Jumat, 03 Juli 2020

MENJADI GURU 'PENULIS' PRODUKTIF

Dr. NGAINUN NAIM

MENJADI GURU 'PENULIS' PRODUKTIF
(Pakar Literasi Dr. NGAINUN NAIM)

Kuliah Online Group Menulis PGRI
Bersama Bapak Dr. Ngainun Naim
Hari/ Tanggal : Jum'at, 3 Juli 2020
Pukul: 19.00 s.d. 21.00 WIB

(Penulis Resume : HAMDANI)

MENJADI GURU PENULIS PRODUKTIF

Guru adalah kunci penting dalam dunia pendidikan. Jika guru berkualitas, besar kemungkinan kelas yang diajar juga akan berkualitas. Tapi jika gurunya kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan. 

Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru adalah dengan membangun budaya literasi. Literasi berarti budaya membaca dan menulis.

Seorang guru yang mau terus membaca buku dan menulis, memiliki peluang untuk semakin meningkat kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak karya yang akan dihasilkan. Hal ini dapat memberikan kontribusi penting bagi kemajuan pendidikan.

KUNCI KESUKSESAN MENUJU PENULIS PRODUKTIF

Secara umum, yang dimaksud dengan kunci adalah alat untuk membuka. Dalam hal menulis, tujuan kunci ini adalah untuk melahirkan guru-guru yang produktif. Kunci hanya menjadi sebatas benda mati jika tidak difungsikan. 

Keterlibatan seluruh peserta di dalam grup menulis ini ibaratnya telah mendapatkan kunci. Namun, jika kunci yang telah berada di tangan tapi tidak digunakan, maka kunci itu bisa menjadi tidak berarti. Bahkan menjadi tidak bermanfaat bagi yang memilikinya.

Adapun kunci terpenting agar produktif dalam menulis adalah : 

A. Mengetahui motivasi diri dalam menulis

Apa yang memotivasi seseorang untuk bisa menjadi penulis sangatlah beragam. Di antaranya adalah :

[1]  Motivasi Karir 

Implikasi yang menunjukkan bahwa  seseorang ingin menulis demi karir, akan terlihat dari antusias peserta yang ingin mendapatkan sertifikat.Semakin sering seseorang mengikuti kegiatan pelatihan (workshoop atau seminar), maka semakin ia akan terlihat semakin mahir dalam menulis. 

 [2] Motivasi Materi 

Menulis itu menghasilkan honor. Bagi penulis yang sudah sangat terkenal, honor memang lebih menjadi prioritas. Buku yang dihasilkan ibarat mesin pencetak uang yang terus mengalami cetak ulang. 

Namun jumlah mereka yang beruntung dari sisi ini tidak terlalu banyak. Sebagian besar penulis justru kurang mendapatkan perhatian dari sisi materi.

[3] Motivasi Politik 

Menulis sering pula ditujukan untuk mencapai tujuan politik tertentu. Dari menulis di media cetak dan eletronik, seseorang bisa mempengaruhi banyak orang secara politis.

 [4] Motivasi Cinta 

Ini adalah motivasi menulis yang terlahir dan tumbuh dari perasaan cinta, ingin mengagungkan, dan menyayangi sesuatu. Sepertinya, motivasi menulis yang satu ini tidak sekadar cinta pada kegiatan menulis. Bisa saja, perasaan cinta kepada seseorang mendominasi niat dan motivasi seseorang untuk melahirkan sebuah tulisan.

Nah, kita bisa memilih jenis motivasi menulis di atas. Jika perlu, kita juga bisa menambah jenis motivasi yang lain. Namun perlu diingat bahwa apa pun motivasi yang dipilih maka akan mempengaruhi terhadap tulisan atau buku yang akan dihasilkan.

B. Meyakini bahwa menulis itu adalah anugerah Tuhan 

Memiliki keinginan dan mampu menulis itu adalah sebuah anugerah dari-Nya. Banyak orang yang mau menulis tapi tidak mampu melakukannya. Ada saja yang menjadi batu penghalangnya. Yang paling banyak, faktor kesibukan selalu dijadikan alasan. Di samping berbagai alasan yang lainnya, yang sering menghentikan langkah dan keinginan. 

Sebaliknya, banyak pula yang sesungguhnya mampu menulis tetapi tidak mau menulis. Karena itulah bisa menulis (bagi ...) adalah anugerah luar biasa yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan terus menulis.

Sudah sejauh mana kita menjadikan menulis sebagai sebuah aktivitas? Coba sekarang ingat sejak kamu sudah mulai tahu menulis. Contoh yang sederhana, jika yakin kamu sudah mulai menulis sejak diajar di Sekolah Dasar, tapi mengapa sekarang ada yang mengaku nggak bisa menulis? Terus yang selama itu, dulu pernah ada ratusan atau ribuah halaman yang ditulis. Lalu kira-kira itu apa namanya? 

Persoalan menulis memang tidak sesederhana seperti yang kita bahas di atas. Sekarang mari kita urai mengapa masih saja ada yang 'kesulitan menulis'. 

Ada beberapa kemungkinan yang mengakibatkan persoalan itu muncul, di antaranya:
[1] Selama ini belum pernah menulis makalah. Hanya bisanya mem-foto kopi saja:
[2] Tidak menulis karena dibuatkan oleh orang lain.
[3]Menulis dengan sistem “kanibalisme” tulisan orang lain. Mendapatkan bahan tulisan yang diambil dari googe lalu dipotong sana-sini sampai berbentuk layaknya tulisan.
[4]Begitu mendapatkan tugas langsung 'berburu' referensi (bahan bacaan). Tidak berusaha berpikir dahulu tentang apa yang harus ditulis.

Menulis itu membuat kita menjadi berbeda dibandingkan orang lain. Sesederhana apa pun buku yang kita hasilkan itu, tetap memiliki kontribusi penting. Jangan dengarkan 'nyinyiran' yang tidak konstruktif. Selama kita terus menulis, maka akan menjadikan kita sebagai makhluk yang berbeda dengan yang lainnya.

C. Menulis memberikan banyak "KEAJAIBAN" dalam hidup.

Menulis itu memberikan banyak sekali manfaat. Pak Wijaya Kusumah--Omjay-- seorang guru blogger, youtuber mengatakan bahwa menulis setiap hari itu telah memberikan keajaiban dalam kehidupan.

Coba kita simak apa saja bentuk keajaiban yang beliau rasakan karena menulis.
[1] Kita mendapatkan banyak materi. Lalu, karena rajin menulis, buku kita 
     mendapatkan banyak royalti.
[2] sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum.
[3] memiliki banyak teman. 
[4] Bisa membeli peralatan yang dibutuhkan dalam kehidupan. 
[5] tulisan adalah alat perekam kehidupan yang ajaib.

D. Tidak mudah menyerah

Banyak orang ingin menulis, termasuk menulis buku, tetapi semangat menulisnya naik turun atau perlahan-lahan memudar dan bahkan hilang sama sekali. Saat bersemangat, menulis berlembar-lembar halaman dalam sehari terasa ringan. Saat tidak bersemangat, satu paragraf pun terasa berat sekali. Bahkan sangat mungkin berbulan-bulan tanpa menulis sama sekali.
Menulis lima paragraf yang dilakukan rutin setiap hari jauh lebih baik daripada sepuluh halaman yang dilakukan tiga bulan sekali.

E. Lakukan jejaring sosial

Jadi penulis jangan 'menepi'. Atau membekukan kelebihan yang dimiliki. Bangun jejaring kepenulisan. Ikut dan pro aktif dalam kegiatan bersams yang dapat membangkitkan semangat dan menambah wawasan menulis.  

F. Lakukan menulis sebanyak yang bisa

Menulislah setiap hari tanpa henti. Lakukan secara terus-menerus. Jika kamu merasa tulisanmu belum sempurna, maka dengan menulis setiap hari akan secara otomatis menjadi tulisan menjadi baik.

