Jumat, 05 November 2021
MEMAKNAI PENDIDIKAN KARAKTER DI TENGAH HILANGNYA JATI DIRI BANGSA
Rabu, 27 Oktober 2021
PEMBERIAN BERBUAH KEBAIKAN
Rabu, 22 September 2021
MENGEJAWANTAH PIKIRAN SANG GURU PUISI MULTIMEDIA, ASRIZAL NUR
MENGEJAWANTAH PIKIRAN SANG GURU PUISI MULTIMEDIA, ASRIZAL NUR
Selasa, 02 Februari 2021
TUHAN BERI AKU WAKTU
Minggu, 31 Januari 2021
Tuhan
Jika kebahagiaanAdalah harta berlimpah
Berilah aku bumi, langit juga
Tuhan
Jika kebahagiaan
Adalah jabatan yang tinggi
Jadikan aku penguasa di dunia
Tuhan
Jika kebahagiaan
Adalah paras yang indah
Berikan aku kekasih yang rupawan
Tuhan
Jika kebahagiaan
Adalah kematian diri
Jangan cabut dulu nyawaku.
Tuhan
Aku malu
Ada dosa yang membelenggu
Menghalangi jalanku menuju rahmat-Mu
Kamis, 28 Januari 2021
GAGAL PAHAM
Baru setengah
jalan tulisanku kutorehkan, imajinasiku terhenti. Aku kehilangan ide dan sangat
mengantuk. Belum sempat terlelap aku terbangun karena dikejutkan suara hentakan
meja yang keras. Oh, buku yang kutulis tadi terlempar ke lantai. Kupungut
kembali lalu kubaca sebelum akan melanjutkan ideku.
Dia ingin mengatur tulisanku. Aku katakan padanya,"Hei... Bung. Di sini aku yang lebih tahu tentang dirimu!" Tidak! Dia masih marah dan menunjukkan perlawanannya terhadapku. Dia bahkan mengancam akan melaporkanku. Ah, menjengkelkan sekali! "Aku capek denganmu!" Lalu kutimpuki saja ia dengan tumpukan buku-buku di hadapanku. Ia pun mati. Kemudian aku pun tidur kembali.
Paham! 😀
Senin, 18 Januari 2021
GURINDAM '21
GURINDAM ‘21
(Pengarang : HAMDANI, S.Pd.)
Pasal 1
Mengambil pendapat dalam mufakat
Jauhkan kerja caci dan hujat
Kalau majelis banyak menghujat
Di situlah tumbuh fitnah dan umpat
Mengambil pendapat dalam mufakat
Dengki dan khianat jangan dibuat
Barang siapa yang dengki khianat
Payah hidupnya sepanjang hayat
Mengambil pendapat dalam mufakat
Berpikirlah cermat, jangan berdebat
Barang siapa suka berdebat
Tiada padanya beroleh berkat
Mengambil pendapat dalam mufakat
Kepada yang tua hendaklah hormat
Barang siapa yang tiada rasa hormat
Akal budinya, tiada bermanfaat
Mengambil pendapat dalam mufakat
Santunlah bicara, junjunglah adat
Tandanya bangsa yang beroleh rahmat
Pemimpinnya adil, rakyatnya selamat.
Sabtu, 16 Januari 2021
MENULIS TIADA HENTI
KEBAHAGIAAN ITU DIBANGUN, BUKAN DICIPTAKAN
Suatu ketika, saya membaca sebuah tulisan pendek yang berbunyi kebahagiaan itu harus diciptakan, bukan dicari. "Sangat setuju, tetapi ...."
Lalu saya langsung menelisik sang pembuat status di laman facebook miliknya itu. Oh, ternyata ia memang si pemilik kebahagiaan itu. Saya langsung meng-klik tanda like tanpa harus membaca hingga selesai apa yang ditulisnya. Saya percaya, orang itu memang pantas mendapatkan kebahagiaannya.
Namun beberapa saat setelah meng-klik tanda suka itu, imajinasi saya mulai bermain. Saya kembali membuat tulisan di kolom komentar di laman facebooknya itu. Menurut saya kebahagiaan itu dibangun, bukan diciptakan.
Kebahagiaan itu Allah yang menciptakan. Dan di sebalik itu, Dia juga menciptakan kesedihan. Jika dikaruniai kebahagiaan, manusia tentu akan merasa sangat senang dan bersyukur atas nikmat yang diberi oleh-Nya. Namun saat duka datang melanda, manusia banyak yang berputus asa dan bahkan mengumpat pada Tuhan. Na'udzubillahi min dzaliq. Semoga hal seperti ini tidak terjadi pada diri kita.
Kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia itu berbeda-beda pula tingkatnya. Ada kebahagiaan semu, kebahagiaan sementara, dan kebahagiaan yang hakiki. Pastilah tidak ada kebahagiaan yang paling dirindukan yaitu kebahagiaan akhirat untuk mendapatkan balasan syurga dari-Nya.
Dalam konteks kebahagiaan yang dimaksud,
secara mendasar arti kebahagiaan itu adalah emosi positif yang dirasakan oleh seseorang. Begitu pula dari segi tindakan, menunjukkan aktivitas positif dari hal yang disukainya.
Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam memberi tuntunan tentang bahagia.
Dari Abu Hurairah r. a., Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Kaya (ghina') bukanlah diukur dengan banyaknya harta atau kemewahan dunia. Namun kekayaan adalah hati yang selalu merasa cukup." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kebesaran hati menerima pemberian Allah adalah kebahagiaan. Orang yang bahagia itu, ketika Allah memberinya kebaikan, ia bersyukur. Dan apabila diberi kesulitan, ia bersabar. Ketika diuji dengan permasalahan hidup, ia fokus pada Dzat yang memberikan masalah, yaitu Allahu Subhanahu Wata'aala.
Janganlah kita bergantung kepada makhluk dan berharap penuh dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang kita hadapi. Tetaplah fokus pada pertolongan Allah. Karena Berharap pada makhluk dapat menyebabkan kita mengalami kekecewaan. Namun jika kita menerima setiap persoalan dan permasalahan dalam kehidupan ini dengan lapang dada, niscaya hati kita akan merasakan hadirnya kebahagiaan itu. Jangan mengeluh dan berburuk sangka pada-Nya. Sehingga kita mengumpat dan menjadi kehilangan kesyukuran pada-Nya.
Jalan kebahagiaan yang Allah bukakan untuk kita sangat luas terbentang. Ketika kita menghadapi kesusahan, bukankah Allah juga memberikan jalan ke luar? Ia melepaskan sekian banyak kesulitan yang kita jalani agar kita senantiasa dapat bersyukur dengan segala nikmatnya.
Di dalam kesulitan ada kebahagiaan. Sebagaimana yang tertulis dalam Al Qur'an Nur Karim - Surat Al-Insyirah Ayat 5-6 :
"Karena sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
Saat kita diberi pertolongan oleh Allah dan terlepas dari kesulitan, itu adalah kebahagiaan. Kita sering melupakan, setrlah sekian banyak ia melepaskan kita dari kesulitan demi kesulitan.
Kebahagiaan dunia itu hadir dan pergi mengikuti suasana hati manusia. Lalu, apa yang kita inginkan dari kebahagiaan dunia? Yaitu kebahagiaan dunia yang mengantarkan kita kepada kebahagiaan akhirat.
Kita hendaknya menjalankan kehidupan ini dalam rambu-rambu kebaikan agar kebahagiaan itu senantiasa dapat kita peroleh. Sebaliknya jika kita ke luar dari rambu-rambu kebaikan, maka kebahagiaan yang kita peroleh hanyalah bersifat semu. Kebahagiaan seperti ini tidak akan membawa kita kepada kebahagiaan sesungguhnya, yaitu kebahagiaan yang kekal dan abadi.
Menurut saya, sebagai makhluk yang serba kekurangan, sudah tentu kita tidak bisa menciptakan kebahagiaan yang kekal dan abadi di muka bumi ini. Itulah sebabnya kita bukan yang menciptakan kebahagiaan itu.
Kebahagiaan itu dibangun bukan diciptakan. Karena kebahagiaan itu umpama benih yang akan tumbuh baik bila dirawat. Sebaliknya, kebahagiaan akan sirna jika kita tidak memperdulikannya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita membangun kebahagiaan itu.
Bagaimana membangun kebahagiaan?
Membangun kebahagiaan terlebih dahulu dimulai dari menata hati dan perasaan agar selalu bersangka baik dalam setiap keadaan. Kebahagiaan itu adalah hati yang mampu menerima setiap keadaan yang tercipta oleh kebesaran Tuhan. Berkeluh kesah hanya akan membuat kita semakin dirundung kesedihan. Tiada masalah yang dapat diselesaikan dengan kesedihan.
Segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah,Tuhan yang yang telah menciptakan. Bersyukur dan bersabar serta melakukan pengamalan agama yang sempurna, adalah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat
Wallahu a'lam bishshowab
Kamis, 14 Januari 2021
MENULIS TIADA HENTI (BAGIAN 4)
Bagian 4.
MENGGALI MUTIARA HATI DAN PIKIRAN
(PENULIS : HAMDANI, S. Pd.)
Kebaikan yang terbersit dalam pikiran itu bagaikan mutiara yang terpendam di dasar lautan. Ia ada tetapi tidak terang kelihatannya. Mutiara yang bertaburan di dasar lautan itu belum dapat memberikan kebaikan bagi banyak orang banyak jika masih tenggelam di dasar lautan. Namun ketika mutiara itu diangkat ke permukaan, dipandangi, dan atau digunakan oleh banyak orang, maka barulah ia akan memberikan banyak manfaat. Ia akan semakin bernilai dan dihargai oleh banyak orang.
Begitu pula halnya dengan ide-ide brillian yang terpendam dalam hati dan pikiran seseorang. Ide yang terpendam itu hanya dapat memberikan sedikit manfaat bagi orang yang memilikinya. Namun mungkin tidak bagi yang lainnya. Karena selama ide itu tidak dimunculkan, selama itu pulalah orang lain tidak mengetahui sinar yang terpancar dari 'mutiara' hati dan pemikiran seseorang tersebut.
Angkatlah ide tersebut ke permukaan dengan cara menuliskannya menjadi berbagai bentuk tulisan. Jadikan ia cerpen, novel, opini, puisi, pantun, syair, gurindam, essay, dan banyak lagi lainnya.
Kini, seiring berjalannya waktu, ada sebuah genre tulisan yang sedang populer, yaitu menulis Pentigraf (Cerpen Tiga Paragraf).Cara membuatnya sangat mudah dan simpel. Hanya tiga paragraf dengan tiga pikiran pokok atau pikiran utama.
Jangan mengatakan, "Saya tidak memiliki ide." Karena begitu mudahnya memunculkan sebuah ide, sama mudahnya seperti kita sedang meng-klik tombol keyboard di laptop atau keypad di ponsel. Secepat itu pula tulisan kita akan muncul di layar monitor mengiringi alur positif yang ke luar dari pikiran kita.
Jangan khawatir tulisan kita tidak bakal menarik. Karena menulis itu juga umpama menanam tanaman, tidak mungkin akan langsung berbuah. Tanaman itu setelah tumbuh hendaknya rajin diberi pupuk dan disiram. Tidak hanya itu, tanaman juga harus disemprot insektisida agar bebas dari serangan hama. Nah, tidak sedikit bukan? Artinya, tiada suatu pekerjaan yang boleh kita anggap enteng. Suatu pekerjaan akan memperoleh hasil yang baik apabila dilakukan dengan cermat dan teliti.
Hasil tulisan akan bernas apabila kita tidak bersikap asal-asalan dalam membuatnya. Tulisan yang dibuat asal-asalan sebaiknya jangan diorbitkan dulu dan harus diteliti ulang. Jangan pula dibuang tulisan yang sudah susah payah kita buat itu, melainkan disimpan saja menjadi draft yang bisa dikerjakan kembali saat ide kita mengenainya kembali muncul.
Hmm, rupanya ide itu memang tidak sekali muncul. Untuk bisa menyudahi sebuah tulisan dengan cepat, ibarat kata orang, telur ayam itu dieramkan dulu baru ia akan menetas menjadi ayam. Tidak mungkin ayam bertelur langsung menetas, bukan? Sama juga kita tidak berharap tulisan kita langsung jadi tanpa melalui proses terlebih dahulu.
Saya menemukan tulisan yang saya buat dengan tergesa-gesa akhirnya mendatangkan banyak kesalahan. Oleh karena itu, lama waktu yang terpakai dalam menyelesaikan sebuah tulisan bukanlah masalah. Karena dalam menulis yang baik, kita bukan mengejar kuantitas melainkan kualitas. Lagi pula, sebagian besar tulisan yang kita kerjakan itu, bukanlah sesuatu yang terburu waktu. Kita bisa mengerjakannya dengan santai dan lempang dalam berpikiran. Sekali lagi, bertenang dan tidak tergesa-gesa adalah kunci dalam mencapai sebuah hasil yang baik.
Selamat berkarya!
Rabu, 13 Januari 2021
MENULIS TIADA HENTI
Senin, 11 Januari 2021
BELAJAR DARING DI PERSIMPANGAN JALAN?
BELAJAR DARING DI PERSIMPANGAN JALAN?