Kamis, 30 April 2020

Kiat Menembus Penerbit Gramedia


KIAT MENEMBUS PENERBIT GRAMEDIA

PEMATERI  : AMIR FAISAL

(TRAINER DAN INSPIRATOR)

(Resume by : Hamdani) 
Kamis, 30 April 2020

Amir Faisal


Luar biasa banget… Materi tentang Penerbit Gramedia adalah yang paling saya tunggu selama ini. Rasa tak ingin melewatkannya, walau kuliah online saban harinya membuat mata sedikit perih. Pak Amir Faisal, mohon jangan cepat selesai, dong, menyampaikan materinya. Saya pasti sangat menyesal jika sampai akhir materi tidak mampu mengikutinya secara tuntas.

Mendengar Pak Amir Faisal menyebut novel adalah buku terlaris kedua di Gramedia, membuat mata saya terbuka lebar dan segera merapikan duduk. Saya sangat mendambakan dapat menerbitkan buku melalui Gramedia. Tapi sebelum ini,  keterbatasan mendapatkan informasi dua arah membuat saya sedikit enggan. Padahal terlalu banyak ide  yang akan diceritakan jika saja peluang lebih terbuka di depan mata.

Namun begitu, saya sudah beberapa kali menggali informasi tentang Penerbit Gramedia melalui internet. Ini semakin menambahkan lagi semangat saya untuk banyak-banyak menulis. Dengan harapan, minimal salah satunya akan dapat di terima di Gramedia. Tidak seperti isyu yang beredar selama ini mengatakan bahwa untuk dapat masuk ke penerbit Gramedia sangat sulit.

Wah, buru-buru Om Jaya sudah membuka kran pertanyaan bagi peserta belajar menulis. Gimana ini? Materi Pak Amir Faisal terlalu singkat. Hehe… "Saya baru mau merancang pertanyaan, Om Jay." 😍

“Silahkan langsung saja ajukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan Kiat Menembus Penerbit Gramedia,” seru Om Jay.

Mengagumkan, trainer, inspirator dan sekaligus penulis sekelas Pak Amir Faisal mendapatkan ilmu menulis bukan dari latar belakang dan disiplin ilmu yang khusus. Hingga kini, ia sudah mempublish 14 buku yang diterbitkan oleh Gramedia Group,  Change, Farisma Publishing dll.

Beliau berangkat dari seorang professional. Bekerja di perusahaan marketing nasional lalu berlanjut menjadi pengusaha dan consulting. Dari sinilah ia mulai berpikir untuk menulis. Buku pertamanya Menyiapkan Anak Menjadi Juara. Lalu, beliau mendapatkan pengetahuan menulis dari banyak membaca  buku pendidikan mutakhir berbahasa asing, seperti dari Bobbi De Porter, Barbara Prashnig,  buku-buku psikologi dr Daniel Goleman, Howard Gardner, Thomas Armstrong dan ikut Trainingnya pak Munib Khatib, sekolahnya manusia. Wah, tinggi amat level Bapak. Hehe…

Amir Faisal juga mengingatkan bahwa Gramedia adalah sebuah koorporasi bisnis yang berorientasi pasar. Para penulis yang ingin menerbitkan bukunya di Gramedia harus memahami peluang pasar dari buku yang akan diterbitkannya. Tidak hanya penerbit, para penulis juga hendaknya bisa melakukan riset tentang buku-buku yang sedang laku di pasaran. Sehingga tujuan akhirnya, penerbit dan para penulis bisa saling menguntungkan.

Penulis harus mengenal genre dan gaya kepenulisannya sendiri. Ini bertujuan agar penulis itu dapat masuk dalam daftar penulis di Gramedia. Ia menghibur pembelajar dengan mengatakan jika dapat masuk ke Penerbit Gramedia, berarti penulis itu telah nge-brand namanya di seluruh Indonesia. Jika tulisan atau buku diterbitkan oleh Grup Gramedia, sekurangnya bukunya dapat dipajang minimal selama 6 bulan. Selanjutnya, jika dipandang masih terjadi sirkulasi penjualan buku, maka Gramedia akan mempertimbangkan untuk kembali memajangnya.

Baik, Pak Amir Faisal. Banyak saya sudah mengerti dan mengambil inti sari dari video pembelajaran yang Bapak berikan. Semoga ilmu pengetahuan dan informasi yang disampaikan dapat semakin memotivasi saya dan teman grup belajar menulis ini bimbingan Om Jay ini. Terakhir saya mau bertanya, Pak.

Begini, Pak.
Assalamu’alaikum, Pak Amir Faisal yang budiman.

Luar biasa, ini yang saya tunggu-tunggu sejak lama, Pak. Materi tentang Penerbit Gramedia. Saya hobi menulis novel walau baru 1 buku novel saya (260 halaman A5) yang saya rampungkan dan sudah jadi buku. Isinya memadukan romantisme, nasihat, dan status sosial. Saya ingin novel saya ini diterbitkan kembali di Gramedia, Bagaimana caranya, Pak? Di belakangnya masih ada dua lagi dalam masa perampungan. Terima kasih.
Hamdani – Kepri

Amir Faisal: Bapak hubungi saja Gramedia di Kepri,  kemudian minta nomor kontak penerbit salah satu penerbit di Gramedia group.

Ya, terima kasih, Pak. Tapi sayang jawabannya pendek amat. Hehe… 😂😂😂

Rabu, 29 April 2020

BELAJAR, BELAJAR, DAN BELAJAR MENULIS SETIAP HARI




Pembelajaran Grup Whatsapp 
‘BELAJAR MENULIS GELOMBANG 8’

Hari/ Tanggal : 29 April 2020
Waktu : Pukul 13.00 s.d. 15.00 WIB

PEMATERI:
Dr. Uswadin, M.Pd.
Brebes, 15 Maret 1968
Pendidikan MP S3 UNJ
Guru SMP Labschool Jakarta, dan Kebayoran.
Kepala SMP Labschool Cibubur 2011 sd 2019
Pengembang Labschool UNJ
Menikah dikarunia 2 anak
Tinggal di Matraman Jakarta Timur
Email: dinuswa15@gmail.com
Motto : Bermanfaatlah untuk sesama



BELAJAR, BELAJAR, DAN BELAJAR MENULIS SETIAP HARI
(Resume by: Hamdani)

“Kiat-kiat menulis itu sebenarnya dibilang mudah juga mudah, dibilang susah juga susah. Tergantung dari mana kita akan memulai dan memiliki semangat untuk memulai,” Dr. Uswadin M.Pd. mengawali kuliahnya.

Menulis itu bisa dikatakan tidak sulit dan tidak mudah. Untuk menulis,  seseorang itu mesti memiliki kemampuan dan keterampilan. Apabila menulis dilakukan secara terus menerus dan dievaluasi serta dipelajari kelemahan yang ada, maka kemampuan menulis kita akan semakin baik.

Untuk dapat menulis dengan baik, pertama adalah dengan cara mengalahkan diri kita sendiri. Maksudnya jangan kita merasa tulisan kita tidak berbobot dan tidak bermakna. Lalu kita juga harus menyiapkan (mengalokasikan) waktu untuk menulis. Kemudian kita harus mampu memunculkan dan memanfaat sebuah ide.  Ide itu selalu muncul pada waktu yang tidak tidak menentu.  Saat ide tiba-tiba muncul, kita harus cepat menuliskannya menjadi draft  di atas kertas, handphone, dan seumpamanya.  Selanjutnya, draft penting atau poin-poin utama yang kita tulis itu,  akan kita dikembangkan menjadi tulisan.

Uswadin menambahkan bahwa menulis itu bermula  dari kemunculan sebuah ide. Tanpa ide, tulisan tersebut tidak akan menjadi  sebuah konten atau memiliki tujuan yang jelas. Ide, gagasan utama, atau pikiran-pikiran  yang akan kita tuangkan  itulah yang akan menjadi tujuan mengapa kita menulis dan apa yang akan kita tulis.

Menurutnya, memulai itu adalah sesuatu yang terbaik. Tulisan yang baik adalah tulisan yang telah selesai.

Dr. Uswadin mengutip sebuah nasihat dari seorang profesor (no name) yang menyampaikan kepada muridnya bahwa karya terbaik adalah karya yang telah selesai (sudah ditulis dengan baik). Kenyataan ini akan berbeda dengan tulisan yang masih dalam perencanaan atau sedang akan ditulis. Jangan takut untuk menulis. Beliau juga mengkiaskan sebuah terminologi agama yaitu, membaca, membaca, dan membaca.  Oleh karena itu kita juga harus bisa menulis, menuis, dan menulis.

Beliau menyarankan agar tulisan yang sudah ditulis itu juga dimuat di media sosial yang lain seperti laman facebook atau media cetak atau online.

Ia juga mencontohkan beberapa tulisannya yang sudah jadi yang dikirimkannya ke media online. Alhamdulillah, diterima oleh redaksi. "Lalu saya mencoba mengirim ke beberapa media online dan ternyata diterima juga,” ungkapnya.

Selain media online, kita juga mencoba dan memberanikan diri untuk mengirimkan tulisan kita ke media cetak. Beliau mengungkapkan kebanggaannya jika tulisannya dapat dimuat, apalagi di surat kabar yang sudah populer atau berskala nasional.

“Saya memerlukan waktu 4 jam untuk menulis sebuah tulisan artikel ini, ‘Mengambil Hikmah di balik Pandemi Covid-19’ (1.100 kata). Dimulai  dari konsep menulis dan koreksi sampai jadi.” jawab Dr. Uswadin saat diajukan sebuah pertanyaan bagaimana ide bisa mengalir dengan mudah?

Ia juga menceritakan pengalamannya tentang bagaimana ia mengembangkan ide tulisan. Menurutnya, hal ini bergantung pada kesempatan serta kemauan. Ia mencontohkan tentang sebuah coretan ide yang didapatkannya saat tengah malam tidak bisa tidur.  Lalu dituangkannya di kertas hingga akhirnya tertidur. Dari tulisan yang sudah dibuat, ia menunda waktu hingga tiga hari  untuk kembali bisa menyelesaikannya. Saat menemukan waktu yang terbaik dan tepat, ia segera menyelesaikan tulisannya dalam waktu lebih kurang empat jam seperti jawabannya sebelumnya. Bagaimana akhirnya tulisan itu bisa menjadi sebuah buku? Ia tinggal mengkompilasinya dari blog atau tabungan tulisannya.

Terakhir Ia juga mengingatkan, dalam membangun kepercayaan diri untuk menulis, awalnya memang selalu timbul rasa tidak percaya diri. Tetapi gaya menulis seseorang yang berbeda, menurutnya adalah sebuah kelebihan masing-masing. Teruslah menulis, menulis, dan belajar menulis! Pada akhirnya nanti akan tumbuh kepercayaan diri dengan sendirinya. 

Terima kasih kepada Pak Dr. Uswadin, M.Pd., atas sumbang pemikiran dan motivasinya. Semoga ilmu pengetahuan yang diturunkan ini menjadi amal kebaikan dan selalu beroleh berkah dari Allah SWT. Aamiin.

Wassalam,
Hamdani – Kepri.


Rabu, 22 April 2020

MENULIS DAN MENERBITKAN BUKU




Di sela-sela kesibukan pulang kantor, Pak Edi S. Mulyanta yang menjabat sebagai Publishing Consultant Andi Publisher tetap tampil memberikan materi informasi dan motivasi kepada Grup Whatsapp Belajar Menulis Gelombang 8, Rabu, 22 April 2020 dari pukul 19.00 hingga 21.00 WIB. Pembelajaran malam ini bertema ‘Menulis dan Menerbitkan Buku’.