Dari awal pembelajaran menulis lewat grup whatsapp PGRI Menulis, membuat dan mengumpulkan resume menjadi prioritas. Beberapa hasil resume terbaik dari peserta mendapatkan spirit dan motivasi oleh penerbit Andi melalui Bapak Wijaya Kusuma, sang presiden grup. Lalu bagaimana caranya menyusun resume sehingga menjadi sebuah buku yang menarik untuk dibaca? Apakah tanggal dalam resume harus dihilangkan? atau dibiarkan? Soalnya ada yang bilang, kalo buat buku, tanggal dan bulan resume harus dihilangkan. 

Sebuah pertanyaan muncul dari peserta sesaat berakhir materi yang disampaikan oleh Dr. Naim.  

Dr. Naim mengemukakan pendapatnya, tanggal tidak perlu dicantum. Ia kebetulan memiliki sebuah buku yang merupakan review dari banyak buku. Judulnya Teraju: Strategi Membaca dan Mengikat Makna. Dari buku tersebut, ia tidak mencantum tanggal pada setiap pertemuan.
Ia menyarankanbuntukbmengambil contoh dari blog yang dibuatnya. 

Kunjungi blog: 
https://spirit-literasi.blogspot.com

Tapi ia menambahkan mengenai tanggal, andainya ingin dimasukkan juga tidak menjadi masalah karena tidak ada aturan bakunya.

Bagaimana ktiteria tulisan yang baik dan berkualitas itu?  Lalu apa saja kiatnya yang dapat dilakukan untuk menghasilkan karya tulis yang bisa diterima khalayak/ penerbit.

Kriterianya adalah : Pertama "SELESAI dulu DITULIS". Ini sangat penting karena sebagus apa pun ide, jika belum selesai ditulis ya belum bagus. Kedua, minimalkan tingkat kesalahan. Misalnya salah ketik atau salah teknis; Ketiga, gunakan kata/ kalimat yang menarik dan didukung oleh logika berpikir yang baik. Dan jangan lupa,jika ingin diterima oleh penerbit, ikuti gaya dan kebijakan penerbit.

Menjaga konsistensi menulis itu tidak mudah. Apa tips yang paling jitu agar bisa konsisten menulis dan produtif? Lalu kapan waktu yang tepat bagi kita untuk menulis? Perlukah kita membuat jadwal & target waktu?

Untuk menjawab pertanyaan itu, Dr. Naim menjelaskan beberapa poin penting dalam membentuk konsistensi menulis, yaitu :  
(1) Semua kebiasaan awalnya dipaksa. Bangun komitmen untuk rutin menulis. Awalnya terpaksa, lama-lama akan terbiasa.
(2) Setiap orang memiliki jadwal yang seharusnya disusun dan ditaati.

Ada 4 sikap negatif yang berkaitan dengan MALU dalam menulis: 

(1) MALU untuk menulis, akhirnya tidak akan bisa menulis. 
(2) MALU kalau menulis dan tulisannya dibaca orang. 
(3) MALU yang sudah mulai hilang. "Pokoknya nulis" walaupun sangat jelek 
(4) MALU TIDAK MENULIS.

Lalu, sikap tidak percaya diri atau percaya diri yang berlebihan akan berdampak buruk bagi kemajuan menulis seseorang. Oleh karena itu, menempatkan rasa malu sebagaimana poin ke empat adalah yang paling baik, sehingga mampu memotivasi seseorang dalam menulis.
----

Ngainun Naim, Dosen IAIN Tulungagung. Aktif dalam kegiatan literasi. Beberapa bukunya yang bertema literasi adalah Literasi dari Brunei Darussalam (2020),  Proses Kreatif Penulisan Akademik (2017), The Power of Writing (2015), dan Spirit Literasi: Membaca, Menulis dan Transformasi Diri (2019). Untuk komunikasi via email: naimmas22@gmail.com. WA: 081311124546. http://ngainun-naim.blogspot.com

4 komentar: