Anda Siswa? Ini Tips Melakukan Chatting dengan Guru Bahasa Indonesia-mu
Pernahkah kamu merasa jengkel saat kamu melakukan online chat (obrolan daring), tetapi tidak direspon oleh gurumu? Maksudnya, Pak Hamdani, lho! Gurumu ini mendiamkan saja, bahkan tidak kunjung membuka chatting darimu. Bahkan kamu menganggapnya sombong, cuek, atau menjengkelkan. Hehe… jangan salah sangka dulu, barangkali ia sedang melakukan pekerjaan lain sehingga belum sempat membuka chat darimu.
Sebelum kamu berpikiran yang bukan-bukan, sebaiknya kamu periksa dulu, tuh, tulisan yang kamu ketik pada HP-mu! Jika kesalahan itu ada pada dirimu, kamu tidak sepantasnya menyalahkan orang lain. Tentang mengapa orang yang kamu ajak berkomunikasi tidak menjawab chat darimu, itu masalah lain yang kita tidak tahu situasi dan kondisi sipenerima chatting saat itu. Apa ia sedang, sibuk, istirahat, atau androidnya tidak berada didekatnya. Kamu harus bersangka baik, husnuzon. Su’uzon atau bersangka buruk hanya akan membuat kita berdosa.
Di mana-mana orang chatting itu sudah biasa menggunakan kata-kata yang disingkat, gaul, atau dengan lambang-lambang. Tapi lihat orangnya dulu, Bang. Jika dengan teman sebaya, itu tentu tidak menjadi masalah. Atau orang itu sudah sangat kita kenal dengan akrab. Untuk urusan dengan guru Bahasa Indonesia, kamu tentu akan mendapat penilaian darinya. Apa lagi jika bukan soal berbahasa yang baik dan benar. Kamu pasti akan terlihat banyak melakukan kesalahan jika setiap kali kamu melakukan chatting dengannya, kamu mengabaikan dan menabrak aturan eyd, huruf kapital, pemilihan kata (diksi), atau konten kalimat yang tepat.
Ini bukan masalah sok Indonesia banget. Ini soal kamu ke depan mau memiliki sebuah kemampuan berbahasa yang baik tentunya. Bagaimana kamu mampu berbahasa yang baik dan benar, jika hal-hal yang kamu anggap kecil seperti chatting ini tidak kamu awali menulisnya dengan benar. Ini akan menjadi kebiasaan dan terbawa-bawa hingga ke mana-mana. Menulismu jadi amburadul. Menulis cerita amburadul, menulis surat amburadul, menulis jawaban singkat saja juga amburadul. Lalu, apa yang mau dinilai darimu?
Banyak orang lupa, menulis itu adalah sebuah keterampilan. Dari terampil menulis, banyak orang menjadi sukses. Ia bisa jadi penulis ternama yang menghasilkan ratusan ribu bahkan ratusan juta rupiah tanpa harus bekerja keras yang mengandalkan otot dan tulang empat kerat (kaki dan tangan). Bekerja tak perlu berpanas-panas hanya untuk mendapatkan penghasilan kecil. Atau bekerja di bawah tekanan, seperti kerja yang diperintah atau diawasi. Hal ini lebih menjengkelkan dan menyakitkan tentunya.
Lalu, kapan kita akan memulainya jika bukan dari yang kecil-kecil? Oleh karena itu jangan ceroboh. Periksa tulisan/ chat berulang-ulang sebelum dikirimkan. Ditimbang dan dirasa-rasakan dengan hati. Apakah isinya sudah tepat, tidak menyinggung? Apakah tulisannya sudah benar tidak membuat orang bingung? Apakah pemilihan katanya sudah baik? Karena setiap kata itu mempunyai nilai rasa. Ada yang berkonotasi positif dan negatif. Jika ada kata-kata yang lebih halus maknanya, kenapa tidak digunakan? Itulah yang menunjukkan seseorang akan dipandang cermat, teliti, atau tidak. Lalu, secara tidak langsung ia akan mendapat penilaian positif dari banyak orang.
Nah, dari sekarang mulailah memperbaiki banyak kekurangan yang ada pada dirimu! Lakukan semua dengan perlahan. Memang, mengubah kebiasaan itu tidak mudah. Tapi setidaknya, jika kamu telah memulai dan mencobanya, kamu pasti akan bisa melewatinya dengan baik.
Semoga berhasil!
(Hamdani : #Tips dan trik).
Keren pak, sukses selalu perlu mengingatkan siswa.
BalasHapusSiap, Nyak.
Hapussemangt
HapusMantul .... semangat menulis
BalasHapusBagus pak semangat menulis pak
BalasHapusKeren pak blog nya, jadi gak bikin bosan saat membaca
BalasHapusBagus pak, bisa di jadikan contoh buat kita
BalasHapusBagus sekali pak
BalasHapusBagus sekali pak
BalasHapusBagus pak
BalasHapusBagus pak
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussemangt!!!
BalasHapussemangt pak
BalasHapus