Sesuatu yang mengharu biru disampaikan oleh pemateri di awal penyajiannya adalah tentang kondisi  penerbit yang sedang di uji ketahanannya dengan kondisi pandemi yang luar biasa. Sehingga mengakibatkan  outlet penerbitan tutup. Ia menyampaikan bahwa darah penerbitan itu adalah karya tulis dari sang penulis. Karya tulis itulah yang kemudian diubah menjadi sebuah media (buku) yang dapat dinikmati pembacanya melalui outlet-outlet pemasaran. Baik itu toko buku, kampus, sekolah, dan atau pembaca secara langsung.

Setiap penerbit bernaung di bawah IKAPI sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah untuk mewadahi setiap penerbit di luar penerbit kampus. Penerbit di bawah IKAPI secara alamiah memilih jalur masing-masing sesuai passionnya dalam menerbitkan buku.

Selanjutnya, Pak Edi yang lahir di Jogjakarta, 24 Mei 1969 ini menyampaikan  kepada penulis, agar memahami ciri khas terbitan setiap penerbit. Ini bertujuan agar tulisannya sesuai dengan misi penerbit tersebut. Agar buku dapat diterbitkan melalui penerbit Andi, Penulis terlebih dahulu mengirimkan usulan dan proposal untuk menjajaki apakah jalur tulisan sudah sesuai dengan visi dan misi penerbitan. Hal ini dimaksudkan demi menghemat waktu dan biaya dalam memsiapkan tulisannya.
Setiap penerbit, mempunyai SOP dalam memilah dan memilih tulisan untuk dijadikan komoditas industri.  Tujuan utamanya adalah agar buku yang diterbitakan dapat terserap di pasar dengan cepat.
Penerbit pun mempunyai peta pasar yang terekam dari outlet-outlet penjualan. Sehingga instink penerbitan semakin terasah. Dengan melihat judul, outline, dan siapa penulis, memungkinkan penerbit dapat memproyeksikan pasar buku yang menjadi sasarannya.

Selanjutnya, sang pemateri yang memiliki Blog www.sobatambyar.com menyebutkan bahwa kunci pertama bagi penulis agar karyanya direspon secara cepat oleh penerbit adalah membuat pemilihan judul yang baik, pasar sasaran yang akan dituju, dan melakukan sedikit riset tentang pesaing. Apalagi jika tema yang ditulis adalah tema yang baru. Untuk memengaruhi penerbit, penulis perlu melakukan tambahan data dengan melakukan riset kecil terhadap peluang pasar.  

Penerbit lebih cenderung mencari tema yang sesuai data pemasaran sudah ada, sehingga gambling dalam membiayai penerbitannya.  Risiko tidak terserap di pasar pun akan semakin kecil.  Ada solusi, penulis dapat mengirimkan karya/ tulisannya ke beberapa penerbit, apabila penulis belum berpengalaman bekerjasama dengan penerbit. Para penerbit akan selalu menyeleksi tulisan, dengan beberapa pertimbangan. Paling banyak aspek pemasaran dijadikan sebagai pertimbangan utama.
Sebagai contoh, saat ini buku yang sangat dicari adalah buku tentang Covid-19. Cari secepatnya apa, bagaimana, virus tersebut. Riset kecilnya adalah, apakah buku yang ditulis betul-betul mempunyai manfaat pada pembaca? Begitu pula pesaing buku. Apakah sudah ada atau belum? Penulis perintis pertama biasanya dapat menikmati pasar awal yang cukup menarik. Biasanya tulisan pertama mempunyai kualitas yang belum baik, akan tetapi ini dapat mengejar momen yang cukup bagus.
Penulis follower biasanya mempunyai penyajian materi yang lebih baik,  akan tetapi penikmat pasarnya bisa hanya sisa dari para penulis perintis. Penulis perintis effort awal lebih banyak, namun terkadang mempunyai risiko karya/ tulisan tidak laku juga lebih besar.

Penerbit akan sangat tergantung dari tawaran awal dalam proposal dalam menentukan penerbitannya.
Poposal buku akan semakin sempurnya, jika penulis telah melakukan proses tulisan bukunya minimal 50% dari rencana keseluruhan. Supaya proses penyelesaian tulisannya tidak terlalu lama. Penerbit biasanya memberikan waktu yang beragam untuk menyelesaikan tulisan tersebut.

Penulis banyak yang menebar proposal, akan tetapi finishing tulisannya lambat. Hal ini tentu akan menghambat proses produksi bukunya. Sehingga terkadang penerbit harus memilih tulisan yang lebih dahulu selesai. Hal ini akhirnya diperlukan manajemen waktu penyelesaian tulisan penulis, supaya dapat segera diproses penerbitannya.

Proses penerbitan buku cukup panjang waktunya, dari administrasi penerbitan awal, editing, setting layout, desain c over, dan proses produksi. Tanpa ada antrian proses penerbitan buku memakan waktu antara 2 minggu hingga 1 bulan paling lama. Dan yang membuat lama proses naik cetak adalah adalah proses antrian, baik dari sisi penulis maupun beberapa bagian di penerbitan.

Pada proses administrasi penerbitan, yang perlu dipersiapkan adalah kelengkapan naskah, dari Judul-Sub Judul, Nama Pengarang, Kata Pengantar, Prakata, Daftar Isi, Bab, hingga Sinopsis. Penulis harus jeli melengkapi hal demikian, karena biasanya sebelum lengkap, proses selanjutnya tidak akan dijalankan.
Proses editing akan terbantukan dengan pengetahuan ejaan, pemilihan kata, kalimat, paragraf hingga hirarki bab yang baik dari penulis.
Kelemahan penulis biasanya adalah tidak clear saat menentukan hirarki bab, paragraf, kalimat, kata, dan pemilihan fontasi. Lalu editor akan membantu hal tersebut, akan tetapi apabila penulis telah menata dengan baik, maka kerja editor akan lebih fokus ke dalam bagaimana memilih efektifan kalimat, dan struktur bab yang baik.

Setting layout juga mempunyai peranan yang penting, karena menentukan ukuran buku, jumlah halaman, dan keindahan halaman per halaman. Titik krusial ada di sini, karena dengan pengaturan halaman yang baik, makan harga buku akan dapat efektif di tentukan.

Harga buku yang menarik, akan cukup memengaruhi pembeli dalam memutuskan akan menikmati buku tersebut atau meninggalkannya. Desain cover, juga memunyai peranan strategis dalam sebuah buku. Apalagi tipikan pembeli buku di Indonesia adalah didasarkan dari keindahan dan seberapa menarik cover buku.

Tipikal pembaca buku di indonesia adalah, sight seeing, sehingga cover sangat penting dalam pemasaran buku. Setiap penerbit mempunyai data juga bagai mana cover yang menarik, dan terbukti mendongkrak pemasaran

Saat proofing, penulis sebaiknya memberikan beberapa perbaikan ide untuk lebih memperkuat pasar buku yang ditulisnya. Itulah mengapa kerjasama yang baik dari penulis, dan pengetahuan data dari penerbit sangat diperlukan. Karena akan dapat menentukan keberhasilan tulisan untuk terserap di pasar.

tidak ada buku Best Seller yang By Design. Artinya, banyak buku Best Seller di Indonesia, terkadang karena karunia semata. Jadi jangan takut menawarkan tulisan anda ke penerbit. Karena pada dasarnya penerbit juga trial and error dalam menerbitkan buknya. Hanya pengalaman, dan intuisi terkadang membantu untuk menghindari kerugian akibat terbitannya tidak laku di pasar.

Demikian Pak Edi mengakhiri sebagian pengetahuannya kepada para pembelajar.

Pada sesi Tanya jawab, Pak Edi, sang Publishing Consultant Andi Publisher menjawab beberapa pertanyaan terkait tema ‘Menulis dan Menerbitkan Buku’ yang dipandu oleh moderator keren, Mr. BamS.   Secara umum, pertanyaan menunjukkan antusias para pembelajar dalam menerbitkan buku.

Pak  Edi juga merincikan tentang teknis penerbitan buku di penerbit Andi. Riset pasar yang dilakukan pertama kali paling penting, siapa sasarannya. Buku sekolah pasarnya sangat besar sekali, di banding buku masak.

Pak Edi kembali mengulangi penjelasannya terkait pertanyaan Bagaimana kondisi bidang penerbitan sekarang selama masa pandemi ini? Ia meyampaikan kesedihannya tentang kondisi yang sangat berat yaitu,  hampir 90 % outlet penerbitan sekarang tutup. Kampus dan sekoah tutup semua tidak ada aktifitas. Artinya, omzet penjualan betul-betul turun hingga ke titik nadir.

“Kami harus berjuang hingga tiga bulan ke depan untuk menanti masa panen di tahun ajaran baru,” katanya, “Dalam tiga bulan ke depan merupakan titik hidup mati penerbitan, karena jika tidak dapat melewatinya, banyak sekali penerbit di bawah IKAPI akan gulung tikar.”

Ia menambahkan tentang pasar online di Indonesia belum tumbuh untuk pasar buku, sehingga kami harus menahan lapar sejenak untuk tiga bulan ke depan. “Semoga pandemi ini akan reda,” harapnya.

Buku- buku yang mempunyai value bagus untuk pendidikan karakter dan menjadi rangking pertama adalah buku Anak, buku dongeng, cerita bergambar, komik, kemudian buku, keagamaan, motivasi, dan buku sekolah.
 
Ia lalu menyarankan tentang strateginya pengiriman proposal, materi buku harus sebagian besar telah tertuliskan baik dalam bentuk draft atau masih outline detail. Sehingga waktu penyelesain dari usulan ke naskah lengkap tidak terlalu lama, untuk mengejar momen. Usulkan beberapa bab yang telah di tulis sebagai tambahan informasi ke penerbit, sehingga penerbit akan tahu gaya tulis penulis tersebut.

Untuk teknis dan tata aturan penulisan, Pak Edi mengingatkan penulis agar dapat memberikan kisi-kisi tata letak yang diinginkan, misalnya jenis huruf, kolom, text book, atau side note dan lain-lain. Kemudian akan diterjemahkan oleh desainer layout untuk disesuaikan dengan mesin-mesin cetak. Sebelum cetak, biasanya penulis akan diminta melakukan proofing materi, sebelum diproduksi massal.

Ada pertanyaan yang sedikit temperamental dari seorang penanya di grup terkait tulisan yang dikirimkan di beberapa penerbit, Pak Edi menyarankan agar membuat pertimbangan skala pasar penerbitannya. Penerbit skala nasional akan lebih menguntungkan secara keuangan, karena akan tersebar di seluruh penjuru toko buku. Opsi lain lain adalah dengan mengambil manfaat dari penerbit yang tercepat memutuskan menerima tulisan penulis.

Penerbit Andy lebih banyak menerbitkan buku-buku pendidikan. Baik buku pendidikan dasar, menengah,  hingga perguruan tinggi. Namun penerbit ini juga menerbitkan buku umum, non politik dan non agama.


“Buku yang diterima adalah buku yang punya life cycle atau daur hidup yang panjang, karena akan menguntungkan di jangka yang amat panjang. Buku trnding topic, biasanya berumur pendek dan jarang sekali terjadi cetak ulang atau repeat order dari toko buku, sehingga cepat beralalu momennya. Buku kami yang abadi adalah buku referensi untuk perguruan tinggi, ada yang berumur 30 th masih bagus pasarnya,” imbuhnya.

Ada pula yang menarik pertanyaan dari Mukminin terkait apakah penerbit Andi juga menerima naskah seperti Antologi Kisah Inspiratif dan Antologi cerpen, pemateri ini menyampaikan ada kelemahan antologi kisah inspiratif atau antologi cerpen, yaitu peluang pasarnya yang sangat kecil. Peminat buku seperti ini biasanya tergantung penulisnya atau komunitas penulisnya serta lingkungan social medianya. Sehingga market sasarannya menjadi kecil atau niche market.

Namun ia menghibur para pembelajar dengan mencontohkan seorang Raditya Dika yang awalnya hanya dipandang sebelah mata oleh penerbit.  Ia dianggap hanya menulis blog-blog yang tidak bermutu. Namun tulisannya itu Fun buat generasi milenial. Awalnya pasarnya Niceh Market, akan tetapi berkembang social medianya karena followernya banyak. Akhirnya bukunya best seller semuanya. Walaupun secara value naskahnya kurang bagus, tapi nilai pasarnya sangat besar.

Untuk saat ini, naskah motivasi, termasuk naskah primadona, karena menghasilkan keuntungan yang luar biasa. Apalagi jika penulisnya rajin promosi karena motivator terkenal, bukunya bak kacang goreng.
Buku motivasi, cukup menarik semua penerbit. Akan tetapi tergantung kreativitas penulis dalam memaparkan ide-idenya.
“Buku motivasi yang baik pasarnya, memang melekat pada nama-nama terntentu di Indonesia. Dulu ada Mario Teguh, di mana bukunya luar biasa tanggapan pembacanya. Tung Desem Waringin, sangat fenomenal,” terangnya.

Akan tetapi ternyata buku-buku motivasi tidak pernah surut terbitannya. Terbukti buku motivasi-motivasi berbasis agama, menjadi trend yang luar biasa. Kreativitas penulis menjadi tumpuan utama buku motivasi, sehingga tidak ragu-ragu melakukan  brainstorming dengan penerbit untuk menerbitkan buku motivasi di Indonesia. Ia lalu menyarankan untuk mencari peluang-peluang baru saat Pandemi Covid-19 yang memorak porandakan motivasi kita. Ini lahan yang luar biasa untuk membuat buku motivasi.

Sebelum mengakhiri sarahannya, Pak Edi Mulyanta meninggalkan nomor ponselnya dan email edis.mulyanta@gmail.com untuk terus dapat menggali informasi darinya.

Waktu terakhir tinggal 3 menit pukul 21.00 WIB, moderator menutup pembelajaran online yang diringi doa bagi kesehatan penerbit serta ucapan salam. Sekian.

Minggu, 19 April 2020

Kumpulan Sajak Para Pelayat



Persemayaman Terakhir

Semayamkan jasadku dalam semalam
sebelum dimulai arak-arakan
mengantarkan jenazahku esok pagi

takkan lama…
duduklah bertanggang sambil menyeruput
secangkir kopi hitam

jangan kau tinggalkan daku sendiri
karena aku masih didekatmu

tak perlu diratapi
tak perlu disayangi
bisik bisik doamu cukup jadi penawar bagiku

Karya : Hamdani

Senin, 13 April 2020

Mengupas Habis 'Menulis Buku dalam Seminggu' Bersama Profesor Eko Indrajit - (Kepala SLCC Pengurus Besar PGRI).



Ada yang sangat menarik dari pelajaran pada hari ini, seminar online bersama grup whatupp binaan Om Jay dan kawan kawan. Prof. Eko Indrajit yang budiman, Kepala SLCC Pengurus Besar PGRI, membuka kulit tampak isi dengan membagikan ilmunya tentang ‘Menulis Buku dalam Seminggu dari Seminar Virtual di Youtube’ Dia bagaikan  ingin mengeluarkan seluruh isi perutnya untuk diberikan kepada orang lain. Begitulah yang tampak dari caranya menyajikan materi. Tidak ada yang ingin disimpannya.

“Saya jadi teringat akan seseorang yang juga sepertinya, yaitu Bapak Wijaya Kusuma (Om Jay).”

Di awal-awal pembelajaran, Profesor yang memiliki nama lain Ekoji itu, langsung menawarkan kepada moderator tentang cara penyajian materi yang menggunakan rekaman suaranya langsung. Tetapi Mr. BamS, sang moderator yang bertindak mengatur jalannya perkuliahan online,  meminta padanya untuk tetap menggunakan cara mengetik dan membagikannya di grup menulis ini. “Keren, Mr. BamS. Kekuasaan ada di tangannya. Hehe..” Mr. BamS mengusulkan kegiatan dibagi menjadi 2 sesi, yaitu sesi pertama penyampaian materi dan sesi kedua tanya jawab.  

Sebelum menyampaikan materinya, terlebih dahulu sang Pemateri menanyakan pertanyaan yang akan ditujukan padanya. Saya kira ini sedikit lucu karena tak biasa  pemateri meminta terlebih dahulu. Tapi Mr. BamS secepatnya pula menyetujuinya. Ia langsung menayakan hal apa yang ingin disampaikan oleh profesor dari tema hari ini.

Berjalan waktu beberapa menit, panggung Belajar Menulis Gelombang 8 ini memang dikuasai oleh Ekoji. Ia memberi sarahan tanpa interupsi. Ia mengawali dengan menceritakan asalnya ia terpanggil untuk memberikan materi di tempat ini.

Pandemi mewabanyah virus corona, memaksa banyak orang untuk berdiam diri di ruma. Hal ini membuatnya tak dapat membuat pilihan. Ia juga harus ikut waspada dan tetap menjaga stamina dan kesehatannya. Sebuah alasan yang sangat logis yang dilakukan setipa orang untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus covid 19.

Tentang bagaimana bisa dalam waktu satu minggu orang dapat merampungkan menulis buku dan menerbitkannya, Profesor ulung ini menjawab santai, “Caranya mudah. Kita harus mendisrupsi diri sendiri. Jangan waktu mengatur kita, kita yang harus mengatur waktu. Buatlah menulis sebagai sesuati yang PENTING dan GENTING, sehingga harus segera dikerjakan... itu namanya prioritas. Jika Anda menyenangi apa yang anda lakukan, pasti waktu dapat anda alokasikan. Sebelum tidur saya terbiasa membuat 3-5 halaman tulisan. Saking terbiasanya, sekarang kalau belum nulis, ndak bisa tidur.” Begitu katanya.

Profesor Eko Indrajit tidak hanya menyampaikan ilmu yang bersifat teori melainkan ia sendiri sudah malang melintang di bidang karya tulis. Sedikitnya, ia sudah menulis lebih dari tujuh puluh lima buku, dan ratusan artikel. Ia pin menawarkan untuk peserta men-download free tulisannya di situs academia, di situs eko.id , dan lain-lain.

Profesor Ekoji tidak hanya mengajari, tetapi ia juga membangkitkan semangat para peserta untuk bersama-samanya menulis buku. Ia pun berjanji akan membimbing para peserta hingga dapat menerbitkan bukunya. Luar biasa! Profesor juga menambahkan perbekalan ilmu pengetahuan bagi para peserta dengan membagikan beberapa e-book dari buku hasil tulisan tangannya sendiri.

Profesor yang eksis di situs miliknya sendiri, (EKOJI CHANNEL) ini, menambahkan bahwa “Menulis adalah cara kita menyampaikan buah pikiran lewat tulisan. Jadi, semua tulisan adalah baik. karena dilakukan dari hati. Ibu pasti punya banyak hal yang ingin diceritakan kepada orang lain. Tulis saja apa yang ada di kepala kita. ndak usah takut. Kualitas menulis itu ditentukan oleh pembacanya, dan pembaca itu macem-macem. Kalau saya menulis untuk kakek saya, akan beda bahasanya dengan kalau menulis untuk generasi anak-anak saya." 

"Kualitas menulis adalah masalah jam terbang. Lama-lama jadi bagus sendiri.... Jaman sekarang, tulisan tidak perlu terkoordinir. Masukin aja ke internet, maka nanti akan terkoordinir sendiri. Karena dalam dunia maya, berlaku data yang unstructured dibandingkan dengan structured. Menulis blog seperti yang disampaikan Oom Jay adalah sangat baik. saya selain menulis, senang juga bikin puisi dan lagu, kok. Apapun yang ingin saya sharing, saya tulis. Satu-satunya yang perlu diperhatikan adalah (menurut saya), buatlah tulisan yang tidak membuat orang lain sedih karena kita menyampaikan hal-hal yang buruk atau jelek.... Menulis hal-hal yang buruk, kalau bagi saya mendatangkan energi negatif..., malah akan mengganggu kehidupan masa kini dan mendatang.” Nasehatnya panjang menanggapi sebuah pertanyaan dari seorang peserta." imbuhnya.

Dengan menulis, sang Profesor  ingin meninggalkan legacy untuk anak cucunya. Sehingga kalau nanti mereka ngecek siapa kakek atau kakek buyut mereka, bisa tercatat di internet. Itulah cara hidup 1000 tahun lagi. “Hehehe....,” tawanya.

Banyak sekali yang ingin disampaikan oleh Profesor Eko Indrajit dalam waktu yang singkat ini. Terakhir ia berpesan sebagaimana pepatah mengatakan bahwa  alah bisa, karena biasa. Tak kenal, maka tak sayang. Menulis adalah masalah jam terbang. Semakin sering terbang, akan semakin mulus untuk take off atau landing.

“Ayo, menulislah bersama saya. Anda penulis pertama, saya penulis kedua. Seperti kata oom jay, ‘tulis aja dan buktikan apa yang terjadi’. Saya menunggu yang tertarik membuat ringkasan yang saya katakan di youtube channel.... kita menulis berdua, dan saya langsung terbitkan.... ciao.... Salam sehat untuk semuanya. Terima kasih moderator dan Oom Jay. Sukses semua untuk anda.....”

“I am login out....,” ucapnya menutupi pertemuan.

Kamis, 09 April 2020

DASAR MENULIS KATA, KALIMAT, DAN PARAGRAF

Pemateri : Mr. Imam Fitri Rahmadi - Dosen di Universitas Pamulang  
             ü Sisi Lain dari Kelas Menulis Grup WA
ü Pembelajaran Kelas ke - 7 _ Grup Belajar Menulis Gelombang 8

Pertama kali mengikuti kelas menulis melalui grup whatupp yang digagas oleh Wijaya Kusuma (Om Jay) dkk., menjadi sesuatu yang sangat berarti tetapi menantang. Saya akui ini berat karena status saya yang masih sebagai siswa baru.  Saya benar-benar sangat malu-malu untuk berekspresi. Beberapa kali saya jadi menghapus postingan pertanyaan yang saya kirim sebelumnya melalui whatupp sang moderator keren itu, yaitu Mr. BamS (Bambang Purwanto).
Walaupun merasa gagal mengajukan pertanyaan pada pembelajaran awal ini, saya berharap Mr. BamS tidak curiga kalau saya ini berada dalam banyak keraguan. Di samping itu saya juga berpikir, Kalau kelas se-keren ini, tidak mungkin diisi oleh orang-orang "bingung' (me).
Saya lihat Mr. Bams begitu  gesit meneruskan pertanyaan dari para peserta kepada pemateri. Hmm, kali ini saya harus cepat menghapus pertanyaan sebelum sampai dan dibaca oleh pemateri. Saya harus segera melenyapkan tulisan saya dari dinding whatupp Mr. BamS. Jika itu terjadi, saya pasti tak dapat menyembunyikan wajah dari kelas ini karena malu. Bagaimana saya bisa mengirim pertanyaan yang tidak bermutu? Lalu dengan cepat pula saya mengulang mengirim  whatupp kepada Mr. BamS. Tapi bukan menyampaikan pertanyaan baru, melainkan menyebutkan bahwa pertanyaan saya sudah terwakilkan oleh pertanyaan peserta lain. Syukur-syukur, Mr. Bams tidak mengetahui apa sebenarnya yang terjadi.
Pemateri malam ini adalah seorang yang tidak tanggung-tanggung  keren dan handal di bidangnya. Beliau adalah Mr. Imam Fitri Rahmadi. Beliau berprofesi sebagai dosen di Universaitas Pamulang dan masih melanjutkan perkuliahan S3 di Johannes Kepler Universität Linz Austria (2019-sekarang).
Belajar kali ini dan beberapa yang sebelumnya, menurut saya bukan belajar biasa. Kalau dikatakan singkong rasa burger, ini mungkin benar. Di grup ini, saya seakan sedang melihat hidangan, makanannya sangat enak dan lezat. Lalu saya menjadi sangat berselera dan bisa menyesal bila tidak mencicipinya. Rugi sekali jika melewatkan kelas belajar yang gratis tapi sangat bermutu ini.
Bukan persoalan jika pada  pembelajaran sebelumnya, saya hanya menjadi penonton saja. Saya pikir ya, harus bagaimana lagi? Semua materi sangat terasa cepat berlalu. Sementara saya masih terpinga-pinga tak tahu hendak melakukan apa? Namun yang terpenting, saya punya kesempatan berdampingan dengan orang-orang yang kreatif. Lalu mencuri ilmu mereka menggarap ide-ide mereka dari yang tidak penting menjadi penting. J
Mengenai bagaimana saya bisa memahami seluruh isi materi pembelajaran, tenang. Seluruh isi percakapan dalam dari awal di grup whatupp yang satu ini, tidak pernah saya hapus walau satu baris kata pun. Saya harus memelihara ini sebelum rangkum membacanya hingga selesai. Hmm, masalah lain muncul. Ponsel saya hang gara-gara aplikasi penuh. Namun untuk itu, saya tidak kehilangan akal. Saya pun berpikir untuk ke luar saja dari salah satu grup penting yang lainnya. Walau saya harus menanggung risiko akan dianggap tidak open atau menjadi orang yang mudah tersinggung.
Begitu pun saya bisa  menyadari tentang banyak kekurangan dan ketidaktahuan pada sesuatu yang baru ini, saya masih belum mampu melakukan progress yang standar menurut kemampuanku. Akibatnya, saya lebih banyak menyimak saja dari pada ikut berperan aktif menghidupkan  kelas dengan bertanya. Tapi lumayanlah! Setidaknya saya tidak bekerja sia-sia walau hanya duduk menjadi penonton dan pendengar pasif di kelas ini. 
Halo..! Adakah di kelas ini yang mengalami 'penderitaan' yang sama dengan saya? JJ Memiliki keinginan besar tapi kesempatan kecil. Haha.., bukan kesempatannya yang kecil, bosku! Tapi ide yang tidak muncul. Sementara peserta lain lebih agresif dan berbakat. Kalah cepat dan terlambat mikir, sudah tidak mengherankan lagi dan sering  saya alami. Ini  saya tahu buruk sekali. Hayo.., semoga tak ada yang demikian.  Saya harap hanya saya sendiri yang mengalaminya. J
Materi kali ini bisa dibilang berat karena peserta dituntut untuk berfikir ilmiah. Ini juga menjadi hal yang sangat penting demi membangun diri menjadi seorang penulis dan menghasilkan sebuah tulisan yang berbobot, bergengsi, dan diminati.
Oh, ya. Kali ini Om Jay sepertinya tidak main-main. "Ada apa, Om? Marah?" Beliau mengunci WA Grup walaupun pembelajaran telah usai. Ia meminta seluruh peserta membuatkan resumenya di blog masing-masing dan mengirimnya ke email pribadinya omjaylabs@yahoo.com.
(Baik, Om Jay. Perintah siap dilaksanakan).
Materi kali ini memang berat seperti kuliah kejar paket. Ya, akhirnya saya harus siap menumpukan perhatian ekstra super untuk bisa mengerti setiap pembahasan.
Tentang materi ‘Dasar Menulis Kata, Kalimat, dan Paragraf’ yang disampaikan oleh narasumber, itu merupakan pengetahuan dasar yang sangat berharga dan penting dikuasai oleh seorang penulis. Bagaimana kita memiliki ide tetapi menyampaikannya belepotan? Tentu maksud dan tujuannya tidak akan dapat tersampaikan secara baik.
Pak Imam Fitri Rahmadi menyampaikan ilmu  tentang ‘Dasar Menulis Kata, Kalimat, dan Paragraf’ secara padat mengingat waktu yang sangat sempit. Beberapa kali ia memaklumkan kepada peserta tentang panjangnya pembahasan materi yang dipertanyakan. Namun beliau tidak berhenti untuk menjawab walaupun singkat. Saya kira beliau adalah seorang yang berdedikasi dan menerima kami sebagai para pembelajar.
Memang tidak gamblang untuk dapat mengingat seluruh materi yang diberikan dalam waktu yang singkat. Tapi semua materi, yang terpenting telah disampaikannya dalam bentuk screenshoot sehingga mudah dibaca. Tinggal jika kita lupa, kita dapat mengulangi membaca kembali dengan men-scrool ke atas dan ke bawah materi yang disampaikannya.
Secara umum, materi yang disampaikan pemateri ini mendapat respon baik dari para peserta. Ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang dikirim peserta ke moderator. Hingga waktu pembelajaran berakhir, pertanyaan terlihat masih banyak. Tapi beruntunglah Pak Imam Fitri Rahmadi, sang Pemateri menyarankan kepada moderator agar  seluruh pertanyaan ditampilkan saja di halaman whatupp untuk dijawabnya satu persatu.  (Apa lagi!) Mr. BamS seperti gembira mendapat perintah dari sang Pemateri. Tugasnya menjadi sedikit ringan dalam mengontrol lalu lalang pembelajaran kelas grup whatupp itu.
Terima kasih, Pak Imam Fitri Rahmadi. Seluruh materi yang telah disampaikan dapat saya cerna dan pahami dengan baik. Selanjutnya, saya akan menerapkannya dalam tulisan-tulisan saya berikutnya.
Oh, ya, ucapan terima kasih juga saya tujukan kepada seluruh kelas. Terutama para teman atau sahabat yang telah memberikan pertanyaannya. Sehingga dapat membuka minda dan menghidupkan suasana kelas.   Oh, ya, satu lagi. Om Jay, salut, Om! 

Rabu, 08 April 2020

Sadis, Orang yang Bernama Jay itu Menyepakku?

Oke, ini sangat serius! 😯 Aku lupa entah kapan aku dipungut dan dimasukkan ke tempat penampungan ini. Saat ditanya, siapa yang mengangkutku ke tempat ini, aku menjawab tidak tahu. Ya, bagaimana tidak? Sejak semula, aku memang tak mengenalnya sama sekali. Hmm, yang kutahu orang itu bernama Jay. Dia itu sungguh terlalu...  Sekarang bersiaplah menunggu pembalasanku, Jay. 

Kali ini sudah kepalang hilang kesabaranku. Aku akan melaporkan orang yang bernama Jay, berikut semua karibnya yang menyeretku ke tempat ini. Aku pasti akan memalukan mereka sehingga tak mungkin seseorang pun dapat melupakannya selamanya.

Tunggulah pembalasanku, Jay!

Sabar dulu, dari semula aku sudah berniat  ingin memaki hamun orang-orang yang bertindak paksa hingga tega 'menempelengku'. Tidak hanya itu, mereka bersama-sama menyentil telingaku, menampar, bahkan menyepakku. Beberapa kali aku hampir menggila untuk melawan kehendak mereka. Tapi kala itu, saat yang tepat belum kudapatkan.

Dengar, ya! Entah apa yang merasuki mereka? Apakah mereka menganggapku sebagai pesakitan yang mesti diasingkan? Lalu membenamkanku dalam karantina ini? Atau mereka gembira memenjarakanku di dalam tahanan. Hmm, aku sehat-sehat saja, Jay. Aku tidak 'gila' untuk melakukan kebodohan. Bersiaplah untuk menunggu apa yang aku lakukan. 

Dengar lagi! Beberapa orang yang senasib denganku yang tak tahan dengan kebisingan dan tekananmu,  akhirnya telah lebih dahulu melompat ke luar dari jendela dan pintu darurat demi bisa melarikan diri. Aku juga seperti mereka. Ingin rasanya aku terjun bebas dari lantai delapan tempatku dikarantina. Hanya saja tempat ini terlalu tinggi dan bisa menyebabkan aku mati sia-sia.

Di samping itu, aku masih waras untuk bisa mengetahui rencana yang akan mereka lakukan. Inilah saatnya aku bisa mengamati beberapa perbualan mereka secara lebih dekat. Diam-diam aku mengintai percakapan mereka, tanpa mereka sadari.

Sungguh, mereka itu yang kulihat beringas, ternyata bukan orang jahat. Mereka bukan eksekutor apalagi  pelakor (perebut laki orang). Ya, mana mungkin juga. 😀

Mereka itu pantas kusebut sebagai para pendekar negeri padang pasir yang kekeringan dan tandus. Mereka rela berpanas-panas demi hendak menumpas musuh-musuh dari zaman kejahilan yang masih tersisa. Sungguh celaka, musuh-musuh itu rupanya telah merambah masuk ke kota sampai ke desa-desa di negeriku. 

Banyak orang dibuat tak punya nyali dan keberanian. Lalu penindasan terhadap kreativitas terus terjadi dan memakan korban yang tidak sedikit. Aduh, ini seperti corona yang menggeroti jiwa manusia dengan perlahan dan mematikan. Akhirnya, ketika dokter dan tenaga medis datang membantu, apakah jiwanya harus terkorban dan lebih dulu terkubur? Tapi itulah sebuah perjuangan yang besar. Jika tidak berlebihan, aku juga ingin menyebutnya para oendekar itu adalah Pahlawan.

Kuceritakan lagi bahwa awal mulanya dari beberapa waktu belum lama ini, saat para pendekar menemukanku hampir terkapar, aku sedang berada di ujung jalan antara ingin berangkat berjuang atau kembali dengan memilih kalah sebelum berlaga. 

Waktu itu aku berpikir, jika aku tetap meneruskan perjuangan, mungkin bakal sia-sia belaka. Aku sudah tidak memiliki banyak waktu dan tenaga lagi. Apalagi amunisi pun sudah mulai menipis. Bisa saja aku akan jatuh beberapa langkah setelah melanjutkan perjalanan. Atau aku memilih berbalik arah dengan membawakan perasaan hampa di ujung usiaku. Kelak,  tidak sesuatu pun yang dapat kugoreskan jadi kenangan, sebagai jejak perjuanganku di masa mendatang. Ah, itu sungguh menyedihkan. Janganlah sampai terjadi!

"Maaf, Jay. Ehh.., Om Jay.  👏 Aku ingin mengurungkan niatku untuk semua ini. Aku sampaikan ini kepada Om Jay, lupakan saja semuanya tentang ceritaku mengenai Jay. Dia tidak seperti yang kuceritakan. Maaf, emosiku masih memuncak dan meledak-ledak sebelum ini. Cukup sudah,  takkan kuulangi lagi. Kuharap Om Jay tidak menceritakan ini kepada Jay dan semua sohibnya. Aku takut, setelah ini dia tak akan mau menerimaku lagi. Aku sudah terlanjur cinta dengan semua yang mereka lakukan. Di sini aku dapat belajar tentang sesuatu. Ah, bukan sesuatu tapi banyak. Mereka yang kusangka musuh ternyata bukan. Mereka itu adalah saudara sejatiku di dunia yang mereka bangun ini. Tidak pernah bersua, namun semangatnya memberikan kehidupan bagiku. Aku tak tahu harus bagaimana bilang terima kasih pada mereka? Bersyukur mereka telah memungutku dan memberiku asupan gizi. Jika tidak, aku akan jadi seorang gelandangan yang bermimpi memiliki rumah besar. tapi tak ada sesuatu yang dapat kulakukan untuk mewujudkannya. 

Terima kasih kepada semua yang dengan iklas mengajari kami yang tersisa. Kami, jika bintang akan berada di langit tinggi. Tapi jika meteor kami akan jatuh.

Hehe.., semoga setelah ini, aku tidak benar-benar dicampakkan ke jalanan. Izinkan aku berada di rumahmu, walau belum banyak yang bisa kuperbuat. Aku ingin mengenal kalian lebih dekat, sampai akhirnya, aku diterima tidak lagi sebagai pecundang. Tapi menjadi saudara kandung, atau kekasih baru. Hehe...😊

Terima kasih semua. 
Wassalam.