karya kita, akan semakin baik pula kita memahami sisi kekurangan dan kelebihan kita. 

Di sebalik semua itu, yang pasti puisi yang kita tulis itu, jika belum dapat memenuhi rasa pada setiap orang, sekurangnya telah membuat kita mencoba mengasah kemampuan. Setidaknya pula, kita telah memiliki koleksi pikiran kita sebagai penanda kita pernah berada di masa tertentu dan tercatat sebagai penulis atau pengarang.

Dalam mengungkapkan perasaan, kita dapat mengolah kata-kata lewat apa yang kita lihat di alam atau pun benda-benda mati. Misalnya lewat batu, pasir, kerikil, gunung, atau pohon. 

Foto Ilustrasi : Asrizal Nur

Teruslah bicara tentang benda-benda mati tersebut. Misalnya pada kalimat "Membatu kerinduanku pada segara kasih-Mu,  Diam membisu menatap derai yang melebur pantai-Mu." Baris kalimat ini bisa saja ditanggapi beragam oleh pembacanya. Tetapi barangkali pengarang ingin menyatakan kegundahan hatinya tanpa ingin menyebutkan secara polos bahwa ia sedang gundah atau bersedih. 

Pengarang tidak menggunakan kata gundah dan sedih, namun kalimat puisi itu sudah menggambarkan kegundahan dan kesedihannya. Nah, yang demikian itulah yang dikenal sebagai makna tersembunyi yang akan menjadi pesan tersirat dalam puisi.

Bahasa Indonesia ini kaya akan kata dan makna. Jika kita menemukan kata yang lebih bermakna dari kata yang kita tulis semula, kenapa tidak kita ganti saja? Teruslah lakukan sampai kita meyakini tidak ada celah yang dapat meruntuhkan bangunan puisi kita.

Puisi yang sarat pesan, tidak hanya akan membuat pembaca atau pendengar terkagum-kagum. Mereka akan memberi apresiasi lewat ucapan dan komentar yang dapat menguatkan bagi penulis puisi. Hal ini tentu akan menjadi masukan berharga baginya. Sama ada masukan itu berbentuk kritikan atau saran, yang pasti hal itu akan sangat bermanfaat bagi kita dalam belajar mengukir kemampuan berpuisi.

Kini perpuisian Indonesia telah berevolusi dengan pembaruan-pembaruan. Sehingga muncul penyair-penyair baru dan tatanan baru yang lebih luwes dalam mengeksporasikan puisi. 

Para penyair tampaknya tidak lagi harus terperangkap dengan gaya-gaya lama yang terkesan membosankan. Kita bisa belajar dari Bang Asnur?  Saya merasakan kebaikan dan mendapat banyak pencerahan. 

Di sini, kita tidak saja bisa menggali ilmu dari apa yang dilakukan oleh para pembelajar, tetapi kita dibimbing oleh ahlinya. Terutama sang Motivator, Bang Asrizal Nur yang ramah. Izinkan saya menyebut beliau sebagai sang Inspirator.

Saat kita menayangkan puisi hasil karya kita,atau mencoba unjuk kebolehan dengan berdeklamasikan puisi, kita akan sangat mengharapkan apresiasi dari banyak orang. Apresiasi yang memberikan nafas pada tulisan kita.

Apresiasi dari pembaca dan pendengar itu adalah wujud dari sebuah perhatian. Setiap orang pun memiliki kemampuan yang berbeda dalam memberikan apresiasi. Tergantung bagaimana mereka memahami atau memaknai isi puisi yang dibaca atau didengarnya. 

Bukan masalah dengan apresiasi atau kritikan yang beragam. Pada akhirnya, semua bisa menjadi sangat berarti untuk perbaikan dan demi kemajuan kita. Jangan pesimis jika mendapat kritikan atau bahkan bila seandainya tidak ada yang mengomentari. Optimis saja, berpikiran positif saja. Katakan dalam diri bahwa aku menulis bukan untuk berharap pujian. 

Setiap kata dalam puisi dipilih dari kata-kata yang mudah dicerna maknanya. Koherensi antara larik serta bait yang saling mengikat. Tidak mengambang atau terdengar berbunyi sumbang. 

Begitulah seni dalam puisi. Kata-kata/ diksi dalam puisi memiliki makna yang bukan kata itu sendiri. Begitu pula yang dimaksudkan oleh Bang Asnur. Kita bisa mengasosiasikan kucing sebagai penguasa, tikus sebagai koruptor. Atau kemarau sebagai kesulitan dan mendung sebagai kedukaan. Jika satu langkah ini kita mampu memahaminya, sudah tentu kita akan dapat melangkah lebih baik lagi ke depannya. 

Tetap semangat menimba ilmu selagi kesempatan masih terbuka.

Salam literasi.
Hamdani



Selasa, 02 Februari 2021

TUHAN BERI AKU WAKTU

TUHAN BERI AKU WAKTU

Tuhan 
Jika kebahagiaan
Adalah harta berlimpah
Berilah aku bumi, langit juga

Tuhan
Jika kebahagiaan 
Adalah jabatan yang tinggi
Jadikan aku penguasa di dunia

Tuhan
Jika kebahagiaan
Adalah paras yang indah
Berikan aku kekasih yang jelita 

Tuhan
Jika kebahagiaan
Adalah kematian diri
Jangan cabut dulu nyawaku.

Tuhan 
Aku belum siap
Ada dosa yang  membelenggu 
Menghalangi jalanku menuju rahmat-Mu

Karimun-Kepri, 010221

Minggu, 31 Januari 2021

 Tuhan

Jika kebahagiaan
Adalah harta berlimpah
Berilah aku bumi, langit juga

Tuhan
Jika kebahagiaan
Adalah jabatan yang tinggi
Jadikan aku penguasa di dunia

Tuhan
Jika kebahagiaan
Adalah paras yang indah
Berikan aku kekasih yang rupawan

Tuhan
Jika kebahagiaan
Adalah kematian diri
Jangan cabut dulu nyawaku.

Tuhan
Aku malu
Ada dosa yang membelenggu
Menghalangi jalanku menuju rahmat-Mu

Kamis, 28 Januari 2021

GAGAL PAHAM

 

Foto Ilustrasi : bookriot.com/


Baru setengah jalan tulisanku kutorehkan, imajinasiku terhenti. Aku kehilangan ide dan sangat mengantuk. Belum sempat terlelap aku terbangun karena dikejutkan suara hentakan meja yang keras. Oh, buku yang kutulis tadi terlempar ke lantai. Kupungut kembali lalu kubaca sebelum akan melanjutkan ideku.

 Sekali lagi aku terkejut. Isi tulisanku mengapa berubah? Astaga, tokoh antagonis dalam cerita yang kutulis itu yang merubah ideku. Ia marah aku membeberkan keburukannya. Ia menghardik dan menyemprotku dengan kata-kata pedas. Wah, kok, bisa dia bicara. Inspirasi dan kreativitasku mau dikekang olehnya.

Dia ingin mengatur tulisanku. Aku katakan padanya,"Hei... Bung. Di sini aku yang lebih tahu tentang dirimu!" Tidak! Dia masih marah dan menunjukkan perlawanannya terhadapku. Dia bahkan mengancam akan melaporkanku. Ah, menjengkelkan sekali! "Aku capek denganmu!" Lalu kutimpuki saja ia dengan tumpukan buku-buku di hadapanku. Ia pun mati. Kemudian aku pun tidur kembali. 

 

Paham! 😀

Senin, 18 Januari 2021

GURINDAM '21



GURINDAM ‘21

(Pengarang : HAMDANI, S.Pd.)

 

Pasal 1

 

Mengambil pendapat dalam mufakat

Jauhkan kerja caci dan hujat

 

Kalau majelis banyak menghujat

Di situlah tumbuh fitnah dan umpat

 

Mengambil pendapat dalam mufakat

Dengki dan khianat jangan dibuat

 

Barang siapa yang dengki khianat

Payah hidupnya sepanjang hayat

 

Mengambil pendapat dalam mufakat

Berpikirlah cermat, jangan berdebat

 

Barang siapa suka berdebat

Tiada padanya beroleh berkat

 

Mengambil pendapat dalam mufakat

Kepada yang tua hendaklah hormat

 

Barang siapa yang tiada rasa hormat

Akal budinya, tiada bermanfaat

 

Mengambil pendapat dalam mufakat

Santunlah bicara, junjunglah adat

 

Tandanya bangsa yang beroleh rahmat

Pemimpinnya adil, rakyatnya selamat.

Sabtu, 16 Januari 2021

MENULIS TIADA HENTI

KEBAHAGIAAN ITU DIBANGUN, BUKAN DICIPTAKAN


Suatu ketika, saya membaca sebuah tulisan pendek yang berbunyi kebahagiaan itu harus diciptakan, bukan dicari. "Sangat setuju, tetapi ...."

Lalu saya langsung menelisik sang pembuat status di laman facebook miliknya itu. Oh, ternyata ia memang si pemilik kebahagiaan itu. Saya langsung meng-klik tanda like tanpa harus membaca hingga selesai apa yang ditulisnya. Saya percaya, orang itu memang pantas mendapatkan kebahagiaannya.

Namun beberapa saat setelah meng-klik tanda suka itu, imajinasi saya mulai bermain. Saya kembali membuat tulisan di kolom komentar di laman facebooknya itu. Menurut saya kebahagiaan itu dibangun, bukan diciptakan.

Kebahagiaan itu Allah yang menciptakan. Dan di sebalik itu, Dia juga menciptakan kesedihan. Jika dikaruniai kebahagiaan, manusia tentu akan merasa sangat senang dan bersyukur atas nikmat yang diberi oleh-Nya. Namun saat duka datang melanda, manusia banyak yang berputus asa dan bahkan mengumpat pada Tuhan. Na'udzubillahi min dzaliq. Semoga hal seperti ini tidak terjadi pada diri kita.

Kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia itu berbeda-beda pula tingkatnya. Ada kebahagiaan semu, kebahagiaan sementara, dan kebahagiaan yang hakiki. Pastilah tidak ada kebahagiaan yang paling dirindukan yaitu kebahagiaan akhirat untuk mendapatkan balasan syurga dari-Nya.

Dalam konteks kebahagiaan yang dimaksud,
secara mendasar arti kebahagiaan itu adalah emosi positif yang dirasakan oleh seseorang. Begitu pula dari segi tindakan, menunjukkan aktivitas positif dari hal yang disukainya.

Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam memberi tuntunan tentang bahagia.

Dari Abu Hurairah r. a., Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Kaya (ghina') bukanlah diukur dengan banyaknya harta atau kemewahan dunia. Namun kekayaan adalah hati yang selalu merasa cukup." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kebesaran hati menerima pemberian Allah adalah kebahagiaan. Orang yang bahagia itu, ketika Allah memberinya kebaikan, ia bersyukur. Dan apabila diberi kesulitan, ia bersabar. Ketika diuji dengan permasalahan hidup, ia fokus pada Dzat yang memberikan masalah, yaitu Allahu Subhanahu Wata'aala.

Janganlah kita bergantung kepada makhluk dan berharap penuh dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang kita hadapi. Tetaplah fokus pada pertolongan Allah. Karena Berharap pada makhluk dapat menyebabkan kita mengalami kekecewaan. Namun jika kita menerima setiap persoalan dan permasalahan dalam kehidupan ini dengan lapang dada, niscaya hati kita akan merasakan hadirnya kebahagiaan itu. Jangan mengeluh dan berburuk sangka pada-Nya. Sehingga kita mengumpat dan menjadi kehilangan kesyukuran pada-Nya.

Jalan kebahagiaan yang Allah bukakan untuk kita sangat luas terbentang. Ketika kita menghadapi kesusahan, bukankah Allah juga memberikan jalan ke luar?  Ia melepaskan sekian banyak kesulitan yang kita jalani agar kita senantiasa dapat bersyukur dengan segala nikmatnya.

Di dalam kesulitan ada kebahagiaan. Sebagaimana yang tertulis dalam Al Qur'an Nur Karim - Surat Al-Insyirah Ayat 5-6 :

"Karena sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Saat kita diberi pertolongan oleh Allah dan terlepas dari kesulitan, itu adalah kebahagiaan. Kita sering melupakan, setrlah sekian banyak ia melepaskan kita dari kesulitan demi kesulitan.

Kebahagiaan dunia itu hadir dan pergi mengikuti suasana hati manusia. Lalu, apa yang kita inginkan dari kebahagiaan dunia? Yaitu kebahagiaan dunia yang mengantarkan kita kepada kebahagiaan akhirat.

Kita hendaknya menjalankan kehidupan ini dalam rambu-rambu kebaikan agar kebahagiaan itu senantiasa dapat kita peroleh. Sebaliknya jika kita ke luar dari rambu-rambu kebaikan, maka kebahagiaan yang kita peroleh hanyalah bersifat semu. Kebahagiaan seperti ini tidak akan membawa kita kepada kebahagiaan sesungguhnya, yaitu kebahagiaan yang kekal dan abadi.

Menurut saya, sebagai makhluk yang serba kekurangan, sudah tentu kita tidak bisa menciptakan kebahagiaan yang kekal dan abadi di muka bumi ini. Itulah sebabnya kita bukan yang menciptakan kebahagiaan itu.

Kebahagiaan itu dibangun bukan diciptakan. Karena kebahagiaan itu umpama benih yang akan tumbuh baik bila dirawat. Sebaliknya, kebahagiaan akan sirna jika kita tidak memperdulikannya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita membangun kebahagiaan itu.

Bagaimana membangun kebahagiaan? 

Membangun kebahagiaan terlebih dahulu dimulai dari menata hati dan perasaan agar selalu bersangka baik dalam setiap keadaan. Kebahagiaan itu adalah hati yang mampu menerima setiap keadaan yang tercipta oleh kebesaran Tuhan. Berkeluh kesah hanya akan membuat kita semakin dirundung kesedihan. Tiada masalah yang dapat diselesaikan dengan kesedihan.

Segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah,Tuhan yang yang telah menciptakan. Bersyukur dan bersabar serta melakukan pengamalan agama yang sempurna, adalah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat

Wallahu a'lam bishshowab

Kamis, 14 Januari 2021

MENULIS TIADA HENTI (BAGIAN 4)


Bagian 4.

MENGGALI MUTIARA HATI DAN PIKIRAN
(PENULIS : HAMDANI, S. Pd.)

Kebaikan yang terbersit dalam pikiran itu  bagaikan mutiara yang terpendam di dasar lautan. Ia ada tetapi tidak terang kelihatannya. Mutiara yang bertaburan di dasar lautan itu belum dapat memberikan kebaikan bagi banyak orang banyak jika masih tenggelam di dasar lautan. Namun ketika mutiara itu diangkat ke permukaan, dipandangi, dan atau digunakan oleh banyak orang, maka barulah ia akan memberikan banyak manfaat. Ia akan semakin bernilai dan dihargai oleh banyak orang.


Begitu pula halnya dengan ide-ide brillian yang terpendam dalam hati dan pikiran seseorang. Ide yang terpendam itu hanya dapat memberikan sedikit manfaat bagi orang yang memilikinya. Namun mungkin tidak bagi yang lainnya. Karena selama ide itu tidak dimunculkan, selama itu pulalah orang lain tidak mengetahui sinar yang terpancar dari 'mutiara' hati dan pemikiran seseorang tersebut.

Angkatlah ide tersebut ke permukaan dengan cara menuliskannya menjadi berbagai bentuk tulisan. Jadikan ia cerpen, novel, opini, puisi, pantun, syair, gurindam, essay, dan banyak lagi lainnya. 

Kini, seiring berjalannya waktu,  ada sebuah genre tulisan yang sedang populer, yaitu menulis Pentigraf (Cerpen Tiga Paragraf).Cara membuatnya sangat mudah dan simpel. Hanya tiga paragraf dengan tiga pikiran pokok atau pikiran utama. 

Jangan mengatakan, "Saya tidak memiliki ide." Karena begitu mudahnya memunculkan sebuah ide, sama mudahnya seperti kita sedang meng-klik tombol keyboard di laptop atau keypad di ponsel. Secepat itu pula tulisan kita akan muncul di layar monitor mengiringi alur positif yang ke luar dari  pikiran kita.

Jangan khawatir tulisan kita tidak bakal menarik. Karena menulis itu juga umpama menanam tanaman, tidak mungkin akan langsung berbuah. Tanaman itu setelah tumbuh hendaknya rajin diberi pupuk dan disiram. Tidak hanya itu, tanaman juga harus disemprot insektisida agar bebas dari serangan hama. Nah, tidak sedikit bukan? Artinya, tiada suatu pekerjaan yang boleh kita anggap enteng. Suatu pekerjaan akan memperoleh hasil yang baik apabila dilakukan dengan cermat dan teliti.

Hasil tulisan akan bernas apabila kita tidak bersikap asal-asalan dalam membuatnya. Tulisan yang dibuat asal-asalan sebaiknya jangan diorbitkan dulu dan harus diteliti ulang. Jangan pula dibuang tulisan yang sudah susah payah kita buat itu,   melainkan disimpan saja menjadi draft yang bisa dikerjakan kembali saat ide kita mengenainya kembali muncul.

Hmm, rupanya ide itu memang tidak sekali muncul. Untuk bisa menyudahi sebuah tulisan dengan cepat, ibarat kata orang, telur ayam itu dieramkan dulu baru ia akan menetas menjadi ayam. Tidak mungkin ayam bertelur langsung menetas, bukan? Sama juga kita tidak berharap tulisan kita langsung jadi tanpa melalui proses terlebih dahulu. 

Saya menemukan tulisan yang saya buat dengan tergesa-gesa akhirnya mendatangkan banyak kesalahan. Oleh karena itu, lama waktu yang terpakai dalam menyelesaikan sebuah tulisan bukanlah masalah. Karena dalam menulis yang baik, kita bukan mengejar kuantitas melainkan kualitas. Lagi pula, sebagian besar tulisan yang kita kerjakan itu, bukanlah sesuatu yang terburu waktu. Kita bisa mengerjakannya dengan santai dan lempang dalam berpikiran. Sekali lagi, bertenang dan tidak tergesa-gesa adalah kunci dalam mencapai sebuah hasil yang baik.

Selamat berkarya!

Rabu, 13 Januari 2021

MENULIS TIADA HENTI

NIATKAN MENULIS UNTUK IBADAH
(PENULIS : HAMDANI, S.Pd.)

Bagian 1 :

Assalamualaikum dan selamat pagi sahabat dan handai taulan semuanya! 

Semoga pagi ini kembali cerah dan kita diberi kenikmatan dan rahmat oleh Allah. Aamiin. 

Pagi ini saya akan berbagi tentang menulis, opini yang berjudul "Niatkan Menulis untuk Ibadah." Tulisan ini bersumber dari pikiran saya sendiri sambil saya belajar untuk menyampaikan ide lewat tulisan. Terima kasih dan semoga sahabat dan handai taulan semua sudi membacanya.

Saya menulis bukan bermaksud untuk mencari kepopuleran atau sensasi. Tapi ketika jemari ini mulai menulis, pikiran saya secara jernih menangkap tentang hal-hal yang baik untuk bisa saya pahami dan lakukan sendiri. 

Saya menemukan banyak kebenaran walau sesungguhnya saya belum sepenuhnya dapat melakukan apa yang saya pikirkan baik. Kebenaran itu coba saya ungkapkan dalam tulisan agar suatu ketika saya membacanya kembali, saya semakin memahami akan arti kebenaran itu. Kebenaran yang muncul dari dalam hati kecil saya. 

Sebenarnya, dalam diri setiap orang pasti mengetahui dan bisa melakukan banyak hal tentang kebaikan. Kebaikan yang muncul dalam pikirannya sendiri. Boleh dikatakan, bisikan hati kecil itu selalu ingin melakukan kebaikan dan kebenaran. Dari sebuah pikiran kebaikan itu akan melahirkan pemikiran kebaikan lainnya. 

Kita sering tidak menyadari bahwa selama seharian kita selalu memikirkan banyak hal tentang kebaikan. Andai sekalipun kita belum mampu melakukan hal kebaikan yang kita pikirkan itu, namun sekurang-kurangnya kita tidak pula berpikiran sebaliknya. Yaitu pikiran-pikiran yang jahat yang dapat menyesatkan dan menjerumuskan diri kita dan orang lain. 

Orang yang membiasakan menulis, pasti dalam pikirannya selalu muncul hal-hal yang baik-baik. Tidak mungkin ia akan menuliskan sesuatu yang buruk untuk diikuti oleh orang lain. 

Tentulah kita mengerti bahwa tulisan yang baik lalu diikuti oleh banyak orang akan mendatangkan pahala. Namun sebaliknya, jika tulisan yang mengajak orang untuk melakukan keburukan, maka hasilnya pasti lebih buruk dan berujung dosa.

Yang penting diperhatikan dalam menulis, cobalah untuk mengangkat ide-ide dari pikiran sendiri. Bukan semata-mata berasal dari pikiran orang lain yang kita kopi paste. Walau itu juga baik dan bukanlah salah, tapi jika itu berasal dari pikiran serta hati nurani kita sendiri, tentu akan jauh lebih baik.

Selamat berkarya! 

Senin, 11 Januari 2021

BELAJAR DARING DI PERSIMPANGAN JALAN?

BELAJAR DARING DI PERSIMPANGAN JALAN?

Bagian 1 

(Penulis : Uu. Hamita)

Sebelum ini, saya mengira dunia pendidikan kita akan menemukan terobosan baru dan jitu akibat terdampak oleh wabah Corona yang semakin besar. Demi Zat yang dunia ini berada dalam genggamannya, marilah kita selalu berdoa semoga pandemi ini cepat berlalu. Karena penderitaan dan kesedihan yang ditimbulkannya sudah sangat banyak dan tidak tentu akan berakhirnya.

Saya merasa sangat optimis kala mendengar paparan ide kreatif Mas Menteri. Ini akan membuka peluang reformasi di bidang pendidikan. Pembaruan yang digadang-gadangkan oleh Mas Nadiem sejak awal programnya menjabat menteri pendidikan, terasa oleh saya akan membawa spirit baru. Namun belum berapa lama dalam hitungan hari, gonjang ganjing tentang permasalahan baru yang akan ditimbulkan oleh sistem belajar online atau daring bermunculan di mana-mana. Begitu cepat dan beragam pendapat hadir mengemuka di tengah-tengah kita.

Pro dan kontra terus bergulir dalam forum pembicaraan baik formal maupun non formal. Para pemikir dan praktisi pendidikan turut memberi masukan dan kritikan terhadap program tersebut. Dapat dilihat secara umum bahwa belum semua kalangan memandang positif program yang akan dijalankan.

Namun pada prinsipnya, sumbangsih pemikiran itu adalah demi meningkatkan kualitas atau mutu program yang dimaksud. Sangat penting kita mendengarkan masukan dan kritikan dari banyak pihak supaya pada akhirnya kita bisa menemukan sebuah formulasi terbaik dalam mengembangkan pendidikan ke depan.

Program Belajar Jarak Jauh (PJJ)  memberikan jawaban atas permasalahan pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal. Ketika belajar tatap muka tidak dimungkinkan dapat dijalankan saat ini, sistem belajar online (daring) dinilai sangat tepat untuk dapat memutus mata rantai penyebaran virus covid-19.

Namun lagi-lagi, plus minus dari setiap metode dan sistem selalu saja muncul. Masalahnya cukup komplit. Pembelajaran tidak hanya memandang bagaimana meningkatkan mutu pendidikan, tetapi masalah lain yang berkaitan dengannya, seperti kesiapan pemerintah, faktor ekonomi keluarga, dan faktor budaya menjadi pengaruh besar yang menghambat percepatan program yang akan dijalankan.

Pergerakan reformasi pendidikan Akhir-akhir ini terkesan mulai melambat. Ini terlihat dari kepanikan yang dimunculkan oleh sebagian besar kalangan, terutama  siswa dan orang tua. Para orang tua kelimpungan mengantarkan anaknya untuk menjalankan belajar dengan sistem online. Dimulai dari isyu anak tidak ada paket internet, gagap teknologi, signal hilang, serta hal yang terberat lainnya yaitu tidak punya android karena tidak mampu membelinya. Dan banyak lagi persoalan lainnya yang dapat menjadi faktor penghambat bagi tercapainya pelaksanaan belajar mengajar modern yang lebih menyenangkan.

Kontroversial terus mengemuka, juga datang dari kaum guru sendiri. Kurangnya pembekalan kepada guru dalam memahami teknik dan tata cara menjalankannya, memunculkan inisiatif yang beragam di sekolah-sekolah. Ini menjadi kelemahan program karena masing-masing sekolah berbeda perlakuan dalam menjalankannya. Namun secara normatif, keputusan yang diambil pihak sekolah adalah berdasarkan pertimbangan keamanan dan kesehatan. Yaitu ingin memutus mata rantai penyebaran virus covid-19.

Kini, mau dibawa ke mana program yang besar dan diyakini bisa membawa perubahan ini? Tantangan globalisasi telah mengharuskan kita masuk ke dalam sistem baru dan modern demi sebuah perubahan besar. Apa lagi saat ini, dikenal era Industri 4.0. Konsep penerapan yang berpusat pada konsep otomatisasi teknologi, tanpa memerlukan tenaga kerja manusia dalam proses pengaplikasiannya. Jika nilai efisensi pada suatu lingkungan kerja telah mulai diberlakukan, tentu akan berdampak semakin sempitnya peluang pekerjaan.

Oleh karena itu, kita semua harus menyadari penggunaan perangkat Informasi dan Telekomunikasi (IT) harus dimulai sejak dini di berbagai pelosok tanah air. Siswa-siswa belajar melalui internet agar ke depannya mampu lebih berkreasi. Jika terdapat faktor-faktor negatif dalam pengunaannya, itu adalah bagian dari tantangan hingga kita kembali menemukan formulasi yang baik dalam mengatasinya.

Semoga ke depannya, tiada lagi generasi kita yang gagap teknologi, khususnya dalam menggunakan gawai atau peranti kecil bernama gadget, android,dan lapotop. Atau sekadar mencari-cari alasan klasik yang menjadikan kita semakin tertinggal. Dunia terus mengalami arus globalisasi. Semoga kita mendapatkan kebaikan atas perkembangan sain dan teknologi maju sekarang ini. 

....