Senin, 11 Januari 2021

BELAJAR DARING DI PERSIMPANGAN JALAN?

BELAJAR DARING DI PERSIMPANGAN JALAN?

Bagian 1 

(Penulis : Uu. Hamita)

Sebelum ini, saya mengira dunia pendidikan kita akan menemukan terobosan baru dan jitu akibat terdampak oleh wabah Corona yang semakin besar. Demi Zat yang dunia ini berada dalam genggamannya, marilah kita selalu berdoa semoga pandemi ini cepat berlalu. Karena penderitaan dan kesedihan yang ditimbulkannya sudah sangat banyak dan tidak tentu akan berakhirnya.

Saya merasa sangat optimis kala mendengar paparan ide kreatif Mas Menteri. Ini akan membuka peluang reformasi di bidang pendidikan. Pembaruan yang digadang-gadangkan oleh Mas Nadiem sejak awal programnya menjabat menteri pendidikan, terasa oleh saya akan membawa spirit baru. Namun belum berapa lama dalam hitungan hari, gonjang ganjing tentang permasalahan baru yang akan ditimbulkan oleh sistem belajar online atau daring bermunculan di mana-mana. Begitu cepat dan beragam pendapat hadir mengemuka di tengah-tengah kita.

Pro dan kontra terus bergulir dalam forum pembicaraan baik formal maupun non formal. Para pemikir dan praktisi pendidikan turut memberi masukan dan kritikan terhadap program tersebut. Dapat dilihat secara umum bahwa belum semua kalangan memandang positif program yang akan dijalankan.

Namun pada prinsipnya, sumbangsih pemikiran itu adalah demi meningkatkan kualitas atau mutu program yang dimaksud. Sangat penting kita mendengarkan masukan dan kritikan dari banyak pihak supaya pada akhirnya kita bisa menemukan sebuah formulasi terbaik dalam mengembangkan pendidikan ke depan.

Program Belajar Jarak Jauh (PJJ)  memberikan jawaban atas permasalahan pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal. Ketika belajar tatap muka tidak dimungkinkan dapat dijalankan saat ini, sistem belajar online (daring) dinilai sangat tepat untuk dapat memutus mata rantai penyebaran virus covid-19.

Namun lagi-lagi, plus minus dari setiap metode dan sistem selalu saja muncul. Masalahnya cukup komplit. Pembelajaran tidak hanya memandang bagaimana meningkatkan mutu pendidikan, tetapi masalah lain yang berkaitan dengannya, seperti kesiapan pemerintah, faktor ekonomi keluarga, dan faktor budaya menjadi pengaruh besar yang menghambat percepatan program yang akan dijalankan.

Pergerakan reformasi pendidikan Akhir-akhir ini terkesan mulai melambat. Ini terlihat dari kepanikan yang dimunculkan oleh sebagian besar kalangan, terutama  siswa dan orang tua. Para orang tua kelimpungan mengantarkan anaknya untuk menjalankan belajar dengan sistem online. Dimulai dari isyu anak tidak ada paket internet, gagap teknologi, signal hilang, serta hal yang terberat lainnya yaitu tidak punya android karena tidak mampu membelinya. Dan banyak lagi persoalan lainnya yang dapat menjadi faktor penghambat bagi tercapainya pelaksanaan belajar mengajar modern yang lebih menyenangkan.

Kontroversial terus mengemuka, juga datang dari kaum guru sendiri. Kurangnya pembekalan kepada guru dalam memahami teknik dan tata cara menjalankannya, memunculkan inisiatif yang beragam di sekolah-sekolah. Ini menjadi kelemahan program karena masing-masing sekolah berbeda perlakuan dalam menjalankannya. Namun secara normatif, keputusan yang diambil pihak sekolah adalah berdasarkan pertimbangan keamanan dan kesehatan. Yaitu ingin memutus mata rantai penyebaran virus covid-19.

Kini, mau dibawa ke mana program yang besar dan diyakini bisa membawa perubahan ini? Tantangan globalisasi telah mengharuskan kita masuk ke dalam sistem baru dan modern demi sebuah perubahan besar. Apa lagi saat ini, dikenal era Industri 4.0. Konsep penerapan yang berpusat pada konsep otomatisasi teknologi, tanpa memerlukan tenaga kerja manusia dalam proses pengaplikasiannya. Jika nilai efisensi pada suatu lingkungan kerja telah mulai diberlakukan, tentu akan berdampak semakin sempitnya peluang pekerjaan.

Oleh karena itu, kita semua harus menyadari penggunaan perangkat Informasi dan Telekomunikasi (IT) harus dimulai sejak dini di berbagai pelosok tanah air. Siswa-siswa belajar melalui internet agar ke depannya mampu lebih berkreasi. Jika terdapat faktor-faktor negatif dalam pengunaannya, itu adalah bagian dari tantangan hingga kita kembali menemukan formulasi yang baik dalam mengatasinya.

Semoga ke depannya, tiada lagi generasi kita yang gagap teknologi, khususnya dalam menggunakan gawai atau peranti kecil bernama gadget, android,dan lapotop. Atau sekadar mencari-cari alasan klasik yang menjadikan kita semakin tertinggal. Dunia terus mengalami arus globalisasi. Semoga kita mendapatkan kebaikan atas perkembangan sain dan teknologi maju sekarang ini. 

....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar